22 Desember 2008

Selamat Hari Ibu

Mama, sesosok manusia yang sangat saya cintai. Cinta yang tulus, biarpun perih pedih pernah kurasakan dan kulalui bersama Ibu, namun tidak melunturkan rasa cintaku pada Ibu. Rasanya sudah banyak kesalahan dan kekhilafan yang pernah saya buat, bahkan kebohongan besar pernah saya lakukan.
Tidak banyak kejadian di masa balita yang saya ingat bersama Mama. Tapi setidaknya sekitar umur 4 tahun ketika masuk TK, Mama selalu mengantar saya ke sekolah. Bekal setiap pagi? Bolu beruang warna warni yang dibeli di warung dekat rumah. Beranjak dewasa, semakin banyak kenangan yang terpatri di memori saya. Ketika SD, yang paling saya kenang adalah Mama mulai memanggil guru ngaji supaya kami bisa mengaji, walaupun terkadang tanpa Mama sadari kami sering minta Mama mengajak kami jalan2 menjelang jam ngaji karena kemalasan kami ;p Biasanya Mama baru sadar ketika sampai di rumah, tiba2 nyeletuk "Loh, bukannya kalian harusnya ngaji?" Hehehe. Masa SD berlalu, ketika SMP Mama sering mengantar dan menjemput kami ke sekolah hampir setiap hari. Mama melakukannya sampai kami SMA. Mungkin Mama melakukan itu selain mengisi waktu, juga memastikan kalau anak2nya tidak keluyuran ke mana2. Tapi kebiasaan itu tertanam dalam otak, sampai2 saat Mama tidak mengantar pun kami sangat patuh dengan pergi hanya ke sekolah dan pulang langsung ke rumah, tidak tersangkut di mall atau tempat main dingdong hehe. Memasuki masa kuliah, kesuraman mulai meliputi kami sekeluarga. Ujungnya, saya putus kuliah di UNDIP karena keterbatasan biaya. Untuk makan pun masih kesulitan. Sampai2, pernah saya sekeluarga bersama Mama hanya mampu beli makan satu piring dan itu kami makan bersama. Sedih rasanya.
Kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan pada Mama adalah saya harus berbohong dan berpura2 kuliah pada tahun 2000 lalu. Kejadian itu bermula dari kejadian traumatis ketika kuliah di Teknik Sipil UNDIP tahun 1999. Mungkin bagi sebagian orang, OSPEK di sana tidak terlampau berat. Tapi bagi saya, di saat rapuh akibat orang tua saya yang sedang berseteru ditambah dengan kesulitan biaya membuat saya kesulitan menghadapi itu semua. Trauma yang terpahat di otak membuat saya tidak mau mengikuti kuliah, bahkan meskipun saya sudah diterima UMPTN untuk kedua kalinya di Matematika UNPAD tahun 2000. Perlu sekitar setahun untuk membuat saya cukup berani melangkah ke kampus. Selama itu pula saya berbohong pada Mama dan pura2 berangkat ke kampus hampir setiap harinya. Jengah dengan itu semua, untuk ketiga kalinya saya ikut UMPTN dan diterima lagi di Matematika UNPAD tahun 2001. Dengan keberanian yang tersisa, saya akhirnya mau mengikuti kuliah. Ternyata di sana tidak banyak hambatan berarti. Bahkan selama di sana saya mendapat teman2 yang baik2, saya mendapat pencerahan dalam agama, juga mampu berprestasi di atas rata. Alhamdulillah. Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Ayat itu yang paling terngiang saat itu.Dengan segala yang telah saya lalui, menjadikan diri semakin kuat, menerima keadaan, banyak bersyukur atas semua yang saya dapat, diusahakan tidak mengeluh, walaupun masih suka sewot kalau ada yang nggak sreg di hati ;p
Kalau bicara bagaimana cara Mama mendidik kami, satu yang saya salut. Adil. Itu kuncinya. Kami kalau bertengkar, tanpa mau tahu siapa yang salah, pokoknya kami pasti disalahkan semua, pastinya dengan tangan atau sapu yang mendarat di paha hehe.. Tapi cara itu cukup ampuh dan membuat kami jarang bertengkar, karena percuma meskipun kita benar toh dipukul juga. Jadinya kami malah tidak mau cari ribut. Kalaupun ribut, kami berusaha menyelesaikannya sendiri dan harus sudah selesai sebelum Mama tahu :)
Mama, terima kasih sudah menjadi salah satu orang terpenting dalam hidup saya, sudah mendoakan dan mengiringi langkah saya menjalani hidup, tentunya tanpa melupakan Alloh SWT. Semoga kebahagiaan, keselamatan senantiasa meliputi kehidupan Mama. Amin.

08 Desember 2008

Aamir and Amber

Pasti bertanya2, ada apa gerangan dengan kedua nama itu sampai saya rela nulis blog panjang2 tentang mereka ^_^
Sebenarnya ini semua berawal dari Jakarta International Film Festival ke-10 yang diselenggarakan pada 5-9 Desember 2008. Menurut jadwal, ada pemutaran film bertemakan kisah cinta antara seorang muallaf Australia dan gadis Pakistan di Goethe Haus, kawasan Menteng Jakarta. Dengan berbekal info bahwa film yang diputar gratis untuk umum, saya dan Asti meluncur ke sana dengan harapan bahwa kami masih mendapat tiket gratis, mengingat kursi yang tersedia hanya 100 buah. Telat sekitar 15 menit dari jadwal pemutarannya, akhirnya dimulailah kisah nyata tersebut. Sebelumnya saya minta maaf kalau cerita ini terdapat beberapa distorsi akibat keterbatasan memori saya :)
Bermula dari seorang Australia, Brian, yang memiliki minat pada permainan boneka puppet ketika menginjak usia remaja. Suatu ketika, diadakan sebuah festival puppet internasional di Lahore, Pakistan. Dengan keahlian yang disandangnya, dia terbang ke Lahore sebagai partisipan pada tahun 2000. Tanpa diduga, dia bertemu dengan seorang gadis Pakistan, Amber. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Ketika terbersit untuk menikah, Brian tersandung dengan perbedaan keyakinan di antara mereka. Sepulang dari festival puppet, dia semakin menekuni Islam dan berkeputusan untuk menjadi muallaf dan menikahi Amber. Saat itu pula, Brian mengubah namanya menjadi Aamir.
Dari sini, lika liku perjalanan kisah cinta mereka dimulai. Aamir kembali ke Lahore setahun kemudian untuk melamar sang pujaan hati. Keluarga Amber menyetujui pernikahan mereka, namun tidak demikian halnya dengan kakak laki2nya. Kakaknya beranggapan bahwa Aamir belum Islam karena prosesi Syahadat dilakukan di luar Pakistan. Apalagi dia seorang warga negara asing. Upaya meyakinkan orang tua dan keluarga Amber dilakukan Aamir, dan ternyata tidak sia2. Mereka menyetujui pertunangan Aamir dan Amber. Aamir sendiri berencana akan menetap di Pakistan. Bahkan, dia membuat boneka puppet keledai sebagai modal untuk membuat acara the Puppet Show di sebuah stasiun televisi di Pakistan. Dengan kepastian pernikahan tersebut, Aamir kembali ke Australia untuk menjual rumah dan menggantinya dengan rumah di Pakistan. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, Aamir merasa jika Amber lebih baik tinggal di Australia. Terlebih lagi, ternyata produser acara televisi di Pakistan yang semula menyambut baik rencana Aamir membuat acara tersebut tidak kunjung terwujud. Dihadapkan pada kondisi demikian, dia kembali lagi ke Lahore untuk meminta orang tua Amber menikahkan mereka dan mengizinkan Aamir membawa putri mereka ke Australia. Orang tua Amber tidak serta merta mengizinkan karena kekhawatiran terhadap putri mereka. Mereka khawatir, jika Amber disakiti dan mereka jauh darinya, tidak ada yang dapat menolong Amber. Tidak ada yang menjamin pula bahwa Amber akan bahagia selama hidup di perantauan. Mereka akhirnya mengajukan syarat jaminan 500,000 rupee bagi putri mereka pada Aamir. Aamir dengan tegas menolak. Dia meyakinkan bahwa dia akan membahagiakan Amber. Keyakinan itu membuat orang tua Amber meminta waktu satu minggu untuk berpikir ulang.
Seminggu kemudian, Aamir kembali menemui orang tua Amber. Dengan berbagai pertimbangan, diputuskanlah pernikahan mereka berdua dalam beberapa hari ke depan. Kebahagiaan akhirnya meliputi kedua pasangan ini pada 2004. Tiba hari yang dinanti, mereka akhirnya melangsungkan pernikahan hanya 5 jam sebelum kepulangan Aamir ke Australia karena habisnya batas waktu visa. Sesaat sebelum kembali ke Australia, Aamir meminta Amber memenuhi segala persyaratan yang dimintanya untuk melengkapi pengajuan visa ke Australia. Dia meninggalkan boneka puppetnya agar istrinya dapat terus mengingatnya selama dia kembali ke Australia. Ternyata, dalam 9 bulan ke depan, persyaratan tidak kunjung terpenuhi, Amber tidak kunjung datang ke Australia, Aamir yang kini bekerja di sebuah pabrik kursi pun tidak dapat berkunjung ke Pakistan untuk menjenguk istrinya karena kekurangan biaya. Stres mulai menghinggapi Aamir, sampai2 dia harus ke psikiater untuk mencari solusi atas depresi yang dia alami. Istrinya pun nun jauh di sana ternyata jatuh sakit akibat menahan rindunya yang teramat sangat pada sang suami. Begitu mengetahui Amber sakit melalui saudara iparnya, Aamir menelpon Amber untuk menanyakan keadaannya. Namun Amber tidak mengakui. Merasa tidak diberi tahu yang sebenarnya, Aamir menelpon saudara iparnya dengan niat ingin menceraikan Amber karena sulitnya mereka bersatu dan ketidakjujuran Amber.
3 bulan kemudian, tepat setahun setelah mereka menikah, Aamir berkunjung ke Pakistan secara diam2 untuk memberi kejutan pada istri dan keluarganya sembari menyelesaikan persyaratan administrasi yang dibutuhkan untuk memproses visa. Di sana, dia kembali mengutarakan niatnya untuk membawa Amber ke Australia. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya kedua orang tua Amber menyetujui rencana tersebut. Namun, sebelum membawa putri mereka ke Australia, mereka ingin prosesi pernikahan dilanjutkan ke tahap berikutnya, karena menurut adat istiadat setempat, pernikahan yang mereka lakukan setahun yang lalu belum lengkap. Akhirnya, setelah melalui berbagai persiapan mulai dari baju pernikahan, perhiasan, dan makanan, resepsi pun dilakukan selama 2 hari berturut2 di rumah Amber dengan mengundang kerabat dan tetangga.
Beberapa hari setelah resepsi, visa pun akhirnya keluar. Dengan berat hati, Amber harus meninggalkan orang tuanya tercinta di Pakistan untuk menjalani hidup baru bersama suaminya, Aamir, di Australia pada awal 2006. Bulan pertama menjadi masa2 tersulit bagi Amber karena harus berjauhan dengan keluarganya, terutama ibundanya. Bahkan dia bersikeras ingin kembali ke Pakistan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Amber dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah melalui berbagai rintangan selama 5 tahun, akhirnya mereka dapat hidupa bersama dengan bahagia.
Banyak nilai moral yang dapat dipetik dari kisah kedua insan yang jatuh cinta ini.
Pertama, jangan putus asa untuk sesuatu yang kita yakini dan kita ingin dapatkan selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Kedua, pernikahan lintas budaya ternyata membutuhkan kearifan. Konflik antar budaya bisa mengakibatkan cinta yang dirasakan menjadi berkurang, bahkan mati. Untuk itu, diperlukan kompromi antar kedua pasangan untuk memilih jalan mana yang akan dihadapi dan dilalui sehingga cinta keduanya tetap dapat terpelihara dengan baik.
Ketiga, cinta memang butuh pengorbanan. Ada yang harus kita tinggalkan demi mendapat sesuatu yang lebih, meskipun kita teramat sangat mencintai dan menyayanginya.
Keempat, cinta memang tidak pandang bulu. Meskipun orang yang dicintai ada di ujung dunia pun akan tetap dikejar demi kebahagiaan yang diimpikan.
Duh, jadi mellow gini ya. Tapi emang film ini keren abis. Nggak kayak film pada umumnya, film ini dibuat seperti dokumenter karena ini memang kejadian nyata, tanpa melupakan unsur komedi tentunya, dimana sang sutradara berkebangsaan Iran yang bermukim di Australia, Faramarz K. Rahber, yang memang berteman dengan Brian a.k.a. Aamir berusaha mengikuti perjalanan cinta Aamir mendapatkan Amber tanpa campur tangan apapun, dikemas dengan apik, disajikan dengan penuh cita rasa, hingga sampailah film ini ke Indonesia dan bisa ditonton secara gratis oleh saya :D
Salut buat beliau. Semoga karya hebat ini bisa ditiru para sineas Indonesia dengan menyajikan film bermutu dengan kreativitas tinggi tanpa harus bertema yang (mereka anggap) sedang populer seperti film berbau “saru” atau klenik.

19 November 2008

Perjalanan di segitiga Joglosemar

Yang namanya jalan2 emang nggak ada habisnya. Setelah 2 minggu lalu pergi ke Bandung nengok papa, minggu lalu saya pergi ke sekitaran Jawa Tengah. Sebenernya, hari Kamis (13/11) itu saya dinas ke Solo. Tapi saya sempatkan main ke Yogya dan Solo.

Hari Rabu (12/11) pagi sengaja saya berangkat ke Solo untuk mengejar kereta Prameks (Prambanan Express) yang menurut jadwal yang saya lihat di internet sih jam 8 pagi. Ternyata tanpa diduga pesawatnya ditunda dengan alasan cuaca buruk di Solo. Meskipun orang2 di sekitar saya yang ikut menunggu di ruang tunggu bandara merasa tidak percaya adanya gangguan cuaca di Solo setelah mereka menghubungi kerabat atau relasi mereka di sana, toh saya cuek saja. Malas menambah pikiran yang nggak perlu. Ya nggak? :D

Setelah menunggu hampir 2 jam, kami akhirnya sekitar setengah 8 boarding. Sekitar 1 jam kemudian, saya tiba di Solo. Dengan menumpang taksi (terpaksa, karena ternyata nggak ada moda transportasi lain semisal angkot, bis, kereta, atau becak yang bisa membawa saya ke pusat kota), saya tiba di Hotel Novotel Solo sekitar jam setengah 10, tempat saya menginap, untuk menitipkan barang. Karena setahu saya jam check in itu sekitar jam 12.00. Iseng saya tanya ke resepsionis (kelak saya mengenalnya, namanya Elok) apa sudah bisa check in jam segini. Tanpa diduga, saya bisa check in saat itu juga. Tanpa menunggu lama, mendaratlah saya di kasur empuk kamar 318, persis menghadap Timur, sembari menonton Oprah Show yang sudah lama saya lewatkan. Sambil menonton, saya cari informasi jadwal kereta Pramek. Setelah dapat, saya putuskan untuk ke Yogya jam setengah 12. Jam 11 saya naik becak dari hotel ke Stasiun Solobalapan. Jarak yang tidak terlalu jauh membuat saya hanya membayar 10 ribu saja. Setibanya di stasiun, saya ke loket 4, beli tiket Prameks. Well, ternyata harga tiket kereta malah lebih murah lagi, Rp 7000 saja.

Kereta berangkat sesuai jadwal. Satu jam kemudian saya tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Dari sana, saya ambil bus jalur 4 menuju Kaliurang, tempat pakdhe dan keluarganya tinggal. Setibanya di sana, ternyata pakdhe kerja, sementara budhe tiba2 harus melayat ke tantenya yang meninggal di Solo. Tanpa membuang waktu, saya memutuskan pulang saat itu juga, pastinya setelah makan siang dan sholat. Karena agak bingung jalur mana yang harus saya ambil untuk sampai di Stasiun Tugu, akhirnya baru sekitar setengah 5 saya baru sampai di stasiun. Tapi entah kenapa saya ragu dan belum merasa harus pulang. Akhirnya saya putuskan untuk keliling dan (mungkin) belanja di sepanjang Malioboro. Tapi, panjang umur. Budhe saya telpon dan bilang kalau dia sudah sampai rumah. Tanpa ragu2, akhirnya saya kembali ke arah Utara untuk sekadar mampir ke rumah pakdhe dan budhe. Alhamdulillah sekitar jam 5 saya sampai dan akhirnya bertemu mereka. Lama sekali saya tidak bertemu mereka. Tepat hampir setahun lalu saya bertemu mereka. Waktu itu saya ke Yogya dalam rangka acara outing teman sekantor. Sepanjang malam, saya diberi nasihat dan wejangan mengenai kehidupan, apa arti dari kesabaran serta perasaan menerima dan mensyukuri apa yang selama ini sudah saya dapatkan. Nggak lupa juga nasihat mengenai kehidupan berrumah tangga ;p

Tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul 21.15. Saya diantar ke perbatasan Yogya di Timur untuk naik bus ke arah Solo. Sekitar satu setengah jam perjalanan, akhirnya saya sampai di Solo, sekitar daerah Jajar, lalu saya sambung dengan becak. Bejak jadi moda transportasi favorit saya selama berada di Solo karena unik, tidak berisik, santai.. Pokoknya Solo banget deh :D
Hari Kamis (13/11) hanya ada seminar, seminar, dan seminar. Acara cuma sampai siang sekitar jam 1. Untuk mengisi sisa waktu, sekitar jam 2 saya pergi menemani atasan saya berbelanja ke Orion untuk beli oleh2, Pusat Grosir Solo, dan Srabi Notosuman. Di PGS saya sekalian belanja batik. Bener2 murah. Saya nggak pernah nemu baju batik cuma Rp 22000 aja. Hehehe... Srabi? Hmmm.. Ga usah ditanya deh. Saya sukkkaaa banget. Enaknya nggak karuan. Nggak tahu kenapa. Paduan santan, gula, garam, dan adonan lainnya tuh kok pas banget di lidah. Jadi kangen Solo deh :DMalam hari saya habiskan untuk bertemu dengan teman saya. Kami makan di Solo Grand Mall. Nggak berapa lama, lagi2 saya naik becak ke Jl Kalilarangan untuk beli oleh2 khas Solo. Beruntung saya sampai di tokonya masih buka, padahal tadinya udah mau tutup 1 menit lagi Hehehe.. just in the nick of time. Merasa belum terlalu malam, saya ajak teman saya minum susu murni di Sriwedari. Katanya sih susunya dari Boyolali. Slurp... enak juga susunya. Saya pesan menu favorit, Susu Madu. Duh, kalau inget itu rasanya pengen terus. Sambil minum kami ngobrol ngalor ngidul, sampai sekitar jam setengah 11 malam. Saya harus istirahat karena rencananya besok pagi mau ke Semarang.

Hari Jumat (14/11) pagi saya berubah rencana. Merasa sayang dengan kamar yang harusnya bisa check out jam 12 siang, saya putuskan untuk mengurungkan niat pergi ke Semarang sampai jam 12 siang. Tadinya saya mau ke Semarang naik Joglosemar, tapi ternyata adanya jam 12 siang, padahal jamnya pas waktu Jumatan. Ada lagi sih, tapi jam 4 sore. Merasa terlalu sore, saya ganti pilihan ke kereta api. Ternyata untuk kereta yang melayani Solo Semarang sekelas Pramek, namanya Banyubiru. Dia berangkat dari Sragen, lalu melanjutkan perjalanan dari Solo sekitar jam 9.20 ke Semarang dengan waktu tempuh hampir 3 jam. Lagi2 karena saya merasa belum siap2 dan terlalu pagi, saya mengurungkan niat pergi ke Semarang naik KA. Tanpa kepastian, saya Jumatan dulu di masjid dekat hotel. Selesai sholat, saya check out dan (lagi2 ;p) naik becak ke Terminal Tirtonadi. Sesampainya saya di sana, ternyata ada bus patas AC jurusan Solo Semarang dengan tarif hanya Rp 20000 saja. Berangkat jam 14.30 tepat, saya sampai di Ungaran (saya berubah pikiran untuk menjenguk sepupu2 dibanding budhe ehehehe) sekitar jam 17.00. Senang sekali bisa melihat sepupu2 saya lagi dan anak2 mereka kumpul di sana. Sambil makan masakan rumah, kami ngobrol ngalor ngidul sampai sekitar jam setengah 2 malam. Fiuh, capek juga sih, tapi namanya lama nggak ketemu saudara, rasanya nggak sia2 aja sampai jauh2 dan capek2 pergi ke sana.

Hari Sabtu (15/11) shubuh saya siap2 pergi ke bandara. Dengan jadwal pesawat jam 06.05 dengan Garuda, saya pergi dari Ungaran (sekitar 20 km dari bandara) naik motor, diantar suami sepupu, dengan kecepatan tinggi. Sampai jam setengah 6, saya harus urus tiket dulu karena saya lupa urus tiket yang sempat saya re-route dari Solo-Jakarta ke Semarang-Jakarta. Sambil menunggu, saya janjian dengan Lunpia Express, lunpia yang bisa diantar ke rumah atau bandara. Enak lho. Saya paling suka yang rasa Kepiting daripada yang original isi rebung.OK, kembali ke tiket. Dengan terburu2, saya masuk untuk check in counter setelah urusan validasi re-route tiket selesai. Ternyata saya datang dalam keadaan counter sudah ditutup tapi masih menerima penumpang untuk check in. Thank God. Begitu saya bayar airport tax dan antri untuk masuk ruang tunggu, tiba2 ada pemberitahuan buat penumpang Garuda tujuan Jakarta untuk segera boarding. Bwahahaa... lagi2 in the nick of time, saya sampai di bandara dan bisa boarding tanpa harus menunggu lama. Ini nggak boleh dicontoh pastinya. Tapi kalau yang namanya rejeki sih nggak akan ke mana. Hihihihi. Dalam waktu satu jam, saya sudah sampai di Jakarta, langsung ke kosan untuk siap2 ke resepsi pernikahan Ina di daerah Cijantung jam 11 siangnya. Saya harus datang, makanya bela2in pulang hari Sabtu tanpa menikmati liburan di Jawa. Namanya juga teman satu kantor. Apalagi saya didaulat untuk nyanyi I Finally Found Someone, walaupun ternyata tidak sesukses yang saya bayangkan. Saya lupa teks karena emang latihannya jarang sih. Tapi saya nggak kapok. Nanti saya mau menawarkan diri nyanyi di kawinan teman2 kantor yang lain ah ;p

02 November 2008

Wisata kuliner bersama GAMBI

"Kemarin saya dan teman2 wisata kuliner". Itu kata Sisil kalau nanti saya nulis blog buat ceritain kejadian sepanjang Sabtu ini. Ya, saya turutin aja apa katanya :)

Lain dari weekend saya yang biasanya, kali ini saya bareng Sisil, Budi, Andin, dan Nisa wisata kuliner. Sisil bilang sih kita GAMBI, singkatan dari Garuda Menkokesra BI. Padahal kalau mau tau, di BI ada model namanya GEMBI, singkatan dari General Equilibrium Model of Bank Indonesia :D
Awalnya kita mau ke Sate Afrika sekitar jam 10. Tapi berhubung Nisa ada kursus bahasa Jerman, jadi diundur sekitar jam 2. Tapi berhubung Sate Afrika tutup jam 1, jadi Sisil pesen dulu via telpon. Keren ya. Sekitar jam 2, kami ketemuan sama Nisa di Budi Kemuliaan. Dari sana langsung meluncur ke Tanah Abang tempat Sate Afrika berada. Begitu parkir dan buka pintu, hmmm, aroma dagingnya semerbak menusuk hidung (lebay). Tapi emang iya, aroma dagingnya bener2 kuat. Begitu masuk ke tempat makannya, kami langsung disambut Pak Ismail, orang Afrika asli pemilik restoran ini. Orangnya ramah, sederhana, low profile. Bahkan dia mau nyapu halaman sendiri demi menjaga kebersihan. Lancar berbahasa Indonesia pula. Istrinya pun orang Indonesia malah.
Setelah menunggu agak lama, akhirnya kami makan juga. Hmmm... kalau boleh bilang, sate ini ga pantas disebut sate karena emang ga ditusuk kayak sate pada umumnya. Tapi kalau bicara rasa, hmm kayaknya apa yang orang2 bilang nggak berlebihan. Satenya emang enak banget. Apalagi dicampur dengan sambal racikan mereka, ditambah dengan pisang gorengnya. Slurp... Wajar kalau restoran ini ramai dikunjungi orang. Padahal tempatnya bisa dibilang terpencil, soalnya jalan masuknya aja terhalang pedagang2 barang loak. Bahkan sekadar banner pun nggak ada.
Setelah makan, kami ke kosan saya di Setiabudi. Sekalian istirahat dan ngobrol2. Sore Ihsan ngajak bowling dan karaokean di Pasaraya Grande. Ya udah, akhirnya kami meluncur ke sana. Kami main bowling ber-5 sampe sekitar jam 8 malam. Lama juga ya. Padahal itupun mainnya udah asal2an, karena Sisil udah ngerengek pengen cepet makan. Hihihi. Wajar sih. Namanya juga ibu hamil. Dari sana, kami ke Sambara di bilangan Cipete. Katanya sih yang enak di sana tuh Tumis Sayur Labu. Ternyata emang iya ya. Kita sampe kalap. Pesen segala macem. Tapi untungnya habis sih. Nggak mubazir.Wah, hari ini capek tapi seneng banget. Bisa jalan bareng temen2, bagi2 cerita, pengalaman, dan pengetahuan. Termasuk pengetahuan soal tempat makan enak. Makasih banyak ya teman2 :)

17 Oktober 2008

Penyakit hati dan introspeksi diri

Duh, minggu ini banyak melakukan kesalahan. Payah nih. Baru aja lebaran, tapi saya sudah membiarkan rasa iri hati merasuk dalam hati. Duh, lagi2 penyakit hati hinggap di sini. Gimana ya caranya membersihkan hati? Nggak segampang yang dikira ya ternyata. Saya masih sering buruk sangka, iri, dengki, dendam, sombong. Saya masih jauh dari manusia ideal.
Ingat penyakit hati, jadi ingat kejadian tadi. Tadi pas saya mau pulang untuk ngejar Isya di kosan, eh ternyata jalanan macet, dan saya nunggu bis agak lama. Jadi, saya akhirnya ke masjid kantor untuk sholat di sana. Ternyata saya ketemu mas H, pengurus masjid itu. Setelah silaturahmi, berucap salam, dan mengucapkan selamat lebaran, dia langsung bilang kalau saya harus gembira dan senang terus seperti ini supaya nggak kurus. Hehhehe.. Terus, dia bilang juga kalau saya kerja harus ikhlas dan ridho karena Alloh SWT. Karena saya keliatannya nggak seperti itu. Kayaknya masih ada beban di wajah saya. Belum tulus.
Setelah berkomentar, dia cerita tentang diri dan keluarganya. Ternyata dia hanya digaji 500 ribu per bulan, tapi karena dia yakin Alloh pasti memberi jalan, alhamdulillah sampai sekarang kehidupannya lancar dan bahagia, meskipun harus membayar kontrakan 300 ribu per bulan. Saya nggak kebayang kalo saya di posisi dia. Mungkin udah stres duluan ;p
Dia bilang kalo anak2nya alhamdulillah pintar2 dan mereka mendapat beasiswa, jadi dia tidak terlalu terbebani dengan biaya pendidikan.
Waduh, saya jadi mikir. Hakikat saya kerja kan memang untuk ibadah. Saya jadi ngaca ke diri sendiri. Setelah direnung2, ternyata memang iya ya. Mungkin saya memang belum bekerja secara tulus. Mungkin saya bekerja cuma untuk materi saja. Saya nggak tau, dari sisi mana dia melihat ketidaktulusan saya dalam bekerja. Apa karena kurang sedekah? Itu saya akui. Apa karena saya sering menggerutu kalo ada hambatan dan masalah di kantor? Iya itu memang benar. Apa karena saya lebih fokus mengumpulkan materi karena takut miskin dan hidup susah seperti yang pernah saya alami? Bisa jadi.
Hmmm... Saya harus banyak berubah dan memperbaiki diri ke arah yang lebih baik lagi nih. Saya sadar, saya bukan orang yang taat dan saleh, tapi senggaknya saya mencoba untuk jadi lebih baik dari hari ke hari. Saya harus bisa menyisihkan harta lebih banyak dan lebih ikhlas lagi. Saya harus lebih ikhlas menjalani apa yang memang seharusnya saya lalui. Saya harus menjadikan pekerjaan sebagai ibadah, untuk melaksanakan ibadah. Semoga Alloh menguatkan langkah saya.

14 Oktober 2008

Hari-hari selama menghabiskan libur lebaran di Papua

Pulang dari Papua, banyak banget yang pengen diceritain. Mulai dari yang lucu, unik, sampai yang sedih ada semua :)

Hari Jumat (26/9) dengan berbekal dua koper besar (salah satunya berisi penuh dengan kue kering :p) saya pulang lebih awal dari biasanya. Sebagai langkah antisipasi, siapa tau macet parah kejadian lagi seperti tahun lalu. Ternyata, tanpa diduga, jalanan sepi banget. Alhasil, saya harus nunggu penerbangan jam 10 malam sejak jam 5 sore. Saya dan Asti senasib. Teman2 yang lain yang pulangnya rata2 ke Yogya dan Surabaya masih lebih beruntung, cuma perlu nunggu sampai jam 7 aja. Sambil nunggu buka puasa, saya dan teman2 ngobrol. Selepas buka puasa, saya dan Asti ke Terminal 2 untuk cari makanan berat karena pilihan restoran di Terminal 1 kurang variatif. Kami berdua dan teman2 yang terbang jam 7 pun berpisah. Di terminal 2, saya makan sambil ngobrol. Begitu jam setengah 9, kami baru ke Terminal 1 untuk check in, saya ke Terminal 1B sementara Asti ke Terminal 1C. Saya sholat Tarawih di bandara sambil menunggu boarding. Akhirnya pesawat berangkat sekitar jam setengah 11 malam, sedikit lebih lambat dari jadwal yang seharusnya.
Alhamdulillah saya tiba sekitar pukul 06.00 WIT keesokan harinya, Sabtu (27/9), di Manokwari. Dengan dijemput keluarga, saya tiba di rumah dan langsung istirahat. Senangnya bisa kembali ke sana. Nggak tau ya. Kalo yang namanya kumpul bareng keluarga tuh rasanya tenang, damai, ga keganggu pikiran2 kerjaan dll.Sabtu siang saya main ke salon mama. Bukan main. Sekarang udah bagus banget. Tampak megah dan gagah. Semoga bisnis mama di sana lancar. Amin. Pulang sore harinya, saya minta mama buka puasa sama es pisang ijo khas Makassar. Alhamdulillah dapet. Buka puasa hari pertama di Papua terasa nikmat banget, plus teh manis hangat dan gorengan yang dijamin bebas plastik hehehe...
Hari Minggu (28/9) saya hanya menghabiskan seharian di rumah. Saya berusaha dekat dengan ponakan saya, Icha yang baru berusia 8 bulan. Maklum, namanya bayi, kalo pertama2 ketemu masih takut. Malah kadang nangis hihihi.. Tapi perjuangan saya nggak berhenti dong.Oia, siang harinya, kakak saya tiba dari Nabire. Kami sekeluarga jemput dia ke pelabuhan. Senangnya, akhirnya ketemu kakak saya. Kangen deh. Emang sih, ketemu terakhir pas Agustus waktu dia masih menjalani pendidikan di Jakarta. Tapi selama Agustus ke September itu, saya mendengar kabar dia yang sakitlah, kuruslah, dll yang bikin saya khawatir. Makanya pas ketemu dia dengan keadaan sehat, seneng banget rasanya. Apalagi dia bawa Jeruk dan Salak Nabire. Hmmm... Ga kalah sama yang di Jawa lho :p
Hari Senin (29/9) kami menjemput mbah kakung, bude Yati, dan Titut di bandara setelah mereka menempuh perjalanan panjang dari Semarang. Semakin lengkaplah keluarga yang akan berlebaran di Manokwari. Kecuali adik saya, Iwan, yang sekarang bertugas di Kalimantan. Mungkin dia harus piket atau harus ikut Operasi Ketupat di sana, makanya nggak bisa bergabung.Kegiatan saya selama di sana sudah mulai rutin. Tidur siang, maen komputer, atau nonton sinetron kesukaan adik2, Muslimah sama Tasbih Cinta. Duh, saya sih ga suka sinetron sebenernya. Tapi apa daya, jadinya ikutan deh ;p
Hari Selasa (30/9) mulai terasa sibuk di rumah deh. Setelah kemaren mama belanja seharian untuk keperluan memasak makanan khas Lebaran, hari ini kami semua gotong royong masak. Saya kebagian motong mangga untuk bikin es buah. Kentang buat sambal goreng ati pun nggak ketinggalan. Kalo rendang sih udah dimasak sehari sebelumnya. Di tengah keriaan memasak, eh ada gempa cukup kuat. Alhamdulillah nggak apa2.Malamnya, kami nonton takbiran di jalan2 yang didominasi oleh konvoi motor dan kendaraan hias. Mayoritas peserta takbiran orang2 dari Kampung Makassar. Dari situ, saya belanja makanan pelengkap di Hadi Swalayan, termasuk beli hadiah lebaran.
Hari Rabu (1/10) tibalah hari kemenangan. Sholat Id di lapangan Borarsi berjalan lancar. Tapi pas baru mulai khutbah, hujan turun. Beberapa jamaah sempat berlarian pulang atau mencari tempat berteduh. Di saat yang bersamaan, sang khatib berujar kalo ini tidak ada apa2nya dibanding nanti di Padang Mahsyar. Hmmm.. iya juga ya hehehe... Akhirnya kami sekeluarga yang semula ragu untuk tetap tinggal mendengarkan khutbah, akhirnya membulatkan tekad untuk mendengar ceramah sampai selesai. Alhamdulillah hujan nggak terlalu besar sih, jadi masih lancar2 aja :D Apalagi saya teringat dengan tragedi pembagian Zakat di Pasuruan. Duh, jangan sampai kita berebut pulang atau cari tempat berteduh malah jadi korban karena berdesak2an.Begitu sampai di rumah sebelum berangkat ke rumah eyang untuk sungkeman sekeluarga besar, hujan ternyata turun lebat. Berhubung mobil yang kami pakai mobil pick up, jadi nggak mungkin kami ke sana. Akhirnya kami menunggu hujan reda. Begitu reda sekitar jam 10, kami meluncur ke rumah eyang. Di sana, saudara2 sudah berkumpul. Kami pun akhirnya sungkem ke eyang, disusul ke orang tua dan saudara2 lainnya. Dari sekian orang yang saya sungkemi, rata2 mendoakan saya cepat menikah. Hehehe. Doakan saja ya teman2 :D Saya sendiri masih dalam upaya untuk menuju gerbang pernikahan.Setelah sungkem, kami singgah di rumah sodara di Kampung Makassar, Wosi. Dari situ kami pulang untuk menerima tamu yang ternyata nggak putus2 sampe sekitar jam 9 malam.
Hari Kamis (2/10) kami berkunjung ke rumah teman2 lama orang tua di sekitaran Manokwari sejak menjelang siang sampai sore. Selebihnya, kami menerima tamu lagi.
Hari Jumat (3/10) saya jalani di rumah saja. Bikin proposal buat pembentukan lembaga pendidikan yang mama buat, main komputer, jaga Icha yang lucu, dan nemenin mama dekorasi rumah yang mau manten. Malamnya saya dan mama ke pasar ikan untuk persiapan piknik di pantai Pasir Putih.
Sabtu (4/10) dengan persiapan matang, kami pergi ke Pasir Putih. Kami bakar ikan, ayam, dan udang, lengkap dengan lalapan. Nggak lupa salad buah dan es buah. Enak sekali. Kapan lagi coba piknik sekeluarga begini. Alhamdulillah nggak terkira senangnya. Selesai makan, saya mandi di pantai deh.
Minggu (5/10) menjadi awal pulangnya keluarga2 saya satu per satu. Kakak saya giliran pertama. Dia harus pulang ke Nabire karena hanya dapat izin sampai Minggu. Kami mengantar ke pelabuhan diiringi isak tangis. Wajar, karena dia harus meninggalkan anak istrinya di Manokwari. Hari Senin (6/10) giliran Bude Ari dan Mbah Aris yang harus pulang ke Makassar. Hari Selasa (7/10) waktunya Titut dan bude Yati pulang ke Semarang. Sedangkan hari Rabu (8/10) giliran saya pulang ke Jakarta setelah mengambil cuti selama 3 hari. Life must go on. Segala keceriaan dan kegembiraan selama menyambut hari kemenangan memang harus disudahi. Saatnya mengarungi hidup masing2 untuk kebahagiaan diri dan keluarga.

25 September 2008

Ramadhan menuju Idul Fitri

Hmm.. Akhirnya nge-blog lagi nih. Setelah sekian lama. Kayaknya selama puasa saya nggak pernah nge-blog. Nggak tau kenapa. Entah males, entah apa.

Saya bersyukur sekali udah dikasih kesempatan lagi untuk menikmati lezatnya dan indahnya bulan Ramadhan. Ramadhan kali ini terasa sangat berbeda. Setelah mengalami (bisa dibilang) titik balik pada Maret lalu, saya sekarang merasa bisa menikmati dan menghayati Ramadhan lebih dalam. Sampai2, saya berkorban untuk tidak terlalu sering janjian sama teman2 untuk buka puasa bersama di luar rumah. Untuk belanja keperluan, saya bela2in pas weekend dan pagi2, jadi ga ganggu sholat dan buka puasa. Nggak tau kenapa. Kalau bulan puasa, musholla penuh. Restoran juga penuh. Terus, kalau nggak sempet pagi2, malam sekalian perginya setelah tarawih.
Selama Ramadhan ini, ada yang dirasa berat untuk dijalankan. Ngaji dan tahajud. Mau khatam Quran aja kok susah ya. Berat ke tidur. Gimana ya caranya? Tahajud juga keteteran. Semoga 5 hari terakhir ini bisa saya maksimalkan dengan baik.
Urusan mudik, seperti tahun lalu, insya Alloh saya pulang ke Manokwari. Kali ini terasa berbeda. Mungkin karena saya sudah beberapa kali pergi ke sana, jadi tidak seantusias tahun lalu. Tapi tetap ada yang saya nanti di sana. Durian. Hmmm... Aromanya itu lho. Mudah2an pas saya ke sana, masih musim durian, jadi bisa saya bawa ke Jawa dan dibagi ke teman2 kantor :D
Dalam menyambut Idul Fitri, saya mau mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1429 H. Taqqabbalallahu minna wa minkum, Shiamana wa shiamakum. Semoga Alloh senantiasa melimpahkan keberkahan dan keselamatan, meraih jiwa nan fitri, serta dapat meraih derajat taqwa sebagai ijazah kelulusan kita dari Ramadhan yang mulia. Amin.

06 September 2008

Hayo siapa yang salah

Hmmm... ada cerita seru nih kemaren Kamis (4/9). Jadi begini.

Awalnya kan teman2 kuliah, Latif dan Sofyan, ngajak ketemuan dan buka puasa bersama di Pelangi. Tadinya sih nggak mau datang. Nggak tahu. Batin rasanya nggak mau. Kepikiran, takut nggak keburu tarawih-lah, malas rebutan sholat maghrib di mall-lah, inilah itulah. Intinya nggak sreg aja pengen dateng ke sana. Tapi berhubung Sofyan minta kelengkapan pengajuan kartu kredit BRI, jadilah saya mengiyakan untuk ketemu. Habisnya, saya perlu sih hihihi...Singkat cerita, bertemulah kami di Pelangi sekitar setengah 6. Kami bingung mau makan di mana. Awalnya, Sofyan dan Latif mau makan di The Buffet. Tapi sebelum ke sana, saya sempat browsing di internet. Ada beberapa kesaksian dari beberapa orang yang pernah ke sana (terlepas orang itu jujur atau nggak) kalau makanan di sana tidak terlampau menggugah selera. Apalagi katanya belum ada label halal resmi dari MUI. Jadi saya ragu. Akhirnya saya bilang ke teman2 untuk menentukan tempat makannya terserah mereka. Di situ letak kesalahan saya. Memang, saya tahu kalau terserah jelas mereka mau di The Buffet, tapi nyatanya saya tidak mau hihihihi... Saya bukannya memberi pilihan, tapi justru lepas tangan dan membiarkan mereka memutuskan. Sebenarnya saya bukan tidak mau memutuskan. Saya sebenarnya kan memang tidak mau makan di luar. Selain menyia2kan kesempatan ibadah selama Ramadhan, juga terlalu menghamburkan uang. Kalau saya memutuskan di (maunya sih) Rice Bowl, kasihan mereka yang seleranya tinggi. Akhirnya saya tawarkanlah ke mereka untuk makan di Roof Top. Di sana kan ada Solaria. Saya pikir tidak ada salahnya. Eh, ternyata di sana sudah padat dengan manusia. Akhirnya kami (saya tepatnya) memilih Live. Karena labelnya The Taste of Asian, saya pikir halal. Tapi begitu ditanya, ternyata ada arak yang dipakai sebagai pelengkap masakan. Berhubung saya sudah malas mencari tempat makan lagi dan teman2 saya tidak keberatan dengan arak itu, akhirnya kami makan di sana. Tapi saya akhirnya hanya minum, nggak berani makan. Karena saya toh akhirnya tidak makan juga, Sofyan mulai mengamuk atas sikap saya yang tidak jelas kekeekekek... Kebodohan terselubunglah, apalah, itulah, dan segudang istilah asing lainnya keluar dari mulut dia ;p
Hah, yang jelas, menurut saya sih (supaya adil hehehe) semuanya salah. Saya salah karena tidak mengambil keputusan dengan tepat, bijak, dan tepat. Latif juga salah karena di saat genting seperti itu dimana temannya tidak bisa memutuskan, dia tidak memberikan solusi yang fair. Sofyan juga salah, karena dia memaksa ketemuan hari ini hanya karena dia besok mau ke Bandung tanpa memikirkan kepentingan temannya yang mau fokus beribadah. Hihihihi... Protes dengan judgment saya? Saya hanya bisa menyampaikan "Mohon maaf lahir dan batin" Hahahaha... Selamat berpuasa, semoga kita menjadi semakin baik dari hari ke hari ya teman2 ^_^

25 Agustus 2008

Quality time bersama teman2

Mengutip isi SMS Sisil kemarin, kemarin bisa dibilang saya menghabiskan waktu bersama teman2 dengan kualitas No.1 :D

Kebayang dong. Dari pagi saya ke kantor mengikuti acara penutupan perayaan 17 Agustus dengan bintang tamu Maliq & d'Essentials. Siang saya ketemu Nissa, Andin, dan Sisil. Kita langsung cari makan siang di Plangi. Kita ke Roof Top. Ternyata asik juga liat pemandangan Jakarta dari atas sana. Sambil makan, kami makan sambil tukar cerita dan pikiran yang berat2 dan berbobot. Keren lah pokoknya. Nah, waktu di perjalanan menuju Plangi, Sisil cerita kalau ada Miitem di Plaza Indonesia. Karena saya belum pernah coba dan penasaran pengen tahu rasanya, akhirnya kami melanjutkan petualangan makan kami hari itu ke Miitem. Wuii... ternyata enak banget ya Miitem. Lagi2, sambil makan, kami ngobrol lagi dengan topik lain. Wah, pokoknya ngobrol sama mereka nggak rugi. Di sela obrolan berat ada bercandanya juga. Imbang deh pokoknya :) Menjelang maghrib, kami berpisah dan pulang ke rumah masing2.
Hmmm... sering2 ya kasih ke saya waktu berkualitasnya :)

Makasih buat teman2 baruku yang menyenangkan ^_^

23 Agustus 2008

Akhirnya tampil juga... :p

Kemaren Jumat (22/8), saya akhirnya tampil juga sebagai anggota The Palmetto (The Project of All-Stars Monetary Authority). Penampilan perdana saya seperti yang diduga pasti mengundang komentar. Iyalah wajar, karena saya memang benar2 pertama kali bernyanyi di panggung di hadapan banyak orang (lain halnya dengan karaoke :p). Dari komentar ekspresi datar di awal lagu, gaya yang kaku, sampai suara yang tidak terlalu terdengar. Hihihi...
Mengenai suara, memang saya tidak terlalu keras, karena berdasarkan monitor yang ada di depan saya, suara saya terlampau keras sampai2 hampir menutupi suara 1. Makanya saya tidak berani terlalu keras. Tapi yang ada malah suaranya tidak terlalu terdengar. Hiks.
Tapi namanya juga belajar, apalagi pengalaman pertama. Semoga ini menjadi awal dari serentetan penampilan spektakuler saya yang lain *halah*
Kalau dipikir2, memang ya sensasinya sangat berbeda ketika di atas panggung. Kita disorot, orang2 bersorak buat kita. Hmm... serasa pengen jadi artis :p

Oia, Tari Piring yang dibawakan oleh para Cepipil Dancer membawa medali perak ke tangan Bidang 3. Tapi dari sisi orang awam, tarian yang diusung memang lebih dinamis, menghentak, dan membuat penasaran orang untuk melihat gerakannya. Terbukti dengan komentar orang2 setelah pentas berlangsung. Duh, rasanya pengen banget ada di panggung ikutan nari dengan teman2 Cepipil. Tapi apa daya, selain panggung terlalu kecil, badan pun lagi keseleo. Insya Alloh tahun depan. Nari apa ya kira2? Pengen deh nari Rentak Besapih dari Jambi. Kayaknya keren banget kalau buat lomba.

21 Agustus 2008

Nggak kapok meminta

Saya beberapa saat yang lalu sempat mengalami kejadian yang sangat saya sesali. Jadi gini. Awalnya suatu malam, saya sempat dikomentari tentang pekerjaan oleh atasan saya. Karena kebetulan pada waktu itu saya sedang ada masalah keluarga, dalam hati saya tidak terima dengan segala komentar yang dia lontarkan. Alhasil, begitu dia pulang, saya langsung marah2 di kantor, mengomentari segala yang jelek dari atasan saya. Tapi sesaat kemudian, saya benar2 tersadar kalau yang saya lakukan itu benar2 tidak diridhoi. Yang saya lakukan hanya marah, sambil berghibah, tanpa memandang jasa dia pada saya. Ujung cerita, saya sangat menyesali perbuatan itu. Sesampainya di kosan, saya hanya bisa sholat dan bertobat atas apa yang saya lakukan. Janji saya untuk menjadi orang yang lebih sabar dan tenang dilanggar begitu saja. Akhirnya, saya pun meminta kepada Alloh untuk diberikan rasa sabar dan ikhlas. Tebak, Alloh mengabulkan doa saya hanya dalam waktu seminggu.
Saya tahu Alloh mengabulkan doa saya karena kejadian minggu ini. Seperti tahun2 sebelumya, di kantor ada perayaan HUT RI yang dimeriahkan dengan berbagai perlombaan. Salah satunya tari tradisional. Setelah melewati audisi, saya lolos untuk latihan mewakili bidang dari direktorat saya. Waktu latihan hanya 2 minggu, sedangkan saya ternyata pada H-5 mengalami cedera. Sampai hari ini (21/8) saya belum pulih betul, apalagi lombanya besok. Karena itu, saya dengan sangat terpaksa diberhentikan demi alasan kesehatan dan kebaikan tim pada saat pentas. Apalagi ternyata panggung yang dijanjikan lebih besar daripada tahun lalu ternyata hanya isapan jempol belaka. Dengan tari Piring yang sangat dinamis, saya nggak yakin kalau saya tetap harus ikut menari pun akan cukup panggungnya. Dari 9 orang, sekarang sudah diputuskan 5 orang yang mewakili bidang untuk lomba tari. Di situ saya diuji kesabaran melalui sakit yang belum kunjung sembuh total, juga diuji keikhlasannya untuk tidak ikut lomba tari. Terkabul kan? Jadi, di samping saya sedih, saya juga dikabulkan doanya ^_^
Saya nggak akan kapok meminta apa yang saya inginkan. Saya yakin, apa yang kita minta pasti diberi, meskipun kadang bentuknya belum tentu seperti yang kita harapkan.

18 Agustus 2008

Hikmah di balik kejadian

Saya cuma mau berbagi pengalaman. Alloh menyarankan kita untuk menceritakan nikmat yang kita terima untuk menunjukkan bahwa Alloh lah yang memberikan nikmat, tentunya dengan niat yang dijaga supaya nggak riya.

Jadi gini, saya sekitar 2 bulan yang lalu sempat naik taksi ke arah Senen untuk beli barang pesanan Mama. Tanpa diduga, ketika berhenti di lampu merah Tugu Tani, taksi yang saya tumpangi ditabrak mobil dari belakang. Ternyata yang nabrak salah satu teman kantor. Saya nggak mau menegur, karena saya ingin melihat itikad baiknya. Ketika sang sopir mau minta ganti rugi, teman kantor saya itu dengan setengah memaksa ditambah wajah garangnya memberi uang ganti rugi 200 ribu. Ketika sang sopir kembali ke mobil, dia langsung bilang, "males saya urusan sama orang2 kayak gitu". Sesaat kemudian, terjadilah percakapan singkat dari Tugu Tani ke Senen. Ternyata dia tadi malas berurusan dengan teman kantor saya tadi karena dikiranya tentara (memang teman saya ini wajahnya agak garang hehehe). Dia lalu bercerita kalau dia nggak mau cari masalah juga, apalagi setelah naik haji, dia ingin berusaha menjadi orang yang sabar. Dia pun cerita tentang sulitnya hidup. Ujung cerita, dia bilang kalau biaya yang dibutuhkan untuk sekadar membetulkan bumper sekitar 500 ribu. Karena dia cuma dikasih 200 ribu, saya pun merasa iba. Saya pun memberi sejumlah uang untuk membantu dia.
Tanpa diduga sekitar sebulan kemudian, saya ditunjuk oleh bagian di kantor saya untuk dinas ke Australia. Subhanalloh. Saya yakin inilah nikmat yang Alloh janjikan. Kenapa begitu? Karena pada awalnya, orang yang mau pergi ke Australia dalam rangka dinas itu awalnya mas Haris sebagai penulis utama dan saya sebagai asisten penulis. Karena satu dan lain hal, kepala Biro saya, Pak Wijoyo, juga ingin ikut. Secara logika, karena dia kepala biro dan mas Haris sebagai penulis utama, harusnya mereka berdua yang pergi. Tapi entah bagaimana ceritanya, jadinya Pak Wijoyo dan saya yang berangkat ke Sydney. Bukankah itu sebuah nikmat? Saya pun mendapat uang perjalanan dinas yang jumlahnya hampir 100 kali lipat dari yang pernah saya berikan pada sopir taksi kala itu. Inikah janji Alloh? Saya yakin itu pasti. Segala puji memang hanya milik Alloh semata.

15 Agustus 2008

Penyesalan Mendalam

Sebelum kita melakukan suatu tindakan, pikirkan berulang kali sebelum kita menyesali perbuatan kita. Mungkin kalimat itu sudah sering kita dengar. Tapi kalau belum mengalaminya sendiri, kita mungkin menganggap mudah melakukannya. Tapi ternyata sebaliknya. Itu yang saya petik dari kejadian kemaren, 14/8. Memang apa yang saya lakukan sepele. Pekerjaan yang saya lakukan sudah mengalami titik jenuh karena tidak kunjung selesai. Tidak selesai bukan berarti karena tidak bisa mengerjakan, tapi pekerjaan itu selalu diubah dari hari ke hari. Mungkin maksudnya baik, yaitu demi kesempurnaan. Tapi kalau itu dilakukan sampai berhari2 dan kesan tak berujung, lama2 otak tumpul juga. Disuruh mikir ini itu juga udah males. Di akhir hari, atasan saya mulai ngomel2 lagi. Tidak terima dengan perkataan dia, saya hanya diam tapi geram. Begitu dia pulang, saya langsung mengamuk "sekadarnya" di kantor di depan teman kantor saya, Myrna. Saat itu, saya ngomel2 tentang kondisi pekerjaan dan masalah keluarga. Saya yang selama ini mencoba untuk menjadi pribadi yang sabar, tulus, ikhlas, murah senyum, istiqomah, dan ramah seketika berubah. Saya nggak tau kenapa saya bisa melakukan hal seperti itu. Entah memang saya lagi kalap, atau memang itu sifat asli saya dan baru menampakkan wajah aslinya setelah "dibangunkan"? Entahlah. Yang jelas, saya sangat menyesali perbuatan saya kemarin. Saya berjanji akan terus memperbaiki diri.
Terus terang, saya di keluarga termasuk yang temperamental. Tidak sedikit korban dari kemarahan saya, mulai dari kakak, adik, sepupu, teman sekolah, dll. Tapi semenjak sekitar tahun 2000, terjadi perubahan total dalam diri saya. Ini dipicu dari seringnya saya membaca buku agama dan mendengar ceramah mengenai manajemen qalbu dari salah seorang da'i di Bandung yang pada waktu itu mulai kondang di seantero Bandung. Mulailah saya melakukan proyek pembenahan besar2an pada diri dan kepribadian saya. Alhamdulillah itu berhasil.
Untuk minggu ini, hal kebalikan justru yang terjadi. Saya nggak tau. Apa karena saya stres (tapi saya tidak merasa stres) atau karena kemarahan yang terpendam selama ini (ini mungkin masuk akal, karena selama ini saya tidak pernah bereaksi apapun kalau dimarahi atau dikomentari yang tidak sedap). Tapi yang membuat saya menyesal adalah, kenapa saya harus bereaksi sejauh itu, dan kenapa saya tidak melakukan hal yang lebih terpuji lagi. Ketimbang marah pada orang dan keadaan, lebih baik berzikir dan berdoa, sholat dan mohon ampun. Astaghfirulloh.... Semoga Alloh SWT selalu menuntun saya ke arah yang lebih baik dan menjadi pribadi yang diharapkanNya. Amin.

09 Agustus 2008

Makanan Halal susah susah gampang dicari

Pengalaman saya selama ini, apalagi sejak bekerja, ternyata susah2 gampang ya cari makanan halal.

Pertama, kalau ada acara syukuran teman kantor yang baru mendapat rejeki lebih, terkadang mereka mentraktir ke restoran2 elit, mahal, dan yang berasal dari LN. Tapi terkadang sebelum makan, kalau saya iseng nanya ke mbah Google, restoran itu belum mendapat sertifikat halal dari MUI, atau senggaknya ada pengakuan kehalalan produk mereka dari pihak manajemen restoran tersebut (seperti salah satu restoran junk food di London yang mengkonfirmasi kalau ayam mereka tidak halal).

Kedua, oleh2 dari teman2 sepulang dinas dari LN terkadang mengandung alkohol yang tidak disadari. Setiap mau makan coklat, saya harus googling dulu untuk memastikan bahwa coklat tersebut halal.

Ketiga, selama di Australia, saya kesulitan mencari makanan halal. Meskipun orang2 menganggap "ya udah makan aja, yang penting bukan B*** dan alkohol" tapi kan tetep aja, kalau makanan nggak disembelih dengan cara syar'i ya jadi nggak halal. Makanya saya tetap nggak makan makanan junk food meskipun hanya ayam goreng.

Disamping kendala menemukan makanan halal, orang sekarang sepertinya sudah mulai bergeser cara pandangnya terhadap makanan halal. Tapi kalau saya pribadi sih nggak mau ikut campur dengan pandangan mereka. Saya hanya berusaha menjalankan ajaran agama sesuai yang dituntunkan dengan baik ^_^

31 Juli 2008

Overtime

Hmm...
Kalo dipikir2, udah sebulanan ini saya lembur terus. Sampe2 nge-blog udah jarang :p
Tapi iya lho. Kemaren kan sibuk nyelesaiin model Balance of Payments. Jeda seminggu, saya dinas ke Sydney. Pulang dari sana, saya langsung ikut workshop Data Panel di kantor. Termasuk weekend dan sampe malem pula. Habis itu, diserang habis2an dengan kerjaan yang mepet. Tugas rutin saya untuk bikin buku Indonesian Economic Outlook setahun dua kali untuk edisi kali ini dipercepat jadi akhir Juli (dari yang biasanya akhir Agustus). Artinya dari sejak pelatihan data panel, saya dan tim di sini cuma punya waktu kurang lebih 2-3 minggu aja untuk nyelesaiin buku itu. Kebayang kan padatnya. Mulai dari minta data ke BPS, studi literatur untuk riset yang disisipkan di buku itu, bikin bahan tayangan untuk tingkat biro, belum lagi, interpretasi model yang kita bikin. Pheww.... Melelahkan dan padat, tapi saya bener2 seneng lho. Nggak tau kenapa. Tapi kalo nggak banyak kerja rasanya gimannaaa gitu. Kalo kerja gini, sampe malem (kecuali kalo udah nikah lain cerita :p), dan ada produknya yang tidak mengecewakan, rasanya bangga. Bisa memberi sesuatu buat kantor dan bangsa pastinya :)
Bos saya bilang, nanti begitu kerjaan ini selesai, kita bebas mau ambil cuti kapan, ke mana aja terserah (pastinya tetep di koridor ketentuan yang berlaku). Yippiieee.... Can't wait ^_^

22 Juli 2008

Long time no see

Akhirnya bisa nulis blog lagi. Udah lama nggak nulis rasanya kangen juga. Banyak cerita juga yang terjadi selama saya nggak nulis. Yang jelas, seperti manusia2 lain, saya selain menjalani rutinitas, juga menemui banyak hal baru dan mengesankan setiap harinya.

Yang paling berkesan dalam bulan ini, my very first time going abroad :)
Saya ke Australia untuk menghadiri seminar mengenai perdagangan Asia Pasifik di Sydney, 14-15 Juli lalu. Awalnya sih Kepala Biro saya, Pak Wijoyo, yang akan presentasi mewakili kantor.
Ternyata, tanpa diduga, hanya beberapa jam setelah kami tiba di sana pada Minggu siang, beliau mendapat kabar kalau ayahandanya meninggal dunia. Alhasil, dia langsung pulang lagi ke Indonesia. Karena acara seperti tidak mungkin ditinggalkan begitu saja, akhirnya saya diminta untuk menggantikan dia presentasi keesokan harinya.

Alhamdulillah dengan pertolongan Alloh SWT saya bisa menjalani misi tersebut dengan baik. Pengalaman baru, pertama ke luar negeri sendiri (karena jadwal penerbangan saya dengan Kepala Biro beda), presentasi dalam bahasa Inggris sendirian mewakili institusi negara. Wow.... sensasi luar biasa deh pokoknya.

Hari kedua seminar, saya nggak ikutan, soalnya pas hari Minggu nggak sempet jalan2 :p Akhirnya saya memutuskan untuk mulai jalan2 jam 7 pagi, pas matahari baru terbit, di musim dingin begini. Saya jalan kaki ke downtown melewati taman Victoria Park, terus sampai Circular Quay. Di sana saya melihat berbagai objek menarik di Sydney, mulai dari Sydney Opera House, Harbour Bridge, sampai Luna Park di Miller's Point. Kesan saya selama traveling ke sana... Hmm.. Bersih, tertib, disiplin, maju, dan segudang kata lainnya yang berasosiasi dengan itu :D
Oia, cari makanan halal di sana agak sulit. Di pusat kota untung ada Cafe Kasturi, punya orang Malaysia. Dia ada di sudut jalan George St. dan Valentine St. Nggak terlalu jauh dari Railway Square kok.

Kesulitan yang saya temui selama di sana kayaknya cuma makanan dan udara dingin :p Saya padahal udah persiapan bawa lotion supaya kulit nggak kering. Tapi nggak ngaruh. Sampai di Bali pas transit menuju pulang ke Jakarta, kulit pecah2.

Beberapa saran saya kalau mau bepergian ke luar negeri berdasarkan pengalaman:
Jangan bawa benda berbentuk cair, liquid, aerosol dan sejenisnya melebihi 100 ml per kemasan dan jangan melebihi 1 liter secara total; bawa koper yang besar tapi isi dengan barang seefisien mungkin karena siapa tau bakal banyak bawa oleh2, apalagi batas max bagasi 20 kg saja; bawa lotion setiap kali pergi keluar rumah; cari informasi sebanyak2nya tentang tempat wisata, akses transportasi massal, toko souvenir, peta kota, juga mesjid, jadwal sholat dan restoran halal bagi yang muslim; kalau bisa sudah punya kartu kredit untuk memudahkan berbagai transaksi keuangan di sana; jangan lupa untuk menukarkan rupiah dengan mata uang negara tujuan di Indonesia, karena jatuhnya lebih murah daripada kita beli di sana; jangan lupa untuk bawa travel adapter (colokan listrik untuk berbagai bentuk) karena seringkali tempat colokan listrik beda banget sama di Indonesia; dan satu lagi, jangan lupa daftarkan nomor ponsel kita untuk international roaming.

Nanti kalo ada tips lain, saya kasih tau lagi :)

18 Juni 2008

Kawinan

Hmm... Hari Sabtu (14/6) kemarin, saya menghadiri pernikahan mas Awan, kakaknya Latif. Bukan menghadiri, tapi ikut menyemarakkan tepatnya :) Saya diminta jadi pager bagus (kurang lebih begitu) selama acara berlangsung, termasuk Doni. Saya dimintai tolong ngeliat dekorasi gedung dinihari menjelang acara. Akhirnya saya ke Hotel Atlet Century Park di Senayan untuk menginap karena udah di-booking-in keluarganya Latif, lalu ke gedung sekitar jam 2 sampai jam setengah 4.

Capek dan ngantuk sih. Tapi seru deh, ngeliat proses menuju resepsi dengan segala detailnya yang harus diperhatikan. Kebayang ya nanti kalo nikah gimana repotnya :P

Singkat cerita, tibalah acara yang dinanti. Setelah antri untuk dipakaikan beskap, akhirnya saya siap menjalankan misi. Karena bingung harus ngapain (dan nggak di-brief sebelumnya harus ngapain) akhirnya saya berinisiatif jaga di depan sambil menyambut para tamu yang datang. Anyway, tau nggak? Acaranya meriah dan spektakuler lho menurut saya. Kenapa? Soalnya ada acara tariannya. Namanya apa ya? Kalo nggak salah Panembahan Pare Anom (maaf kalau salah). Penarinya bener2 nunjukin kalo ini adalah kawinan adat Jawa. Belum lagi pagelaran tari Gatotkaca. Sayang, karena saya jaga di depan, jadi saya nggak terlalu bisa melihat tariannya dengan jelas. FYI, mereka juga sebenernya kerabat dari Mangkunegaran II. Jadi, adat Jawa sangat kental terasa di sana. Warna dekorasi dan baju pengantin juga bernuansa hijau dan kuning, warna khas Mangkunegaran katanya. Duh, jadi pengen deh nikah pake adat Jawa pas resepsi nanti :D Tapi berhubung ada darah Padang, saya pengennya sih ada resepsi adat Minang juga.

Oia, ada satu hal yang bikin saya seneng. Ternyata Latif tuh ngundang beberapa temen kuliah dulu yang tinggal di Jakarta untuk datang ke resepsi. Ada Sofyan, Eka, Icha, Indra-Dewi. Lumayan kan? Saya malah dari sejak lulus, baru sekarang ketemu Dewi, hamil pula. Duh, semoga disehatkan dan diselamatkan selama hamil, kelahiran, sampe tumbuh kembangnya ya. Amin. Seneng deh, lama nggak ketemu kita akhirnya makan2 sambil ngobrol2 bahas berbagai topik. Foto2 nggak ketinggalan dong :D Nggak lama, kita pulang ke rumah masing2 dan saya tidur sore, habisnya kurang tidur pas malemnya :P

Speaking of marriage, dua bulan ini sudah ada 4 pernikahan teman2, minggu depan ada 2, bulan depan ada 2 juga. Duh, kayaknya lagi musim kawin nih. Kapan nyusul ya? *wondering*

06 Juni 2008

Long journey ^_^

Weekend kemaren bener2 capek deh.

Hari Sabtu (31/5) saya ke Bandung. Begitu sampe sana sekitar jam 11 siang, saya langsung meluncur ke Pasar Baru. Seperti biasa. Kalo saya ke sana, pasti membawa misi, yaitu beli barang pesenan ibunda tercinta :) Setelah muter2, akhirnya saya dapet satu dari dua pesenan ibu. Setelah itu, saya ke Palaguna Nusantara untuk beli kosmetik pesenan ibu di tempat langganannya. Dari sana, saya meluncur ke daerah Braga. Awalnya sih mau nyari selimut pesenan ibu, tapi ternyata tokonya tutup (apa nggak ada ya? soalnya papan namanya udah nggak ada :p). Karena nggak dapet, saya langsung meluncur ke warung nasi timbel Suniaraja di Jl. Merdeka depan Hotel Panghegar persis. Selesai makan, saya ke Braga CitiWalk deh. Belanja di Carrefour, secara saya punya voucher Rp.100.000 dan masa berlakunya sampe tgl 31/5 hihihi… Belanjanya mepet di hari terakhir. Yang penting kan vouchernya kepake :D
Dari sana, saya baru ketemuan sama adek saya , Iwan, dan pacarnya Fitri di CiWalk. Katanya sih mereka bareng temen2 Fitri. Tapi kami nggak ketemuan, karena teman2nya pada pengen jalan2 sendiri. Oia, di sana sempet muter2 bentar nyari kemeja dan celana buat acara di Bali. Tapi ternyata nggak ada yang bagus. Ya udah, akhirnya kami ke BSM. Di sana akhirnya nemu juga kemeja yang cocok. Mahal sih, tapi diskon jadi ga terlalu berat ngelepas duitnya :P Oia, di sana sempet maen Dance Revolution lho. Udah lama nggak maen. Jadi pengen deh punya game-nya. Ga berasa ternyata sampe malem kami di sana. Akhirnya kami cari tempat makan. Iwan pengennya di Rumah Makan Sulawesi di Setiabudi. Ya udah, akhirnya kami ke sana. Waw, di sana ternyata ada lobster. Berhubung nggak pernah nyoba, saya pilih itu deh. Enak banget makanannya ternyata. Suasananya juga cozy. Suasana Sulawesi banget, lengkap dengan orang2 berlogat Makassar dan lagu2 khas Sulawesi. Selama makan, teman2 adek (Donna, Shenni, sama sapa satu lagi lupa :p) dateng menyusul ke restoran setelah mereka muter2 sekitar Bandung seharian. But anyway, pas mau bayar, saya baru tau kalo harga lobsternya 300.000, lebih dari setengah total bill. Buseett…. Mahal amat. Tapi ya sudahlah. itu harga yang harus dibayar demi pengalaman makan lobster enak. Malam makin larut. Saya putusin untuk pulang, nggak ikut adek yang katanya masih mau nongkrong di Sierra, Dago Pakar. Maklum, orang kantoran, biasanya udah capek kerja duluan, jadinya biasanya jam 10 udah tidur.

Hari Minggu (1/6) kami pergi lagi.sekarang giliran FO sekitaran Dago yang diobok2. Muter2 beberapa jam, saya akhirnya beli sandal Donatello. Maklum, sandalnya udah jelek. Saya sih emang gitu, kalo barang udah rusak banget, baru deh saya ganti yang baru :) Selesai belanja, baru deh makan di Rumah Pasta sekitaran ITB. Saya baru pertama makan ke tempat itu. ternyata enak juga ya. Cuma sayang, saya pesennya medium karena ngiranya yang large bakal terlalu banyak porsinya, eh ternyata nggak tuh. Nyesel deh. Lain kali kalo makan di sana pesen yang large ah.
Hari makin sore, di sinilah awal rasa capek berasal. Iwan dan Fitri ngajakin saya pulang bareng ke Jakarta naek mobilny Donna. Nah, berhubung Iwan mau ambil barangnya dulu di Soreang, pergilah kami ke sana. Yah, namanya Soreang, pasti harus lewat Cibaduyut. Macet deh. Singkat cerita, sekitar setengah 8 malem baru sampe sana. Cabut dari sana ke Jakarta jam 8-an malem, sampe Cikampek untuk makan malem di Solaria sekitar jam 10 malem, sampe di kosan Fitri dan Shenni jam setengah 12 malem, sampe rumah Donna jam 12-an, sampe kosan jam 1 dinihari, selesai packing dan telp Blue Bird jam setengah 2. Tidur, bangun shubuh, langsung cabut jam setengah 6 ke bandara. Jam 7 check in, jam 8 take off deh. Sekitar jam 11.30 saya sampe di Ngurah Rai, Bali. Begitu sampai, saya langsung dijemput, diantar ke Hotel Conrad, Tanjung Benoa-Nusa Dua. Beres2 bentar, langsung kerja. Di tengah2 kerjaan, saya disuruh mem-back up temen kantor, mas Ferry, untuk jemput tamu2 asing di bandara karena jadwal kedatangan mereka berdekatan. Alhasil, saya harus menjemput tamu2 asing sampe jam 12 malem. Fiuh, kebayang kan? Hehehe… tapiiii…. Asik banget lho jemput tamu2 asing itu. Selain kenal orang baru dari luar negeri, saya juga seneng karena bisa praktik bahasa Inggris secara langsung. Dan ternyata, mereka tuh ramah2 dan baek2 banget lho. Apalagi Jepang dan Korea. Saya sempet ngobrol panjang lebar sama Nobuyuki Oda dan Jong Shik Lee. Cerita2 mereka sangat menyenangkan. Jadi pengen deh maen ke sana. Oia, di akhir hari penyelenggaraan workshop, saya mengantar Mr. Lee dan istrinya ke bandara. Mereka secara mengejutkan ngasih souvenir koin Korea. Waaahh…. Seneng banget. Terharu deh. Saya nggak nyangka aja. Duh, baik banget ya mereka itu. saya bener2 sangat terkesan dengan mereka. Saya jadi tau rasanya dibahagiakan. Jadi terpacu nih buat ngebahagiain orang lain. semoga saya dimampukan ya ^_^
Saya baru tau juga, kalo ternyata apa yang sudah menjadi tugas saya, begitu pelaksanaannya belum tentu sesuai. Saya yang tadinya ditugasin ngerjain administrasi dan koordinator tour, malah jadi LO seharian. Jadi koordinator tournya gagal karena apa coba? Ketinggalan bus karena sholat dulu :p tapi yah, apapun itu, Alhamdulillah acaranya sukses dan berjalan dengan baik. Kekurangan dan kekecewaan pasti ada, tapi nggak sebanding dengan hasil dan kepuasan yang dicapai. Seneng deh…

Hari Rabu (4/6) pas saya ketinggalan acara tour, saya akhirnya jalan2 sendirian di seputar Kuta. Niat mau liat sunset, ternyata ketutupan awan, kecewa deh. Tapi rasa kecewanya terobati, karena akhirnya saya tau kayak apa sih Poppies Lane dan Tugu Bali Bombing itu. Karena lapar, saya cepat2 pulang ke hotel untuk ikut dengan sebagian rombongan untuk menuju Jimbaran, tempat acara makan malam dengan tamu2 asing itu berlangsung. Saya naik taksi dari Jl. Tuban deket Joger, sampe ke Hotel Conrad habis 55 ribu. Emang sih pas buka pintu argonya 5000 kayak di Jakarta, tapi ternyata tarifnya 4000/km, sedangkan di Jakarta Blue Bird aja 2500/km. mending sewa mobil aja kalo mau jalan2 lama dan nggak terlalu kepepet. Ada kok yang nyewain 170 ribu per hari.

Setelah kerja yang melelahkan, akhirnya pulang juga kemaren siang. Selesai beres2, tidur deh seharian hihihihi… hmm… kapan ya ke Bali lagi? Tapi liburan, bukan kerja hehehe...

26 Mei 2008

Hikmah di akhir pekan

Weekend kemarin lain dari biasanya. Luar biasa banyak hikmah yang bisa saya ambil.

Pertama. Jumat kemarin, Awalnya saya mau pulang ke Bandung karena udah lama ga nengok Papa. Tadinya kan Ihsan dan Ona mau ke Bandung juga. Makanya saya nggak pesen tiket travel. Ternyata pas siang, mereka bilang nggak jadi ke Bandung. Ya udah, akhirnya saya mulai berburu tiket. Apa daya, ternyata saya nggak dapet tiketnya. Akhirnya saya batal ke Bandung. Eh, nggak disangka, adik saya yang lagi pendidikan di Bandung SMS sore2, bilang kalo dia mendadak harus ke Jakarta karena ada janji dengan seniornya. Agak malem, kakak saya yang sedang pendidikan di Jakarta dan sama2 berencana nengok Papa SMS, bilang kalo Senin dia ujian, jadi dia batal ke Bandung. See?? Ada 3 hal yang membuat saya batal pergi ke Bandung. Ya udah, akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke kosan dan nonton Indiana Jones di Setiabudi One sama anak2 kosan. Selesai nonton, saya SMS teman kuliah di Bandung, Defri. Awalnya saya janjian dengan dia juga. Dia rencana hari Sabtu wisuda. Dia minta saya datang. Apalagi keluarganya yang dari Aceh datang juga. Ternyata, tanpa diduga, dia bilang wisudanya ditunda dengan alasan yang tidak jelas dari pihak UNPADnya. Alloh emang sebaik2 perencana. Mungkin emang dari awal saya nggak di-set pergi ke Bandung. Hikmah yang bisa saya ambil, kalo misalnya rencana kita gagal, atau banyak hal yang menghambat kita dalam melaksanakan tujuan yang ingin kita capai, jangan mengeluh. Percayalah kalo itu insya Alloh yang terbaik buat kita. Bukan berarti kita pasrah dengan keadaan. yang penting kita ikhtiar aja dulu. Masalah jadi atau nggaknya, serahin ke Alloh aja.


Kedua. Hari Sabtu, saya, Ihsan, Alise dan pacarnya Erwin ke Mangga Dua dengan membawa misi membeli laptop. Hehehe. Akhirnya setelah muter2 sekitar 1 jam, Ihsan dan Alise beli Sony Vaio. Dikasih harga murah lho. Mungkin karena belinya sekaligus dua. Saya? Hmm... Yang saya cari ternyata nggak dijual di Indonesia. Akhirnya, saya harus survei ulang apa yang mau saya beli. Walaupun masih ragu2 mau beli yang tipe lain, tapi mau gimana lagi ya. Kayaknya agak2 urgent beli laptop nih. Soalnya perlu buat nge-run data di kosan kalau ada kerjaan mendesak. Oia, ada yang lucu. Jadi gini. Waktu Ihsan dan Alise mau bayar laptop dengan transfer via ATM, Ihsan ngeliat salah satu toko (mungkin toko satu-satunya) yang ngejual laptop Dell XPS M1330 yang dia cari selama ini. Sebelum beli Vaio itu kan dia muter2 sekitaran Mangga Dua untuk cari laptop itu. Karena nggak nemu, akhirnya dia memutuskan beli Vaio. Eh, malah nemu laptop idamannya di detik2 terakhir. Tapi karena udah terlanjur beli Vaio, akhirnya nggak dia ambil deh Dell-nya. Lucunya, Setelah Ihsan beli laptop Vaio, dia nawarin ke Yudhi yang juga lagi mau beli laptop. Eh, dibeli tuh. Akhirnya tercapailah keinginan Ihsan untuk beli Dell. Lucunya juga, malam harinya Ihsan nggak bisa tidur karena mikirin Dell itu. Dia bener2 nggak sabar pengen beli Dell secepatnya. akhirnya pagi2 saya dan Ihsan ke Mangga Dua lagi. Tapi ternyata tokonya tutup. Mau gimana lagi. Eits, perjuangan nggak berhenti sampai di situ. Hari Senin, Ihsan telp distributornya langsung. Guess what?! Ternyata emang barang2 di pasaran kosong karena minggu ini mau keluar seri baru. See...?? Emang semua kejadian udah diatur Alloh. Ada aja hambatannya buat Ihsan untuk beli Dell itu. Ternyata itu hikmah di balik kejadian itu.
Jadi, sebaik apapun rencana yang kita buat, kalo memang Alloh nggak berkenan dan Alloh sudah punya rencana sendiri (yang tentunya terbaik) buat kita, jangan mengeluh. Mungkin keliatan nggak bagus buat kita dan kita merasa nggak puas dengan itu. Tapi Alloh Mahatahu apa yang kita butuhkan.


Oia, kemarin Minggu, saya ke kawinan Nanda, teman sekolahnya Latif (teman kuliah). Dia melangsungkan resepsi di kawasan Senayan. Sebenernya yang diundang saya, tapi berhubung saya sendiri dan nggak ada yang saya kenal, saya berinisiatif mengajak teman2. Gpp ya Nanda... Insya Alloh kami mendoakan semoga Nanda menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, dikaruniai momongan, senantiasa mendapat ridho dari Alloh SWT. Amin ^_^

22 Mei 2008

Sertijab GBI

Tadi siang, setelah pengucapan sumpah jabatan oleh Pak Boediono selaku Gubernur Bank Indonesia (GBI) yang baru di Mahkamah Agung, GBI lama Pak Burhanuddin Abdullah melakukan serah terima jabatan GBI di Ruang Chandra lantai 6, Gedung Kebon Sirih. Pak Burhan diizinkan meninggalkan ruang tahanan selama kurang lebih 2 jam untuk mengikuti prosesi tersebut. Tampak ratusan orang mengantri untuk memberi ucapan selamat pada GBI baru dan salam perpisahan pada GBI lama. Wartawan juga berjubel mengabadikan momen 5 tahun sekali itu.

Siang tadi, sambil melempar senyum, Pak Burhan bolak balik melihat jam tangannya. Mungkin dia khawatir akan melebihi dari waktu yang diberikan oleh KPK. Pak Burhan siang tadi tampak cerah dan segar, meskipun saya yakin beliau tidak demikian dalam hatinya. Terima kasih Pak Burhan atas kepemimpinan dan bimbingan beliau selama ini, sehingga BI dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Kami akan selalu mendoakan yang terbaik bagi Bapak. Amin.

21 Mei 2008

T-Rex Grand Indonesia

Selasa kemarin, bertepatan dengan libur Waisak, saya dan teman2 satu kosan lagi2 karaoke di T-Rex Grand Indonesia, lantai 3A. Kenapa 3A, bukan 4? Nggak tau juga ya. Tapi dari artikel yang pernah saya baca sih, kepercayaan orang Cina kalau 4 itu seperti angka 13-nya orang Barat. Well, apapun itu, saya yang sebelumnya mengantar adik saya ke X-Trans Travel di Blora sudah sampai di sana duluan, saya berinisiatif menunggu di depan Fountain show, walaupun saya nggak melihat apapun yang dipertunjukkan.
Ternyata tepat pukul 8, lampu tiba2 mati, dan pertunjukan spektakuler pun dimulai. Air menari2, dihiasi dengan lampu warna warni yang menyemarakkan pertunjukan. Diiringi musik klasik, penonton semakin terbawa suasana riang dari lagu2 tersebut. Pertunjukan berlangsung sekitar 10 menit. Applause panjang mengakhiri show itu. Hmm... ternyata keren juga. Baru pertama kali ini saya lihat. Ayo, yang lain, kalau pada penasaran, dateng aja. Nggak sia2 kok :)

19 Mei 2008

Karaoke with EF students

Hari Sabtu kemarin, saya dan 3 orang teman conversation classmate di EF yaitu Nisa, mas Pandri, dan Ningsih karaoke di Inul Vista lt. 13 Sarinah sama Ms. Sonia yang baik hati dalam rangka perpisahan kami, karena sebagian dari kami tidak melanjutkan kursus itu dengan berbagai alasan masing2. Aya, adik Ningsih, dan Chris, teman Ms. Sonia yang juga mengajar di EF juga ikut datang di acara karaokean itu. Acara kemarin juga dalam rangka merayakan hari ulang tahun Ms. Sonia. Acaranya sangat menyenangkan. Tapi kadang agak bingung. Kita mau nyanyi, taunya yang sekarang2 saja lagunya. Kalaupun ada lagu lama, kita cuma tau beberapa. Ms. Sonia pasti tidak tau terlalu banyak lagu2 terbaru. Yang ada kami hanya menyanyikan lagu2 The Beatles, Frank Sinatra, ABBA, dan sejenisnya :)
Suara Ms. Sonia bagus juga kok. Saya sampai rekam di video sebagai kenang2an. Selesai karaoke, kami foto bareng. Setelah itu kami berpisah dengan Ms. Sonia dan Chris. Semoga kami masih dapat bertemu lagi. Apalagi kami masih ada voucher free 1 hour karaoke :p

Selesai dari sana, kami mendengar sedikit keriuhan di seberang. Ternyata itu bersumber dari Cafe Oh La La yang sedang menggelar acara nonton bareng final piala Uber. Ningsih dan Aya memutuskan untuk pulang duluan. mas Pandri mau main ke tempat teman di Kebon Kacang. Akhirnya, saya dan Nisa yang memang ingin nonton piala Uber akhirnya mencari2 cafe di sekitar Sarinah supaya bisa sambil nonton, karena di Oh La La tempatnya penuh. Singkat cerita, kami dapat tempat di Hot Planet, masih di Sarinah. Kami nonton piala Uber di sana. Meskipun pada akhirnya kalah, tapi yang penting usaha dan semangat mereka patut diacungi jempol.
Jam sudah menunjuk angka 9. Kami langsung pulang karena udah kecapekan nyanyi :)

16 Mei 2008

Campur aduk

Iya nih. Kemarin perasaan campur aduk. Di sore hari, saya dihinggapi kebingungan yang teramat sangat. Gimana nggak? Memorandum yang tadinya mengundang pejabat atau staf di salah satu direktorat di kantor, eh bos di tempat saya tiba2 minta untuk menggantinya dengan mengundang Direktur. Sebenarnya nggak masalah kalau memo diganti, tinggal ditarik saja memo yang lama. Tapi ternyata memo lama sudah didisposisikan. Nah lho. Berabe kan? Akhirnya dengan lobi secara intensif, memo yang baru tadi dianggap baru, tidak dianggap menggantikan yang lama. Bingung kan? Sama, saya juga bingung. Gitu deh pokoknya :D

Oia, perasaan lain yang ikut tercampur itu lantaran kemarin merupakan hari terakhir saya les di EF. Kangen juga pasti nanti sama pengajarnya, Ms. Sonia. Dia benar2 rendah hati. Saya senang selama diajar oleh dia. Kapan ya bisa kursus di kelas conversation lagi. Benar2 menyenangkan.

Satu lagi nih. Perasaan lainnya adalah karena saya kemarin menerima kado ulang tahun dari sepupu saya di Semarang. Tahu nggak apa hadiahnya? Sebuah jam tangan..!!! Yippiieee.... Seneng banget. Tau aja mba Upik itu kalau saya nggak punya jam tangan :p Tadi pagi, begitu sampai kantor, saya langsung ke kantin. Di sana ada tukang jam tangan. Saya minta kecilkan ukurannya. Mudah2an setelah Jumatan nanti saya sudah bisa pakai jamnya ^_^

Hari ini ngapain lagi ya enaknya? Yang jelas harus mengurus beberapa hal untuk pelaksanaan workshop di Bali awal Juni depan. Kerja dulu ah... :)

15 Mei 2008

Traktiran Ihsan... :p

Hari ini saya dan teman2 Cepipil, yaitu Roni (sori nggak ada di foto :p ), Ajoe, mba Herlyn, mba Icha, Tari, dan yang punya hajat Ihsan, sama manager Cepipil dancers, mas Hery, pergi makan siang ke Paregu di Wahid Hasyim, Menteng. Kami kurang lebih 2 jam berada di sana, sibuk merebus, memanggang, bercanda, makan, dan foto-foto. Menyenangkan sekali. Di sana kami member kado buat Ihsan, yaitu sebungkus Tariii… eh salah. Tapi tas olahraga, mengingat Ihsan suka fitness dan kadang pinjam tas Ona buat bawa peralatan rias dia. Hehehe. Semoga bermanfaat ya San. Oia, semoga panjang umur, sehat dan sukses selalu. Cepat nikah ya ^_

Makasih traktirannya. Sampai dua kali, nggak enak juga :p Mana ribet janjiannya, tarik ulur sana sini, malah sempet nggak jadi jalan, eh di detik2 terakhir semuanya mendadak bisa pergi hihihi...
Happy birthday and wish u all d best San :)

06 Mei 2008

Akhir pekan yang menyenangkan ^_^

Weekend kemarin saya kedatangan dua saudara kandung saya. Adik saya yang bekerja di Kalimantan sekarang sedang menjalani pendidikan di Soreang, Bandung. Sedangkan kakak saya yang bekerja di Papua akan menjalani pendidikan di Jakarta selama 3 bulan. Alhamdulillah. Sekarang kami bisa berkumpul, setidaknya dalam waktu yang cukup lama. Saya terakhir ketemu kakak waktu libur Idul Adha lalu, sedangkan adik saya terakhir tahun lalu.
Selama weekend, kami hanya di kosan saya. Membicarakan berbagai hal, apa yang terjadi dengan keluarga besar di Papua, apa yang dilakukan adik saya di Kalimantan, dll. Bagi saya, berkumpul dengan keluarga saja sudah teramat menyenangkan.

28 April 2008

Cerita akhir pekan

Akhir pekan kemarin lain dari biasanya. Saya yang terbiasa sengaja mencari kesibukan (misalnya bikin janji baru sama teman2) kalau nggak ada acara saat weekend, kali ini saya mencoba untuk tetap tinggal di kosan dan menikmati hari tanpa lelah. Ternyata cukup menyenangkan. Saya bisa menyelesaikan membaca 2 Bab buku Ekonometri, saya juga bisa tidur siang, ditambah dengan film2 barat komedi yang bisa saya tonton sepuasnya. Ahh... Menyenangkan sekali. Saya menonton Enchanted, yang berkisah tentang seorang gadis di dunia kartun yang dibuang oleh calon Ibu mertuanya ke dunia manusia karena dia tidak ingin anaknya menikah dengan gadis biasa. Lucunya, malah si gadis menemukan pangeran sejatinya di dunia manusia, dan pangeran di dunia kartun menemukan pasangannya di dunia manusia juga dalam misinya mencari dan menyelamatkan calon istrinya terdahulu. Ada juga film She's The Man yang berkisah tentang seorang wanita yang sangat ingin bermain bola. Saking kerasnya perjuangan dia untuk meraih impiannya itu, terlebih saat dia ditolak bergabung di tim inti sekolahnya hanya karena dia wanita, dia berpura2 menjadi adiknya begitu adiknya pergi ke London untuk bermain musik. Cita2 dia tercapai. Tapi banyak kekacauan yang terjadi selama dan setelah dia menyamar jadi adiknya. Hmm... buat lengkapnya, nonton aja yaaa... ^_^
Oia, ngomong2 dompet saya yang sempat hilang. Kemarin Minggu sore saya ke Pasar Festival untuk bertemu dengan Bapak yang menemukan dompet saya itu. Tak disangka, Pak Sukanda (yang menemukan dompet itu) selain tercatat sebagai karyawan Pelita Air Service, juga seorang manager grup band. Hebatnya lagi, grup band itu beranggotakan 4 dari 5 anaknya, yaitu Ricky (bass dan vokal), Gerry (gitar dan keyboard), Aldy (vokal dan gitar), dan Danna (band). Lebih hebatnya lagi, nama band itu adalah Kanda Band, persis seperti nama beliau. Yang lebih hebatnya lagi, lagu2nya juga keren. Mantap. Apalagi lagu "Cemburu" dan "Aira". Ketika saya tanya, ternyata itu memang akan jadi lagu andalannya pada saat peluncuran Agustus 2008 mendatang. Dan, yang lebih hebat lagi, mereka sudah bermain di PasFes selama 9 tahun, suatu dedikasi yang luar biasa. Tidak heran, kemampuan mereka dalam bermusik dan bernyanyi memukau. Saya berkeyakinan kalau mereka akan meraih prestasi besar dalam tahun2 mendatang.

24 April 2008

Alhamdulillah

Segala puji memang hanya bagi Alloh SWT semata. Dompet yang hilang Senin kemarin ternyata ditemukan seorang bapak penumpang taksi, 2 hari setelah kejadian. Beliau, Pak Kanda, mengirim fax dan bahkan sampai menelpon saya untuk memberi tahu kalau dompetnya sudah di tangan dia. Alhamdulillah. Masih banyak orang jujur di Jakarta ini. Semoga Alloh merahmati beliau sekeluarga. Amin. Wah, ini menjadi pelajaran bagi saya untuk selalu berhati2 dengan barang bawaan saya ^_^

22 April 2008

Dompet leungit euy...!!!

Dompetku hilang lagi. Entah ke mana.
Seingatku, kemarin pagi sebelum turun dari taksi, saya simpan dompetnya di tas begitu habis ambil uang. Sepanjang hari saya nggak sadar kalau dompet hilang. Begitu lagi bikin catatan keuangan, baru saya sadar. Waduh, langsung deh pinjam uang ke Ina buat ongkos pulang dan makan malam :p
Hmmm.... Ke mana ya? Kalau nggak jatuh di taksi, bisa jadi pas ada acara di kantor itu hilang. Soalnya saya kan mondar mandir ngurus ini itu. HP dan dompet saya tinggal di meja. Salah sih memang. Tapi selama ini baik2 saja tuh, nggak pernah ada yang hilang. Tapi, apapun itu, saya sih sudah merelakan dompetnya hilang. Cuma penasaran saja, kira2 jatuh di taksi, atau hilang di kantor? Wallahu a'lam.

21 April 2008

Kangen...

Duh, tiba2 saya kangen belajar matematika dengan segala intriknya dalam menemukan solusi yang tepat dan diinginkan. Saya jadi tiba2 teringat, karena akhir minggu lalu teman kuliah saya, Defri, minta dibantu pengerjaan skripsinya. Ternyata, saya menemukan lagi kenikmatan mengotak atik rumus setelah sekian lama vacuum dari dunia matematika. Entah kenapa. Saya sangat mencintai matematika. Matematika sudah benar2 mempengaruhi jalan pikiran saya. Bagaimana mencari solusi optimum (walaupun terkadang malah membuat saya terlihat plin plan karena terlalu lamanya berpikir dan menimbang2 demi hasil terbaik :p), bagaimana menyusun pemikiran (atau kalimat) supaya terstruktur dengan baik, dll. Di matematika pula, saya menemukan teman2 yang seolah2 sejiwa dan sepemikiran dengan saya. Menyenangkan sekali.
By the way... Saya kemarin waktu weekend di Bandung, sempet pulang ke rumah setelah main dari kosan teman. Di tengah jalan, seorang ibu dengan tas yang agak lusuh naik angkot sambil menggendong anaknya. Setelah naik, dia mulai menyiapkan makanan untuk anaknya. Ternyata, dia hanya menyuapkan anaknya dengan lauk air mineral yang disiram ke nasi. Ya Alloh. Saya miris melihatnya. Sampai segitu parahnya kah negeri ini? Bersyukurlah kita yang masih bisa makan enak dengan lauk yang berlimpah. Kalau nggak enak, jangan mengeluh dan jangan dicaci. Setuju? ^_^

07 April 2008

Tragedi Ujungberung

Liburan kemarin menyisakan cerita dan kejadian lucu tapi sekaligus menyebalkan.

Ceritanya begini. Karena salah satu teman kantor saya, Lia, akan mengadakan resepsi pernikahan di Bandung, jadi saya dan teman2 lainnya, Ika Zi, Alis, Dony, Yudhi, dan Andhi berangkat ke Bandung Jumat malam dengan menumpang mobil pacar Ika. Sepanjang perjalanan kami sedikit terjebak macet karena ada kecelakaan di beberapa titik. Ada bis yang terperosok, ada juga truk yang terjerembab. Sekitar jam 12 malam, kami tiba di rumah saya. Berhubung mobilnya agak panjang, garasi tidak dikunci.

Sabtu (5/4) pagi kami baru saja mau berangkat. Kami mencari sandal dan sepatu yang kami simpan di garasi. Ternyata nggak ada. Saya tanya ke saudara saya, siapa tau dia merapikan ke tempat lain. Ternyata nggak. Waaahhh.... ternyata semua sandal dan sepatu kami hilang :'( kecuali punya Ika. Akhirnya kami berangkat dengan bertelanjang kaki, sambil mampir ke pasar swalayan untuk beli sandal jepit. Kasian teman2 saya. Apalagi Dony, sepatu Fila-nya hilang. Lengkap dengan kaus kakinya. Istighfar. Mungkin masih kurang amal.
Kami berencana ke Kawah Putih dan Situ Patenggang. Tapi karena tragedi tadi, juga karena macet gara2 berangkat terlalu siang, kami baru sampai di Kawah Putih jam setengah 3 sore. Di sana hujan dan diselimuti kabut tebal, jadinya nggak bisa foto2. Mana saya sampai sesak nafas karena saking dinginnya udara. Ditemani bajigur dan Nasi Pepes Ikan, kami berfoto2 sambil menunggu hujan. Begitu reda, kami kembali lagi ke Kawah Putih. Mumpung kabutnya lagi pergi. Akhirnya setelah berpuas2 foto2 di sana (sampai2 melebihi batas waktu yang kami tentukan sendiri) kami langsung pulang karena harus mengejar acara kawinan Lia. Situ Patenggang pun nggak jadi kami datangi. Sepanjang perjalanan, anehnya, kami disuguhi pemandangan mengerikan. Ada tiga kecelakaan motor. Rata2 memang nggak pakai helm sih, makanya ada ibu2 yang jatuh dari motor di daerah Soreang langsung berdarah2. Bapak2 di daerah Rancabali tabrakan sama Toyota Alphard. Ngeri deh pokoknya.
Sampai di rumah sekitar jam 19.15, saya nggak langsung siap2. Ternyata, tragedi berlanjut. Rumah saya yang memang atapnya banyak yang bocor ternyata membuat tas saya dan Andhi kebasahan. Alhasil, kami harus menyetrika dulu baju dan celana. Andhi malah kaos kakinya ikut basah. Akhirnya dengan segala ketergesaan, kami sampai di resepsi jam 20.07. Senangnya, karena berarti kami masih kebagian makanan :p Setelah dari kawinan, kami ke Sierra untuk menghabiskan malam. Kan sayang, anak2 pas lagi banyak dan pada ngumpul. Menjelang tutup, kami langsung meluncur ke rumah saya untuk mengambil barang2 kami, karena kami berniat menginap di rumah Bunga. Eits, bukan karena trauma dengan tragedi hari itu, tapi benar2 karena ingin mencari suasana baru.

Minggu (6/4) pagi kami sarapan di sekitar Istiqomah. Nasi timbel langganan saya entah sudah pindah ke mana. Tapi yang penting, tetap enak sih. Dari sana, Bunga tercetus ide untuk foto2 di Yonas. Kami meluncurlah ke sana. Fotonya baru jadi minggu depan sih. Nanti diupload deh.
Dari sana, kami ke stasiun untuk beli tiket Parahyangan kelas bisnis yang sudah bisa didapat hanya dengan 20 ribu rupiah. setelah itu kami ke Kartika Sari untuk membeli oleh2. Sambil menunggu keberangkatan, kami hanya makan Batagor Riri di Kebon Kawung dan window shopping ke Factory Outlet. Begitu saatnya kami naik kereta, nggak berapa lama kami langsung ngorok. Kecapekan semua. Hihihihi.... Yah, mempersiapkan fisik untuk ke kantor lagi (again..!!) besok harinya :D

27 Maret 2008

Donor Darah

Tadi pagi akhirnya saya bisa donor darah, setelah kemarin gagal karena datang sudah agak siang dan tempat donor darahnya dipenuhi orang2 dari kantor sebelah (Dephan). Saya merasa beruntung dan senang karena bisa membantu saudara2 saya yang membutuhkan darah.
Oia, saya jadi ingat. Ada kejadian yang aneh waktu terakhir kali saya donor darah Agustus tahun lalu. Jadi begini. Sebelum donor kan diperiksa dulu darahnya. Beberapa tetes darah ditaruh di atas wadah. Sebagian dikasih anti-A dan sebagian lagi dikasih anti-B. Setelah melihat reaksi darah saya, dia langsung melingkari huruf AB. Eits.... bentar. "Bu, bukannya itu nggak nggumpal dua-duanya? Berarti saya O dong...!!!" kata saya sedikit ketus. Ibu itu berpikir sebentar, lalu mengiyakan. Phew... Kejadian fatal hampir saja terjadi. Alhamdulillah, ilmu Biologi yang saya pelajari waktu SMA dulu masih ada yang lengket. Dulu kan dikasih tahu, kalau darah dikasih anti-A dan terjadi aglutinasi (penggumpalan) berarti dia A, demikian juga dengan anti-B. Nah, kalau saya tidak menggumpal dua-duanya, berarti O dong, bukannya AB. Kebayang kan kalau darah O saya dikasih ke golongan AB (yang tentu saja hanya bisa menerima AB), yang terjadi malah terjadi penggumpalan darah di seluruh tubuh recipient, yang berujung pada tidak mengalirnya darah ke seluruh tubuh dan meninggal dunia. Hiiihhh.....
Makanya, sekecil apapun ilmu yang pernah kita dapat, dengar, dan pelajari, jangan diremehkan. Karena suatu saat pasti bermanfaat. Seperti kejadian yang sering saya alami ketika kuliah. Waktu itu saya sering pulang kuliah dengan bis DAMRI Jatinangor-Dipati Ukur. Sebagai contoh, kalau saya pulang dari Jatinangor ke Dipati Ukur, perjalanan yang ditempuh selama 1,5 jam akan dihabiskan ke arah Barat. Karena sekarang bulan Maret, dan posisi Bandung sekitar 6 derajat Lintang Selatan, berarti matahari ada di sekitar 84 derajat dari horison, yang artinya kalau bis bergerak ke arah Barat, sepanjang siang sisi kanan bis akan terkena panas matahari. Itulah mengapa setiap bulan Februari-Oktober saya selalu di sisi kiri bis. Simpel kan? Itulah gunanya ilmu pengetahuan ^_^

26 Maret 2008

English

Kemarin hari pertama saya mengikuti kursus Bahasa Inggris di EF Menteng dekat Sarinah. Menyenangkan juga ya ternyata. Saya bisa berkomunikasi secara utuh dalam Bahasa Inggris (mm... nggak juga sih, kadang2 Indonesia keluar juga :P). Saya selama ini mempelajari Bahasa Inggris secara otodidak. Berbagai metode dan cara saya tempuh untuk memperlancar Bahasa Inggris saya. Mulai dari mendengarkan musik, menonton film dan acara TV berbahasa Inggris tanpa teks, sampai berlatih bercakap dalam bahasa Inggris dengan beberapa teman saya. Bahkan saya pernah membaca kamus untuk menambah kosakata dan melihat pengucapan yang tepat untuk suatu kata. Hasilnya tidak mengecewakan. Walaupun terkadang masih menemui kesulitan dalam menyusun kalimat atau menemukan kata yang tepat dalam mengekspresikan sesuatu, tapi pengucapan, struktur kalimat, dan logat sudah dapat saya kuasai. Yang perlu diperlancar adalah, speaking. Itulah kenapa saya mencoba mengambil kursus di EF Conversation Class.
Terkadang beberapa teman, kolega, saudara, dan lainnya sering bertanya saya pernah kursus di mana. Terus terang saya belum pernah kursus. Karena selain keterbatasan biaya, saya memang agak skeptis dengan lembaga kursus. Saya berpikir kalau ikut kursus belum tentu meningkatkan kemampuan kita dalam berbahasa Inggris. Harusnya kita terjun langsung ke negara yang memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pertama mereka, atau minimal belajar dengan intens melalui metode2 yang tadi saya sebutkan. Kalau mau terjun langsung ke negara tertentu melalui kuliah bisa saja sih, tapi kesempatannya masih lama. Kebetulan, teman2 kantor saya ada yang mau sekolah di luar negeri dan mengajak saya untuk mengikuti kursus. Ya sudah, saya ikut deh. Hitung2 menambah pengalaman dan pengetahuan dalam berbahasa Inggris. Minimal melatih keberanian saya untuk melakukan percakapan dengan orang lain, sembari meningkatkan soft skill saya.

25 Maret 2008

Libur panjang di Solo

Weekend kemarin diwarnai dengan libur panjang lagi. Libur Maulid Baginda Nabi Muhammad saw dan Kenaikan Isa Almasih. Rencana liburan ke Yogya dan Solo yang sudah dibuat jauh2 hari alhamdulillah terlaksana. Apalagi saya belum pernah pergi ke Solo sebelumnya.

Rabu (19/3) saya berangkat ke Bandung. Saya memang naik kereta menuju Yogya-Solo dari Bandung, karena rencana berlibur ke sana sangat mendadak, jadi saya tidak dapat tiket kereta langsung dari Jakarta.

Kamis (20/3) pagi saya berangkat menuju Yogya-Solo dari Stasiun Bandung. Sepanjang perjalanan, saya sibuk berfoto2, tidak mau kalah dengan bule2 di kereta yang sibuk memotret kanan kiri. Menjelang tiba di Yogya, saya membatalkan liburan di Yogya, karena ternyata Om saya di Yogya sedang ke Solo juga. Akhirnya saya putuskan untuk langsung ke Solo. Sesampainya di sana, saya langsung bertemu keluarga besar teman saya-Latif. Awalnya agak kikuk karena memang banyak yang tidak saya kenal, tapi ternyata sikap mereka sangat baik. Malam hari saya pergi ke pusat kota untuk melihat pasar Sekatenan dalam rangka Maulidan yang memang rutin dilakukan oleh masyarakat Solo. Walaupun saya agak terlambat, karena acara Sekatenannya siang harinya, tapi pasarnya masih ada, jadi masih bisa lihat2 dan beli jajanan2 pasar yang jarang saya temui di Jakarta. Sepulangnya dari sana, saya berfoto2 di sekitaran Keraton Solo yang banyak bangunan zaman Belanda.

Jumat (21/3) pagi saya berangkat ke Astana Mangadeg, Karang Anyar, tempat leluhur Latif dimakamkan. Dia memang salah satu keturunan dari Mangkunegaran II. Ya, dia masih bersaudara dengan keluarga alm. Ibu Tien yang kalau tidak salah beliau keturunan Mangkunegaran I. Di sana saya menyempatkan berfoto di kompleks pemakaman tersebut. Pemandangan alamnya sangat indah dan sedap dipandang mata. Iklim yang sejuk dan hutan yang menyelimuti bukit semakin menambah keindahan kompleks tersebut, jauh dari kesan angker. Setelah mereka nyekar, saya mengikuti mereka untuk berziarah sebentar ke makam Pak Harto dan Ibu Tien. Saya tidak menyangka, ternyata ratusan peziarah memadati kompleks pemakaman tersebut.
Kami tidak lama berada di sana karena ingin mengejar sholat Jumat di Solo. Selesai Jumatan, saya mencoba Es Kobar (Kota Barat) yang konon katanya enak. Ternyata enak juga lho. Apalagi harganya murah. Entah karena cuaca panas atau memang enak. Hehehehe. Sore hari, sambil mencari aktivitas supaya tidak bosan menunggu acara wayangan di rumah eyang Latif digelar malam harinya, saya pergi ke Solo Grand Mall. Dari sana, saya pergi ke pusat jajanan dan oleh2 khas Solo di Jl. Kalilarangan. Saya ke tempat Pak Mesran. Katanya itu yang terkenal. Di sana ada banyak jajanan seperti Intip, Enting2, Brem, Ampyang, Rengginang Terasi, Kue Semprong, Bakpia, Abon Sapi dan Ayam, dll. Dari sana saya langsung pulang ke rumah eyangnya Latif untuk mengikuti acara wayangan. Saya yang sudah sakit sehari sebelumnya, semakin parah sakitnya. Hidung meler, bersin, flu, tambah batuk. Sepanjang acara wayangan saya sering ketiduran. Akhirnya saya memaksakan diri untuk tidur jam setengah 12 malam.

Sabtu (22/3) saya bangun pagi untuk pergi ke Yogya, karena harus ketemu dengan Om saya dan mengantarkan oleh2 yang sudah saya beli waktu di Bandung. Tapi apa daya saya tidak kuat karena badan jadi meriang. Jadi saya cuma tidur seharian sampai siang. Tapi sempat cari jajanan di sekitar Stadion Manahan. Saya menemukan Sari Kacang Hijau yang tidak lebih dari kacang hijau yang dijus. Sore harinya saya baru memberanikan diri untuk jalan2. Saya ke Pasar Klewer. Tadinya sih niat mau beli batik, tapi nggak jadi karena terlalu capek untuk milih2 baju. Pas mau pulang, di depan gerbang Pasar Klewer, ada satu tempat yang dipenuhi orang. Mereka berjubel. Saya penasaran. Ternyata ada yang jual Tengkleng. Baru buka. Karena penasaran, saya dan teman2 ikut antri. Perjuangan kita nggak sia2 akhirnya kita dapat porsi yang terakhir. Dua panci besar dalam waktu kurang lebih setengah jam sudah ludes terjual. Hmmm.... enak banget. Rasa dan baunya masih terasa sampai sekarang. Kalau mau coba saja makan Tengkleng di sana. Pulang dari sana, kami ke sekitaran Kota Barat. Mau cari wedangan. Di sana saya akhirnya mencoba yang namanya nasi kucing. Nggak seberapa sih porsinya, tapi sambalnya itu lho, kok enak banget. Apalagi ditambah susu murni panas. Hmm..
Malam harinya, saya pulang ke Bandung. Kami diantar ke Stasiun Solo Balapan. Ketika kereta melintasi rumah eyang Latif, kami didadahi dari seberang. Wah, lucunya. Latif bilang itu memang sudah jadi tradisi di keluarganya, kalau ada yang datang atau pulang, pasti semua sudah berderet di depan untuk melambaikan tangan.

Minggu (23/3) pagi kami tiba di Bandung. Yang saya lakukan hanya tidur seharian karena masih nggak enak badan. Jam 2 siang kami pulang ke Jakarta karena khawatir macet. Liburan panjang membuat banyak orang Jakarta mudik ke kampung halamannya. Oia, ada satu kejadian. Pas di travel, di awal2 perjalanan saya dan beberapa penumpang lain merasa ada yang tidak beres dengan ban, karena guncangannya cukup kuat dan terasa. Eh, benar. Ternyata belum separuh perjalanan, bannya agak sobek. Alhamdulillah mobil tidak melaju terlalu kencang dan ban tidak meledak. Kami selamat. Setelah menunggu beberapa saat sang supir mengganti ban, kami melanjutkan perjalanan dengan guncangan yang masih terasa. Tapi alhamdulillah kami sampai dengan selamat. Malam saya sampai di kosan langsung tidur deh... Capekk..zzzz...

18 Maret 2008

Karunia

Alhamdulillah. Tadi malam saya mendengar kabar gembira dari kakak saya bahwa dia lolos seleksi internal di tempat dia bekerja untuk mengikuti pendidikan di Jakarta selam kurang lebih 4 bulan untuk persiapan menuju tingkat jabatan yang lebih tinggi. Tidak ada yang bisa saya ucapkan selain rasa syukur. Setelah kakak saya menanti cukup lama, akhirnya dia memperoleh apa yang diimpikannya selama ini. Saya hanya bisa berdoa semoga ini menjadi jalan kebaikan untuk menjadi semakin dekat dengan Alloh SWT. Amin.

Ngomong2, lagu Sherina yang berjudul "Jalan Cinta" benar2 keren. Jarang2 lho lagu Indonesia yang saya dengar membuat saya merinding. Sepintas, detail musiknya mirip lagu Frozen-nya Madonna. Tapi terlepas dari itu, menurut saya lagu itu benar2 bagus. Apalagi penghayatan Sherina dalam membawakan lagu itu benar2 dapat membuat pendengarnya berimajinasi tentang jalan menuju cinta sejati. Ya nggak sih?

13 Maret 2008

Macet...cet...cet...


Wuih... seminggu ini Jakarta memang lain dari sebelumnya. Macetnya nggak karuan. Kemarin saya dan teman kantor Ina dan Tevy berniat menjenguk teman sekantor lainnya, Dony, di RS Sam Marie yang istrinya baru melahirkan seorang putri cantik. Saya sampai bela2in pulang cepat, padahal pekerjaan belum semuanya selesai. Tapi apa daya, macet yang mengganas malam kemarin akibat hujan lebat dan banjir menghambat keinginan kami untuk melihat sang bayi. Setelah menunggu hampir satu jam lamanya di halte busway yang sedemikian sumpeknya, kami mengurungkan niat dan kami berbelok ke Sabang untuk makan Soto Kudus.

Sepertinya, mimpi melihat Jakarta bebas macet masih di awang-awang....

10 Maret 2008

Wisata alam di Jawa Barat

Tiga hari libur kemarin diwarnai dengan wisata alam ke beberapa objek wisata di sekitaran Bandung, Jawa Barat. Awalnya, saya berencana ke Irian untuk menghadiri acara aqiqah keponakan pertama saya, Ferisha Nabila Sugiarto, di Irian hari Jumat siang. Namun, apa daya. Pesawat tidak ada yang berangkat Kamis malam. Saya akhirnya ke Bandung. Kebetulan hari Kamis sore, teman sekantor menelpon saya. Dia mau ikut ke Bandung. Dia berencana berwisata ke Tangkuban Parahu dan Kawah Putih. Hmmm.... kenapa nggak. Saya yang tinggal bertahun2 di Bandung saja nggak pernah ke sana. Ya sudah. Akhirnya saya putuskan untuk pergi ke Bandung keesokan harinya.
Hari Jumat, kami beli tiket ke Stasiun Gambir. Eh, ternyata kereta full. Akhirnya kami ambil keberangkatan jam 14.30. Soalnya kan harus Jumatan dulu. Sesampainya di Bandung, saya ke BEC untuk membeli handphone untuk Ayahanda tercinta. Dari sana, saya makan malam di warung Sunda, Ampera. Saya ambil buntil. Hmmm… sudah lama saya tidak mencicipinya. Setelah itu, berlanjut ke Factory Outlet untuk membeli kaos titipan teman, dan membeli sandal di Donatello. Sedang ada promo “Buy 1 Get 1 Free”. Siapa yang tidak tergiur coba ;p Malam semakin larut, saya pun pulang sambil membeli susu murni yang sangat sulit saya temui di Jakarta.
Hari Sabtu, saya ke Tangkuban Parahu. Akhirnya. Seperti namanya, gunung itu dinamakan demikian karena dari kejauhan (terutama dari Bandung) gunung itu seperti perahu yang tertelungkup (nangkub dalam bahasa Sunda). Mobil hampir saja overheat di sekitar Ledeng. Maklum. Mobil Daihatsu lama katanya memang suka begitu kalau melewati tanjakan, apalagi ditambah macet. Kejadian itu berulang lagi menjelang Tangkuban Parahu. Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga. Bau belerang sudah menyapa kita sesaat menjelang bibir kawah. Subhanalloh. Indah sekali pemandangan dari atas sana. Seharian kami habiskan di sana sambil berfoto2. Menjelang sore, kami melanjutkan perjalanan menuju Kawah Putih. Namun tak disangka perjalanan memakan waktu sangat lama. Macet…!!! Mungkin saking banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bandung di musim liburan kali ini. Akhirnya kami batalkan rencana semula. Saya memutuskan untuk belanja selimut di Pasar Baru titipan Ibunda di Irian sana ^_^
Hari Minggu, saya berangkat ke Kawah Putih. Tadinya sih mau berangkat jam 7. Tapi karena ngantuk dan hujan, saya tunda keberangkatannya jadi jam setengah 10. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam. Masya Alloh. Indah banget. Saya melihat potongan surga di sana. Danaunya, alamnya, hutannya, hawanya, lengkap deh. Saya sibuk memotret sana sini. Tidak lama di sana, hujan menyerang. Sambil menunggu agak reda, saya menikmati bajigur (minuman dari santan bergula merah) dan ulen (ketan bakar pakai oncom khas Sunda).
Perjalanan saya lanjutkan ke Situ Patenggang. Tidak saya rencanakan sebelumnya. Tapi teman saya yang mobilnya saya sewa, Iman, bilang kalau tempat itu bagus. Demi menjawab rasa penasaran, saya akhirnya meluncur ke sana. Sebelum tiba di sana, Ya Alloh, saya disuguhi pemandangan hamparan kebun teh teramat indah. Begitu saya sampai Situ Patenggang…. Deggg… saya terperanjat. Indah sekaliii…. Alloh Maha Agung. Benar2 indah. Tak terbayangkan sebelumnya. Meskipun sedikit hujan, tapi tidak mengurungkan niat saya mencapai pulau cinta dan melihat batu cinta yang melegenda di masyarakat sekitar dengan menumpang sampan. Mengingat sudah jam 3, kami harus segera pulang untuk mengejar kereta jam setengah 7 malam.
Di perjalanan pulang, kami melintasi kebun strawberry yang sangat luas di Rancabali, antara Ciwidey dan Kawah Putih. Kami mampir sebentar untuk memetik strawberry sepuasnya. Bayar? Sudah barang tentu. Tanpa terasa, kami baru meninggalkan Rancabali sekitar jam setengah 5. Akhirnya kami sampai di Stasiun jam 6 lebih.
Tiket sih masih ada, tapi untuk yang berdiri. Setelah menelpon travel sana sini, akhirnya saya dapat tiket travel yang ke arah Ciputat jam 8 malam. Daripada nggak pulang, mending kemaleman :D Sebelum pulang makan dulu di Bandoengsche Melk Centrale, pusat persusuan semenjak jaman Belanda. Yoghurtnya enak lho.
Walaupun sedikit terlambat, akhirnya saya sampai di kosan jam setengah 11 malam. Fiuuhh, capek juga. Tapi Alhamdulillah menyenangkan. Kesan liburan yang luar biasa. Sampai2 terbawa mimpi. Kapan ya bisa traveling ke tempat2 bagus lagi di Indonesia?

Mengenai Saya

Foto saya
Sedikit pendiam, perfeksionis, dan ingin menebar kebaikan buat orang sekitar