25 Agustus 2008

Quality time bersama teman2

Mengutip isi SMS Sisil kemarin, kemarin bisa dibilang saya menghabiskan waktu bersama teman2 dengan kualitas No.1 :D

Kebayang dong. Dari pagi saya ke kantor mengikuti acara penutupan perayaan 17 Agustus dengan bintang tamu Maliq & d'Essentials. Siang saya ketemu Nissa, Andin, dan Sisil. Kita langsung cari makan siang di Plangi. Kita ke Roof Top. Ternyata asik juga liat pemandangan Jakarta dari atas sana. Sambil makan, kami makan sambil tukar cerita dan pikiran yang berat2 dan berbobot. Keren lah pokoknya. Nah, waktu di perjalanan menuju Plangi, Sisil cerita kalau ada Miitem di Plaza Indonesia. Karena saya belum pernah coba dan penasaran pengen tahu rasanya, akhirnya kami melanjutkan petualangan makan kami hari itu ke Miitem. Wuii... ternyata enak banget ya Miitem. Lagi2, sambil makan, kami ngobrol lagi dengan topik lain. Wah, pokoknya ngobrol sama mereka nggak rugi. Di sela obrolan berat ada bercandanya juga. Imbang deh pokoknya :) Menjelang maghrib, kami berpisah dan pulang ke rumah masing2.
Hmmm... sering2 ya kasih ke saya waktu berkualitasnya :)

Makasih buat teman2 baruku yang menyenangkan ^_^

23 Agustus 2008

Akhirnya tampil juga... :p

Kemaren Jumat (22/8), saya akhirnya tampil juga sebagai anggota The Palmetto (The Project of All-Stars Monetary Authority). Penampilan perdana saya seperti yang diduga pasti mengundang komentar. Iyalah wajar, karena saya memang benar2 pertama kali bernyanyi di panggung di hadapan banyak orang (lain halnya dengan karaoke :p). Dari komentar ekspresi datar di awal lagu, gaya yang kaku, sampai suara yang tidak terlalu terdengar. Hihihi...
Mengenai suara, memang saya tidak terlalu keras, karena berdasarkan monitor yang ada di depan saya, suara saya terlampau keras sampai2 hampir menutupi suara 1. Makanya saya tidak berani terlalu keras. Tapi yang ada malah suaranya tidak terlalu terdengar. Hiks.
Tapi namanya juga belajar, apalagi pengalaman pertama. Semoga ini menjadi awal dari serentetan penampilan spektakuler saya yang lain *halah*
Kalau dipikir2, memang ya sensasinya sangat berbeda ketika di atas panggung. Kita disorot, orang2 bersorak buat kita. Hmm... serasa pengen jadi artis :p

Oia, Tari Piring yang dibawakan oleh para Cepipil Dancer membawa medali perak ke tangan Bidang 3. Tapi dari sisi orang awam, tarian yang diusung memang lebih dinamis, menghentak, dan membuat penasaran orang untuk melihat gerakannya. Terbukti dengan komentar orang2 setelah pentas berlangsung. Duh, rasanya pengen banget ada di panggung ikutan nari dengan teman2 Cepipil. Tapi apa daya, selain panggung terlalu kecil, badan pun lagi keseleo. Insya Alloh tahun depan. Nari apa ya kira2? Pengen deh nari Rentak Besapih dari Jambi. Kayaknya keren banget kalau buat lomba.

21 Agustus 2008

Nggak kapok meminta

Saya beberapa saat yang lalu sempat mengalami kejadian yang sangat saya sesali. Jadi gini. Awalnya suatu malam, saya sempat dikomentari tentang pekerjaan oleh atasan saya. Karena kebetulan pada waktu itu saya sedang ada masalah keluarga, dalam hati saya tidak terima dengan segala komentar yang dia lontarkan. Alhasil, begitu dia pulang, saya langsung marah2 di kantor, mengomentari segala yang jelek dari atasan saya. Tapi sesaat kemudian, saya benar2 tersadar kalau yang saya lakukan itu benar2 tidak diridhoi. Yang saya lakukan hanya marah, sambil berghibah, tanpa memandang jasa dia pada saya. Ujung cerita, saya sangat menyesali perbuatan itu. Sesampainya di kosan, saya hanya bisa sholat dan bertobat atas apa yang saya lakukan. Janji saya untuk menjadi orang yang lebih sabar dan tenang dilanggar begitu saja. Akhirnya, saya pun meminta kepada Alloh untuk diberikan rasa sabar dan ikhlas. Tebak, Alloh mengabulkan doa saya hanya dalam waktu seminggu.
Saya tahu Alloh mengabulkan doa saya karena kejadian minggu ini. Seperti tahun2 sebelumya, di kantor ada perayaan HUT RI yang dimeriahkan dengan berbagai perlombaan. Salah satunya tari tradisional. Setelah melewati audisi, saya lolos untuk latihan mewakili bidang dari direktorat saya. Waktu latihan hanya 2 minggu, sedangkan saya ternyata pada H-5 mengalami cedera. Sampai hari ini (21/8) saya belum pulih betul, apalagi lombanya besok. Karena itu, saya dengan sangat terpaksa diberhentikan demi alasan kesehatan dan kebaikan tim pada saat pentas. Apalagi ternyata panggung yang dijanjikan lebih besar daripada tahun lalu ternyata hanya isapan jempol belaka. Dengan tari Piring yang sangat dinamis, saya nggak yakin kalau saya tetap harus ikut menari pun akan cukup panggungnya. Dari 9 orang, sekarang sudah diputuskan 5 orang yang mewakili bidang untuk lomba tari. Di situ saya diuji kesabaran melalui sakit yang belum kunjung sembuh total, juga diuji keikhlasannya untuk tidak ikut lomba tari. Terkabul kan? Jadi, di samping saya sedih, saya juga dikabulkan doanya ^_^
Saya nggak akan kapok meminta apa yang saya inginkan. Saya yakin, apa yang kita minta pasti diberi, meskipun kadang bentuknya belum tentu seperti yang kita harapkan.

18 Agustus 2008

Hikmah di balik kejadian

Saya cuma mau berbagi pengalaman. Alloh menyarankan kita untuk menceritakan nikmat yang kita terima untuk menunjukkan bahwa Alloh lah yang memberikan nikmat, tentunya dengan niat yang dijaga supaya nggak riya.

Jadi gini, saya sekitar 2 bulan yang lalu sempat naik taksi ke arah Senen untuk beli barang pesanan Mama. Tanpa diduga, ketika berhenti di lampu merah Tugu Tani, taksi yang saya tumpangi ditabrak mobil dari belakang. Ternyata yang nabrak salah satu teman kantor. Saya nggak mau menegur, karena saya ingin melihat itikad baiknya. Ketika sang sopir mau minta ganti rugi, teman kantor saya itu dengan setengah memaksa ditambah wajah garangnya memberi uang ganti rugi 200 ribu. Ketika sang sopir kembali ke mobil, dia langsung bilang, "males saya urusan sama orang2 kayak gitu". Sesaat kemudian, terjadilah percakapan singkat dari Tugu Tani ke Senen. Ternyata dia tadi malas berurusan dengan teman kantor saya tadi karena dikiranya tentara (memang teman saya ini wajahnya agak garang hehehe). Dia lalu bercerita kalau dia nggak mau cari masalah juga, apalagi setelah naik haji, dia ingin berusaha menjadi orang yang sabar. Dia pun cerita tentang sulitnya hidup. Ujung cerita, dia bilang kalau biaya yang dibutuhkan untuk sekadar membetulkan bumper sekitar 500 ribu. Karena dia cuma dikasih 200 ribu, saya pun merasa iba. Saya pun memberi sejumlah uang untuk membantu dia.
Tanpa diduga sekitar sebulan kemudian, saya ditunjuk oleh bagian di kantor saya untuk dinas ke Australia. Subhanalloh. Saya yakin inilah nikmat yang Alloh janjikan. Kenapa begitu? Karena pada awalnya, orang yang mau pergi ke Australia dalam rangka dinas itu awalnya mas Haris sebagai penulis utama dan saya sebagai asisten penulis. Karena satu dan lain hal, kepala Biro saya, Pak Wijoyo, juga ingin ikut. Secara logika, karena dia kepala biro dan mas Haris sebagai penulis utama, harusnya mereka berdua yang pergi. Tapi entah bagaimana ceritanya, jadinya Pak Wijoyo dan saya yang berangkat ke Sydney. Bukankah itu sebuah nikmat? Saya pun mendapat uang perjalanan dinas yang jumlahnya hampir 100 kali lipat dari yang pernah saya berikan pada sopir taksi kala itu. Inikah janji Alloh? Saya yakin itu pasti. Segala puji memang hanya milik Alloh semata.

15 Agustus 2008

Penyesalan Mendalam

Sebelum kita melakukan suatu tindakan, pikirkan berulang kali sebelum kita menyesali perbuatan kita. Mungkin kalimat itu sudah sering kita dengar. Tapi kalau belum mengalaminya sendiri, kita mungkin menganggap mudah melakukannya. Tapi ternyata sebaliknya. Itu yang saya petik dari kejadian kemaren, 14/8. Memang apa yang saya lakukan sepele. Pekerjaan yang saya lakukan sudah mengalami titik jenuh karena tidak kunjung selesai. Tidak selesai bukan berarti karena tidak bisa mengerjakan, tapi pekerjaan itu selalu diubah dari hari ke hari. Mungkin maksudnya baik, yaitu demi kesempurnaan. Tapi kalau itu dilakukan sampai berhari2 dan kesan tak berujung, lama2 otak tumpul juga. Disuruh mikir ini itu juga udah males. Di akhir hari, atasan saya mulai ngomel2 lagi. Tidak terima dengan perkataan dia, saya hanya diam tapi geram. Begitu dia pulang, saya langsung mengamuk "sekadarnya" di kantor di depan teman kantor saya, Myrna. Saat itu, saya ngomel2 tentang kondisi pekerjaan dan masalah keluarga. Saya yang selama ini mencoba untuk menjadi pribadi yang sabar, tulus, ikhlas, murah senyum, istiqomah, dan ramah seketika berubah. Saya nggak tau kenapa saya bisa melakukan hal seperti itu. Entah memang saya lagi kalap, atau memang itu sifat asli saya dan baru menampakkan wajah aslinya setelah "dibangunkan"? Entahlah. Yang jelas, saya sangat menyesali perbuatan saya kemarin. Saya berjanji akan terus memperbaiki diri.
Terus terang, saya di keluarga termasuk yang temperamental. Tidak sedikit korban dari kemarahan saya, mulai dari kakak, adik, sepupu, teman sekolah, dll. Tapi semenjak sekitar tahun 2000, terjadi perubahan total dalam diri saya. Ini dipicu dari seringnya saya membaca buku agama dan mendengar ceramah mengenai manajemen qalbu dari salah seorang da'i di Bandung yang pada waktu itu mulai kondang di seantero Bandung. Mulailah saya melakukan proyek pembenahan besar2an pada diri dan kepribadian saya. Alhamdulillah itu berhasil.
Untuk minggu ini, hal kebalikan justru yang terjadi. Saya nggak tau. Apa karena saya stres (tapi saya tidak merasa stres) atau karena kemarahan yang terpendam selama ini (ini mungkin masuk akal, karena selama ini saya tidak pernah bereaksi apapun kalau dimarahi atau dikomentari yang tidak sedap). Tapi yang membuat saya menyesal adalah, kenapa saya harus bereaksi sejauh itu, dan kenapa saya tidak melakukan hal yang lebih terpuji lagi. Ketimbang marah pada orang dan keadaan, lebih baik berzikir dan berdoa, sholat dan mohon ampun. Astaghfirulloh.... Semoga Alloh SWT selalu menuntun saya ke arah yang lebih baik dan menjadi pribadi yang diharapkanNya. Amin.

09 Agustus 2008

Makanan Halal susah susah gampang dicari

Pengalaman saya selama ini, apalagi sejak bekerja, ternyata susah2 gampang ya cari makanan halal.

Pertama, kalau ada acara syukuran teman kantor yang baru mendapat rejeki lebih, terkadang mereka mentraktir ke restoran2 elit, mahal, dan yang berasal dari LN. Tapi terkadang sebelum makan, kalau saya iseng nanya ke mbah Google, restoran itu belum mendapat sertifikat halal dari MUI, atau senggaknya ada pengakuan kehalalan produk mereka dari pihak manajemen restoran tersebut (seperti salah satu restoran junk food di London yang mengkonfirmasi kalau ayam mereka tidak halal).

Kedua, oleh2 dari teman2 sepulang dinas dari LN terkadang mengandung alkohol yang tidak disadari. Setiap mau makan coklat, saya harus googling dulu untuk memastikan bahwa coklat tersebut halal.

Ketiga, selama di Australia, saya kesulitan mencari makanan halal. Meskipun orang2 menganggap "ya udah makan aja, yang penting bukan B*** dan alkohol" tapi kan tetep aja, kalau makanan nggak disembelih dengan cara syar'i ya jadi nggak halal. Makanya saya tetap nggak makan makanan junk food meskipun hanya ayam goreng.

Disamping kendala menemukan makanan halal, orang sekarang sepertinya sudah mulai bergeser cara pandangnya terhadap makanan halal. Tapi kalau saya pribadi sih nggak mau ikut campur dengan pandangan mereka. Saya hanya berusaha menjalankan ajaran agama sesuai yang dituntunkan dengan baik ^_^

Mengenai Saya

Foto saya
Sedikit pendiam, perfeksionis, dan ingin menebar kebaikan buat orang sekitar