tag:blogger.com,1999:blog-2694437408198834122024-02-08T10:58:23.221+07:00Oki JellyPengalaman, ide, harapan, dan prinsip yang dituangkan dalam tulisanOki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.comBlogger116125tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-3112461381881770992013-12-05T09:28:00.001+07:002013-12-05T17:13:28.090+07:00Pentingnya Asuransi Kesehatan<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sehebat apapun orang kondisi seseorang, entah itu kaya, terkenal, cantik, muda, kalau udah sakit pasti nggak banyak hal yang bisa dilakukan sebebas waktu dia dalam keadaan sehat. Mau makan susah, mau tidur gelisah, bahkan buang hajat juga repot. Ya, sehat. Salah satu nikmat yang sering kita abaikan dan baru kita rindukan kalau lagi sakit. Mungkin sehat itu kita rasa penting nggak cuma ketika sakit, tapi bisa juga ketika sanak saudara, keluarga, dan teman kita sakit. Itu juga yang aku alami waktu papa sakit beberapa minggu yang lalu.</span><br />
<div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebetulnya cerita ini diawali sekitar 2 tahun yang lalu ketika papa mulai sering merasa sakit kalau buang air kecil. Aku berinisiatif bawa papa ke RS Advent di bilangan Cihampelas, Bandung. Setelah beberapa hari dirawat inap untuk biopsi, diketahui bahwa papa menderita pembengkakan prostat. Kalau dari berbagai artikel di dunia maya, pembengkakan prostat bisa terjadi karena memang membengkak akibat usia lanjut, atau bisa terjadi karena kanker prostat. Pembengkakan karena usia lanjut lebih disebabkan oleh berkurangnya kadar dan fungsi hormon yang mempengaruhi kinerja prostat itu sendiri. Sementara itu, pembengkakan akibat kanker prostat belum diketahui secara pasti. Secara gejala memang mirip, jadi agak susah diketahui kecuali melalui pemeriksaan lab. Kasus papa kemarin lebih karena faktor usia.</span></div>
<div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Singkat cerita, papa akhirnya dioperasi di RS Borromeus, ditangani oleh pakar yang tepat, yaitu Prof. Dr. dr. Suwandi Sugandi, Sp.B, Sp.U. Gelarnya yang panjang itu menguatkan keyakinan kalau kita sudah menyerahkan ke orang yang tepat. Sebagai spesialis bedah sekaligus urologi, masalah yang papa alami seolah tampak lebih mudah ditangani. Dalam tempo total 10 hari menginap termasuk operasi, sekarang papa sudah lancar buang air kecil tanpa rasa sakit sama sekali. Habis operasi, terbitlah tagihan. Biaya operasi, rawat inap, dokter, dan obat2an mengharuskan kami membayar tagihan sekitar 42 juta. Tapi, syukur RS itu merupakan rekanan PT. Pos Indonesia, tempat kerja papa dulu. Kami pun cuma "perlu" bayar 8 jutaan aja. Meringankan? Hell yeah..</span></div>
<div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Merenungkan proses pengobatan dan selama menjaga papa </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">di RS, aku jadi mikirin banyak hal. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Sekarang jenis penyakit semakin beragam. Entah memang berkembang karena jenis makanan, pola hidup dan tingkat polusi yang mungkin menyebabkan adanya mutasi gen, atau karena ilmu kedokteran yang berkembang sehingga semakin banyak jenis penyakit yang baru teridentifikasi. Lain penyakit, lain juga penanganannya. Di kalangan masyarakat ada yang memilih berobat medis atau secara alternatif. Pengobatan alternatif biasanya lewat dukun, kiai, atau orang lainnya dengan suatu medium tertentu. Kalau pengobatan medis, biasanya lewat RS, puskesmas, atau klinik. Sebagian memang berbiaya besar yang tentu bukan jadi masalah besar buat si kaya. Di kalangan kelas menengah, mungkin sebagian nggak menemui masalah karena status sebagai pegawai negeri sudah menjadi peserta Asuransi Kesehatan (Askes). Atau kalau di lembaga negara atau perusahaan swasta sudah tersedia fasilitas kesehatan melalui yayasan kesehatan atau bermitra dengan berbagai perusahaan asuransi besar. Bagaimana dengan masyarakat kurang mampu? Untungnya pemerintah sudah bisa menjawab kekhawatiran kita melalui Asuransi Kesehatan Miskin (Askeskin). Bahkan, per 1 Januari 2014 Pemerintah akan memperluas akses jaminan kesehatan itu melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Terbentuk melalui penggabungan Askes dan Jamsostek, diharapkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan semakin luas, bahkan termasuk untuk pekerja di sektor informal. Tentu kita perlu apresiasi dan dukung langkah pemerintah tsb. Apalagi, ini merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam menyalurkan subsidi agar lebih tepat sasaran. Daripada mensubsidi BBM yang mungkin 80% lari ke mobil2 pribadi, bukannya lebih baik kita salurkan ke akses kesehatan. Apalagi, kalau manusia Indonesia semakin sehat, bukankah bangsa ini akan semakin produktif, maju, dan berkualitas?</span></div>
<div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tentu, asuransi aja sih belum cukup karena lebih merupakan langkah penanganan. Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Couldn't agree more. Kita harus menerapkan gaya dan pola hidup sehat, apalagi yang berisiko tinggi menderita penyakit keturunan seperti diabetes, atau jantung. Ini pun harus ditunjang juga dengan olahraga teratur, makanan yang juga terjaga dan teratur dengan asupan gizi seimbang. Menghindari rokok dan minuman beralkohol jadi nilai tambah untuk menjaga kesehatan.</span></div>
Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-71268339429805449282012-11-18T15:49:00.000+07:002013-12-13T10:55:23.396+07:00Liburan yang Terlalu Singkat di Aceh<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Berdasarkan evaluasi, artikel di blog saya yang paling banyak dikunjungi secara statistik adalah tentang traveling. Yap, meski aku bukan yang freak banget harus traveling tiap bulan, harus backpacking, atau harus apapun itu, tapi memang aku seneng banget liburan. Keliling Indonesia, that's my ultimate goal, at least until today. Yah, liburan di Indonesia punya tantangan tersendiri. Transportasi menuju lokasi wisata sering kali harus sambung menyambung (jadi inget lagu Dari Sabang Sampai Merauke hehe..), tapiii.. tons of beautiful places are ready to be discovered. I am sooo beyond ready to explore my beloved country.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYg_GaKD1LWJ7kDgY-CK8Hs3vVyDyP76bzcnRFbhP7nmR0MAVsyLHbCSkqwPVmB21-cogawBcTC2F40JraEAlYEckeT72IosSwaJp8vPoos4LytlL6TWvrrFcTtYAxuJxGzEhFiznyHR1s/s1600/IMG_1847.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYg_GaKD1LWJ7kDgY-CK8Hs3vVyDyP76bzcnRFbhP7nmR0MAVsyLHbCSkqwPVmB21-cogawBcTC2F40JraEAlYEckeT72IosSwaJp8vPoos4LytlL6TWvrrFcTtYAxuJxGzEhFiznyHR1s/s200/IMG_1847.jpg" width="200" /></span></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kali ini, aku liburan ke Aceh. Setelah ke Bengkulu beberapa bulan lalu, aku dan beberapa teman kuliah dan kantor -Ulong, Icha, dan Aya- sepakat untuk bikin mini-gank traveling dan menyasar Aceh sebagai destinasi berikutnya. Mmm.. nantinya akan banyak foto karena saking pengennya berbagi info mengenai liburan di Aceh ini. Semoga bisa menginspirasi yang lain untuk liburan ke sana.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kami ke sana mengambil libur panjang 15-18 November 2012. Waktu ke Bengkulu, niatku adalah mencari tempat wisata yang jarang diketahui orang dan aku bisa menikmati alam sepuasnya. Sekarang, Aceh mungkin udah mulai populer sejak bencana tsunami akhir tahun 2004 lalu, tapi tetap dunia pariwisata sepertinya belum terlalu berkembang, terutama di kalangan wisatawan mancanegara. CMIIW. Nah, niatku sekarang nggak kalah menggebu, yaitu berwisata di tempat yang belum terlalu populer, sekaligus wisata kuliner. Oia, selama liburan, aku dibantu teman kuliah, Defri, yang memang asli orang Aceh. Awalnya sih dia mau ikut liburan, tapi ternyata dia baru tau kalau istrinya hamil. Urung bergabung, dia tetap berkomitmen membantu liburan kami selama di Aceh berjalan lancar.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDbr1hQAY9ojEKzSOJJNvxQqrnWf1gMmndV_56_mNjoFHdKNgBKXFdDR3A9O_sH-W6fkO3WJk_zsKmxUCEf87vMkfro6WhQ8SNzRa1cWQuXg_OYFknstUS0sucpmJalVOFiy-0zfZ_DFZ1/s1600/IMG_1682.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDbr1hQAY9ojEKzSOJJNvxQqrnWf1gMmndV_56_mNjoFHdKNgBKXFdDR3A9O_sH-W6fkO3WJk_zsKmxUCEf87vMkfro6WhQ8SNzRa1cWQuXg_OYFknstUS0sucpmJalVOFiy-0zfZ_DFZ1/s200/IMG_1682.jpg" width="200" /></span></a></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2f7sDpYo1rkSxTBC9Aa-IXM3bxacGfPWBtC-RnjcJ8BGRxaD0CBT1moP_ANUNohWMVxfXVBYDyYZ6lJ0lpgWf8aS-K7dyrsYPnsNO2DUquNJ5rOrQpLFsLxyOXhs4BCdzz3-0nstKGJQ9/s1600/CAM00032.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2f7sDpYo1rkSxTBC9Aa-IXM3bxacGfPWBtC-RnjcJ8BGRxaD0CBT1moP_ANUNohWMVxfXVBYDyYZ6lJ0lpgWf8aS-K7dyrsYPnsNO2DUquNJ5rOrQpLFsLxyOXhs4BCdzz3-0nstKGJQ9/s200/CAM00032.jpg" width="200" /></span></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tanggal (15/11) siang kami tiba di Banda Aceh setelah menempuh perjalanan selama 4 jam, termasuk transit di Medan. Dijemput Defri, kami langsung meluncur ke pelabuhan Ulee Lheue. Terletak di utara Banda Aceh, lokasi ini menjadi penghubung kami ke tujuan wisata utama kami, Sabang di Pulau Weh. Tapi, karena ini libur panjang, tiket kapal sudah habis terjual. Sistemnya memang agak unik, kita harus beli di tempat. Jadi, nggak ada semacam travel agent untuk beli dari jauh2 hari, apalagi beli online, jauh panggang dari api deh. Kami sempat khawatir karena udah booking hotel di Sabang untuk 2 hari. Sayang kan kalau sampai hangus gara2 nggak dapat tiket kapal penyebrangan. Beberapa saat kemudian, petugas lapangan mengumumkan kalau ada kapal tambahan yang akan berangkat jam 5 sore. Orang2 sontak langsung antri di depan loket yang ditunjuk oleh petugas meskipun masih tutup. Setelah "puas" mengantri, akhirnya jam 5 kapal berangkat, dan sampai di Sabang 1 jam kemudian. Dari situ, kami sudah ditunggui oleh teman Defri yang akan mengantarkan kami ke hotel. Di perjalanan, kami sempat berhenti untuk makan malam di Cafe Tepi Aneuk Lot, dengan menu utama mie Aceh. Kenapa mie Aceh, nanti kuceritakan lagi di belakang :) Sekitar jam 8 malam kami sampai di hotel The Point Sabang Resort.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtLbL-qIkKbTkWNeCBKelYrI_UWMA4j-ULZ_melYF1U1mlasKwZrQr8XWPz_tEttIagkD3-jEsdC8nGmBAowEEQgBTXCrmeMoyyTPK2yfmT5JVcVg7Nvr9o7G__SyKDYwyKhdbzNHbEWvo/s1600/IMG_1699.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtLbL-qIkKbTkWNeCBKelYrI_UWMA4j-ULZ_melYF1U1mlasKwZrQr8XWPz_tEttIagkD3-jEsdC8nGmBAowEEQgBTXCrmeMoyyTPK2yfmT5JVcVg7Nvr9o7G__SyKDYwyKhdbzNHbEWvo/s200/IMG_1699.jpg" width="200" /></span></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tanggal (16/11), kami pergi ke pantai belakang hotel. Nggak belakang persis sih, karena cuma ada tebing dan langsung laut berkarang. Kita mesti jalan ke samping, dan ada jalan tembus ke hotel Freddie. Seperti apa pantainya? Lihat aja sendiri. Nggak cukup dengan kata2 untuk menggambarkan keindahannya.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzsCyT2E-Ptq52MFxsiwqA2z0od0uwSch7dWNFqHBBoIynw6cy0f1yfCtSGCEfKhGhqP1SNNWHNvsW8LqwmSIcTfJcsczD3iElH1b9W3DdUYoSC7RhfDMFm27mpTTKGniJr2ubfrQCUIYw/s1600/CAM00059.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzsCyT2E-Ptq52MFxsiwqA2z0od0uwSch7dWNFqHBBoIynw6cy0f1yfCtSGCEfKhGhqP1SNNWHNvsW8LqwmSIcTfJcsczD3iElH1b9W3DdUYoSC7RhfDMFm27mpTTKGniJr2ubfrQCUIYw/s200/CAM00059.jpg" width="150" /></span></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Di pantai ini sebetulnya kita bisa snorkeling. Tapi, karena tujuan utama kami adalah snorkeling di spot ternama di sana, akhirnya kami cuma berenang. Puas bermain, kami sarapan dan langsung bersiap2 menuju Iboih. Di sana, kita bisa snorkeling sepuasnya meskipun waktunya terbatas. Kenapa? Ini dia alasannya. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tiba2 menjadi peribahasa yang amat penting di sana.</span><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWZrkP9pwkfw3jUgF5d-qGLhG7va4bizq1pCLT6mkAiQaPcXrzHvEFwskQqPgo8G9tv4oks96-_qmLnAG_8WlCcre6RK82wWlAoCxnwUI6KGVgdHpHYubHMRSz5v1fLmI-yFta3vuNAv5p/s1600/CAM00058.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWZrkP9pwkfw3jUgF5d-qGLhG7va4bizq1pCLT6mkAiQaPcXrzHvEFwskQqPgo8G9tv4oks96-_qmLnAG_8WlCcre6RK82wWlAoCxnwUI6KGVgdHpHYubHMRSz5v1fLmI-yFta3vuNAv5p/s200/CAM00058.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sepanjang di Sabang, kami diantar oleh bang Rizal. Saya sengaja sebut, karena ada cerita unik nantinya dibalik nama itu hehe.. Mobilnya pun unik, Mitsubishi Colt Plus. Nggak pernah dengar kan? Mobil itu memang nggak dijual bebas di Indonesia. Berkat statusnya sebagai pelabuhan bebas, Sabang memang kebanjiran mobil impor bekas, terutama dari Singapura. Sekilas mirip Honda Jazz sih.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWZrkP9pwkfw3jUgF5d-qGLhG7va4bizq1pCLT6mkAiQaPcXrzHvEFwskQqPgo8G9tv4oks96-_qmLnAG_8WlCcre6RK82wWlAoCxnwUI6KGVgdHpHYubHMRSz5v1fLmI-yFta3vuNAv5p/s1600/CAM00058.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span></a></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1-Jy7ix0JBtdWRgz0xuarOIzmF_KkvvvHb2LBRRwf2Ns1HT5KUnqD4tDDNoghMRxEmADyFHltOPx45ul2iw6BD-h2iQkN8BpwFnws8bgR0tkIRiBFss-aSQ0TBw36BZfx3aWrnOYPeK1L/s1600/IMG_0633.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1-Jy7ix0JBtdWRgz0xuarOIzmF_KkvvvHb2LBRRwf2Ns1HT5KUnqD4tDDNoghMRxEmADyFHltOPx45ul2iw6BD-h2iQkN8BpwFnws8bgR0tkIRiBFss-aSQ0TBw36BZfx3aWrnOYPeK1L/s200/IMG_0633.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kembali ke perjalanan. Berdasarkan masukan dia, kami mengarah ke Tugu Nol Kilometer dulu di ujung barat pulau sebelum ke Iboih selepas Jumatan di masjid raya Sabang. Matahari terlalu terik, kami pun nggak kuat berlama2 di luar mobil. Berfoto sebentar, kami langsung ke Iboih. Di sana, tempatnya luar biasa ramai. Karena libur panjang kali ya. Kami langsung antri di loket untuk sewa kapal yang akan mengantarkan kami ke spot penyelaman. Lucunya, spot penyelaman dibagi dua, pertama untuk wisatawan lokal dan kedua untuk wisatawan mancanegara. Yang untuk bule, lebih jauh dan lebih mahal, tapi lebih indah pastinya. Apa mau dikata, yang penting bisa snorkeling, itu sudah lebih dari cukup. Cuma sekitar 5 menit berlayar, kami sampai di tempat tujuan. Indahnya? Lagi2 susah diungkap dengan kata2. Sayang, kami nggak bawa kamera tahan air. But trust me, we were so stunning. It was extremely beautiful. Kami main sekitar 2 jam saja dan langsung kembali ke hotel untuk makan malam. Di balik kecantikan lautnya, di sana susah mencari kamar kecil untuk buang air kecil dan kamar ganti. Kamipun harus ke masjid setempat untuk bersih2, itupun mesti antri beberapa menit, bersaing dengan wisatawan lainnya.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjckT7gCeFP6W8seS_9iE6RMap_1VCr1eDi2IGCNLTQFMxEusRkVN3LWSAf-WS27YoIBKrJFm6AUZs4TZxVvY0N2n65zKyCwzYIAsAQ8KDwqDV8GKPM-Cclz0Z2WDnWZ_hCzuzdbXS5UI4U/s1600/IMG_0640.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjckT7gCeFP6W8seS_9iE6RMap_1VCr1eDi2IGCNLTQFMxEusRkVN3LWSAf-WS27YoIBKrJFm6AUZs4TZxVvY0N2n65zKyCwzYIAsAQ8KDwqDV8GKPM-Cclz0Z2WDnWZ_hCzuzdbXS5UI4U/s200/IMG_0640.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Malamnya, kami cari makan malam dan mulai menetapkan untuk mencicip mie Aceh di berbagai restoran semampu kami. Kami yakin, mie Aceh di tempat asalnya pasti lebih enak dan punya ciri khas masing2. Malam itu, kami ke suatu kedai, sayang aku lupa namanya. Selain mie, aku juga minum kopi karena katanya kopi Aceh terkenal enak. Padahal aku sendiri jarang minum kopi, tapi berhubung lagi di Aceh kenapa nggak?</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkjZ_Qjbl4t8FvY_egeFP8s9fb6ZaBoWl9YPQsqVNrFmLsHzsBbdzTrYdBdg9a_d5FRr7aYz-7fx7SXW4lD0HJ03XIC21za-Bg6PF38gj7B1HBNZ2RBmtbjjtyUgKl_04QY67h2f6k6KFe/s1600/CAM00064.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkjZ_Qjbl4t8FvY_egeFP8s9fb6ZaBoWl9YPQsqVNrFmLsHzsBbdzTrYdBdg9a_d5FRr7aYz-7fx7SXW4lD0HJ03XIC21za-Bg6PF38gj7B1HBNZ2RBmtbjjtyUgKl_04QY67h2f6k6KFe/s200/CAM00064.jpg" width="200" /></a></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkjZ_Qjbl4t8FvY_egeFP8s9fb6ZaBoWl9YPQsqVNrFmLsHzsBbdzTrYdBdg9a_d5FRr7aYz-7fx7SXW4lD0HJ03XIC21za-Bg6PF38gj7B1HBNZ2RBmtbjjtyUgKl_04QY67h2f6k6KFe/s1600/CAM00064.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tanggal (17/11) pagi, kami lagi2 main di pantai belakang hotel sampai menjelang siang. Selepas cek out sambil menunggu jadwal kapal sore untuk kembali ke Banda Aceh, kami makan siang, kami sambangi Kedai Kopi Beuna Raseuki. Kata bapak penjualnya artinya banyak rejeki. Rasanya? Aku berani bilang bahwa di sini adalah mie Aceh terenak yang aku makan selama liburan di Aceh, bahkan mengalahkan mie Aceh legendaris di Banda Aceh.</span><br />
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpi2wzO7QD_DcUAPvuEJIzwuzo6dLJtZ7ObrPyA4O29hLiRvEdBRaHTmxXZ4ZV7KX2A8txNw6r81XNgs8EXXgbwzA2MPsBpHjJ4hYUckywf9NzY_-9l8WAGAiQouaAcbUSYssMpDhIHYAE/s1600/IMG_0800.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; display: inline !important; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpi2wzO7QD_DcUAPvuEJIzwuzo6dLJtZ7ObrPyA4O29hLiRvEdBRaHTmxXZ4ZV7KX2A8txNw6r81XNgs8EXXgbwzA2MPsBpHjJ4hYUckywf9NzY_-9l8WAGAiQouaAcbUSYssMpDhIHYAE/s200/IMG_0800.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Selepas makan, kami menghabiskan waktu ke Anoi Itam yang berarti pasir hitam dalam bahasa Aceh. Di sana, kami ke benteng Jepang yang letaknya di bawah tanah pinggir tebing. Jadi, wujudnya lebih seperti bukit, tapi ada lubang tempat meriam. Di sana sepi banget, dan sepertinya belum terlalu populer dibanding Iboih atau Tugu Nol Kilometer.</span><br />
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sore pun tiba, kami menyeberang ke Banda Aceh. Sesampainya di Ulee Lheue, kami ditawari taksi oleh seorang bapak paruh baya. Kamu pun menerima tawarannya. Cerita punya cerita, kami pun akhirnya bersepakat untuk menyewa bapak itu untuk keliling Banda Aceh keesokan harinya sampai waktu kepulangan kami ke Jakarta. Sayang, saya lupa nama bapak itu dan saya kehilangan nomor kontaknya. Tapi, dari cerita dia, bapak itu merupakan satu dari ratusan ribu orang yang merasakan dampak tsunami. Beliau kehilangan istri dan satu orang anaknya. Dia menduga mereka dimakamkan di pemakaman massal dekat bandara Sultan Iskandar Muda.</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDRlljwD2JaGym86kt2tCDlZ8-nDrILJlv3VO84a2lE4F60RNMS2lNj2GQ_2gI09yhcT_8S4W3GpnqSNW5ubxWUS4wzn7fo7ftlCaR4RR2mOrdVhNnvi0EsP850jWqLtev9so-4vrMI3Up/s1600/CAM00099.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDRlljwD2JaGym86kt2tCDlZ8-nDrILJlv3VO84a2lE4F60RNMS2lNj2GQ_2gI09yhcT_8S4W3GpnqSNW5ubxWUS4wzn7fo7ftlCaR4RR2mOrdVhNnvi0EsP850jWqLtev9so-4vrMI3Up/s200/CAM00099.jpg" width="200" /></a></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPnRlOri0rSy7_54A1CLVVUlEcmSjUdH_F5O_Ty1J5OvVkXOfvAEu6XaL3lPC2cz2uADLtWP1AjjDvPuZ7EWSXMt4J83mvYqPJxaoM9zwkal-KWp6rQBwSwYzT8YJSz3JWIvdocBnk3_6g/s1600/CAM00098.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPnRlOri0rSy7_54A1CLVVUlEcmSjUdH_F5O_Ty1J5OvVkXOfvAEu6XaL3lPC2cz2uADLtWP1AjjDvPuZ7EWSXMt4J83mvYqPJxaoM9zwkal-KWp6rQBwSwYzT8YJSz3JWIvdocBnk3_6g/s200/CAM00098.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Malam itu, setelah kami cek in di Hotel 61 di kawasan Peunayong, kami jalan2 di sekitar sana. Pertama, kami makan malam di Mie Razali yang terkenal dengan mie Aceh kepitingnya. Ini mie Aceh ketiga yang kami cicipi. Puas dan lahap setelah menyantap, kami agak ke arah utara dan mencari oleh2, mulai dari kopi Aceh, kain tenun, kaos bergambar khas Aceh, sampai aneka jajanan. Sambil belanja, aku tanya ke beberapa penduduk lokal mengenai lokasi taman kerang. Waktu tinggal di Medan, aku pernah ke sana dengan keluarga. Taman itu terkenal karena memang lapangan luas itu beralaskan kulit kerang. Orang yang makan kerang di sana tinggal buang cangkangnya ke tanah, akhirnya bertumpuk dan jadi ciri khas taman kerang itu. Tapi warga bilang, tempat itu sudah bersih tersapu tsunami. Tempat itu ternyata masih ada meski hanya tinggal nama, tapi di sana masih tetap dijejali dengan para pedagang aneka kerang, mulai dari kerang rebus, sampai sate kerang.</span><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC-Vi7e3qedo9lZ_9p4nIpIPecVS_Ou1RWGIxlNbmiZvMHx591DloCDtFgi6FqE12jnSKlH-0ZLRm2_qLStWeDivMcuxPSR3pYsOncwuj9eyz862RMBDv_dK62iuDCr3JYKhBLGcKIaH1Y/s1600/CAM00104.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC-Vi7e3qedo9lZ_9p4nIpIPecVS_Ou1RWGIxlNbmiZvMHx591DloCDtFgi6FqE12jnSKlH-0ZLRm2_qLStWeDivMcuxPSR3pYsOncwuj9eyz862RMBDv_dK62iuDCr3JYKhBLGcKIaH1Y/s200/CAM00104.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tanggal (18/11) hari terakhir kami di Aceh, pagi2 aku cari sarapan di luar hotel sambil lihat suasana Minggu pagi. Unik, sedang ada olahraga bersama di tengah jalan, dan ternyata barisannya terpisah. Syariat Islam memang merambah ke segala aspek hidup masyarakat setempat, olahraga di jalanan sekalipun.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2PBGYX13GtuHlL2osDqe-Bs4D_t2i7Hbt5T7K4n6yg9SSxY43M3DTXqCUjeKA_O3b52hQZ3Y8SV7zzGB7Stqzyz7ZvcreiSMrxvPeotqxoQcKafkS87Qx4PS-jL7vfaYA9gEdr-vqJCmq/s1600/CAM00111.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2PBGYX13GtuHlL2osDqe-Bs4D_t2i7Hbt5T7K4n6yg9SSxY43M3DTXqCUjeKA_O3b52hQZ3Y8SV7zzGB7Stqzyz7ZvcreiSMrxvPeotqxoQcKafkS87Qx4PS-jL7vfaYA9gEdr-vqJCmq/s200/CAM00111.jpg" width="200" /></a></div>
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy1vCQkW_LztFHYq3Jgm8plMlZV8f7j2UEFvdIKPBE3CeErDyysRzvx53huOLVefeukDrU3vfcfX7hFFIQUsAtsN7yT4cWVzkQA4nxi7UuwUwbstcUUMihXaF_ZgRtMIQK-99RjcTyz-fx/s1600/IMG_1987.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy1vCQkW_LztFHYq3Jgm8plMlZV8f7j2UEFvdIKPBE3CeErDyysRzvx53huOLVefeukDrU3vfcfX7hFFIQUsAtsN7yT4cWVzkQA4nxi7UuwUwbstcUUMihXaF_ZgRtMIQK-99RjcTyz-fx/s200/IMG_1987.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Selepas sarapan, kami bertemu dengan bapak taksi itu, lalu mulailah kami menjelajahi Banda Aceh dengan tema tsunami, mulai dari masjid raya Baiturrahman sebagai salah satu tempat berlindung warga saat tsunami menerjang, Lampulo tempat kapal nelayan terdampar di pemukiman penduduk dan sempat menjadi "Noah's Ark" yang menyelamatkan beberapa penduduk yang terseret gelombang tsunami, sampai PLTD apung yang jaraknya sekitar 5 km dari pantai. Bisa dibayangkan dahsyatnya kekuatan tsunami ketika itu. Kami memang nggak banyak ambil gambar selama wisata sejarah tsunami tersebut karena merasa nggak tega dengan para korban.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXHc2V-VbslgCAV-xwHs8EY8EkROVEgajYvL2zkBrISrL9zF7nWxeRJ5eUNMyQjghzW1oHNlKJD7y06xgNJ9PvxNO0dhHc-YCLk4NGJootvHv71VVGcML3obzrsXFRxqUZCgQVxf21hfbJ/s1600/IMG_1980.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXHc2V-VbslgCAV-xwHs8EY8EkROVEgajYvL2zkBrISrL9zF7nWxeRJ5eUNMyQjghzW1oHNlKJD7y06xgNJ9PvxNO0dhHc-YCLk4NGJootvHv71VVGcML3obzrsXFRxqUZCgQVxf21hfbJ/s200/IMG_1980.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9pu7EeVAXk2E5MfKGm1803gLf4CQFNpvc98VL0Sy41EpugfRPkBNUaPOmqgjrWDmY-toeljMyXbnqX3Yl1k7OSBcy0I_pwFx2i2ZHcHCO4oM6Za-rIuxrfZ2JFAQ4uC2kCrweYq4n0Nk1/s1600/IMG_1099.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9pu7EeVAXk2E5MfKGm1803gLf4CQFNpvc98VL0Sy41EpugfRPkBNUaPOmqgjrWDmY-toeljMyXbnqX3Yl1k7OSBcy0I_pwFx2i2ZHcHCO4oM6Za-rIuxrfZ2JFAQ4uC2kCrweYq4n0Nk1/s200/IMG_1099.jpg" width="200" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQJZxZ5z4xcLtl_EgykyCV2bCwYedTwrQe2gVDFzHmE53qtavTS-Al6-fBr_n_cU6bDhtZWvKhlTUC7sXvTipZd_42wzft-jKhvbB86io4InTwBhAuTeVbDG-ZM7bw-D08HfGUNntWYVsD/s1600/IMG_1107.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQJZxZ5z4xcLtl_EgykyCV2bCwYedTwrQe2gVDFzHmE53qtavTS-Al6-fBr_n_cU6bDhtZWvKhlTUC7sXvTipZd_42wzft-jKhvbB86io4InTwBhAuTeVbDG-ZM7bw-D08HfGUNntWYVsD/s200/IMG_1107.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Menjelang sore, kami meluncur ke arah bandara, tapi kami mampir dulu untuk minum kopi di Dapuh Kupi yang katanya memang terkenal di sana. Dari sana, kami lanjut makan ayam tangkap di RM Aceh Rayeuk yang berarti Aceh Besar </span>sesuai saran bapak taksi itu (berbaju merah). Ayam tangkap itu ayam kampung yang dimasak dengan aneka dedaunan, seperti daun pandan, daun salam koja. Rasanya ruarrr biasa maknyus. Harus dicoba kalau pergi ke Aceh.</span><br />
<br />
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Lucunya, kami sempat iseng tanya salah satu nama pelayan, dia menjawab Rizal (berbaju batik hijau di tengah). Sontak kami tertawa lepas. Kami merasa, banyak sekali yang bernama Rizal di Aceh. Mungkin ada suatu masa di mana Rizal menjadi nama favorit di Aceh. Kami pun menceritakan itu ke bapak sopir taksi, dan dia pun menjawab bahwa putranya yang selamat dari tsunami itu juga bernama Rizal. Hmm.. oke. Ini lebih dari lucu hahaha..</span><br />
<br />
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoRtN-odGxlSmC4Mg9RElBSxH16hXz5ig1e7mThGcDSUGQ7K9YO3eY8mISMX5uTOjitj49L5d1Q4oTNk-PMxJ9mnSyHULHgiauEd8Wpr4G57NT6w_Bp7UbCXFmV3XkTOdjMMK7PaPX6UwX/s1600/IMG_2013.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoRtN-odGxlSmC4Mg9RElBSxH16hXz5ig1e7mThGcDSUGQ7K9YO3eY8mISMX5uTOjitj49L5d1Q4oTNk-PMxJ9mnSyHULHgiauEd8Wpr4G57NT6w_Bp7UbCXFmV3XkTOdjMMK7PaPX6UwX/s200/IMG_2013.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Sebagai penutup perjalanan kami, menjelang bandara kami mampir sebentar di kuburan massal untuk mendoakan para korban, termasuk istri dan anak bapak taksi. Semoga mereka sudah tenang di sana. Wisata kali ini nggak sekedar bersenang2 di pantai yang nggak terlalu ramai dan populer, tapi juga wisata religi karena turut mengenang para korban tsunami dan merenungi makna hidup. Selain itu, wisata kuliner yang luar biasa juga semakin melengkapi keceriaan liburan kali ini. Masih banyak tempat wisata yang belum sempat dikunjungi, yang tentunya menjadi daya tarik bagi kami untuk kembali berwisata ke sana.</span><br />
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">---<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Total pengeluaran per orang +/- 3,17 juta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tiket p.p. Jakarta-Banda Aceh: 1.628.000<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Akomodasi (makan, transportasi, tiket masuk, oleh2): 1.544.000</span><o:p></o:p></div>
Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com3Sabang, Aceh, Indonesia5.8946929 95.3192982000000485.3892954 94.673851200000044 6.4000904 95.964745200000053tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-83969413966278105802012-07-22T21:54:00.001+07:002012-07-22T21:54:59.059+07:00Momen Hijrah<p>Barusan nonton Just Alvin di Metro TV dengan tema "Beda Dulu Beda Sekarang". Alvin mendatangkan bintang tamu Yessy Gusman, Astri Ivo, Wanda Hamidah, dan Eddis Adelia. Inti dari kedatangan mereka adalah berbagi kisah dengan pemirsa titik balik dalam kehidupan mereka yang mengubah mereka menjadi seperti sekarang. Sebut saja, Wanda yang berkomitmen terjun ke dunia politik karena kegemarannya berderma sosial sehingga mendorongnya untuk menjadi pejabat yang berkuasa membuat kebijakan yang pro-rakyat. Tidak hanya segelintir, tapi efek dari kebijakannya bisa menyentuh jutaan orang Indonesia.</p> <br/> <p>Lain Wanda, lain pula Eddis. Dia yang sempat mencicipi dunia hedonisme jahiliah disadarkan setelah ibundanya yang begitu dicintainya berpulang. Saking cintanya, agar doanya sampai ke ibundanya, dia hijrah menjadi wanita sholihah sebagai syarat diijabahnya doa.<br> <br/> Lain mereka, lain pula saya. Saya pikir mungkin ada beberapa momen penting dalam hidup yang membuat saya menjadi seperti sekarang. Tidak perlu lah membongkar aib apa yang pernah saya lakukan ketika di masa jahiliah. Alloh Yang Maha Pemurah telah menutupkan aib untuk saya.</p> <br/> <p>Momen pertama adalah ketika orang tua bercerai. Pandangan saya tentang lembaga pernikahan seketika berubah ke arah negatif (meskipun berubah lagi seiring waktu), saya yang jauh dari agama dan bahkan merasa asing, perlahan tapi pasti saya mulai mengenal dan mendekat pada agama.</p> <br/> <p>Momen kedua adalah ketika nonton film Ayat-Ayat Cinta. Pesan yang disampaikan langsung kena ke hati. Apa itu Islam, sampai bagaimana cinta sepasang insan begitu indah dalam Islam dengan taarufnya. Saya yang sempat "terlena" dengan dunia pun lagi2 "ditampar" untuk segera kembali padaNya. Mulai memperhatikan wanita yang tepat untuk dijadikan pendamping, mulai mencintai masjid dan ibadah sunah, itu jadi pengisi hari2 ketika itu. Tapi sayang, lagi2 saya kembali "tertipu" dengan dunia. Apakah Ramadhan tahun ini dan pernikahan saya Oktober kelak akan jadi momen ketiga hijrah saya? Semoga saja. Semoga Alloh swt merahmati saya. Amiin yra.</p> <br/> <div style='clear: both; text-align: center; font-size: xx-small;'>Published with Blogger-droid v2.0.4</div>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-70290870978416235402012-06-22T09:04:00.001+07:002012-06-22T09:04:46.714+07:00Pengalaman buruk bersama AirAsia<p>Hmm... Entah mesti mulai dari mana. Awalnya sih, saya berencana pergi ke Solo dan sekitarnya demi merajut masa depan #hayah# sambil ajak adik2 sekeluarga liburan, termasuk pengasuhnya ponakan. Kepanikan pertama datang karena berangkat dari rumah jam 4.37 padahal batas cek in 5.20, sementara waktu tempuh normal dari rumah ke bandara 45 menit. Untung bisa web check-in dan setibanya di sana cuma ke counter baggage drop aja. Padahal, pas kita sampai bandara itu sudah dipanggil untuk boarding.</p> <br/> <p>Kepanikan kedua dan masalah baru kembali muncul, kali ini dari pengasuh. Pengasuh itu dari desa dan dia nggak tau tanggal lahirnya. Waktu saya booking, saya masukkan tgl lahir dia secara asal, yang penting umurnya sesuai dengan pengakuan dia, yaitu 16 tahun. Karena nggak ada KTP, di counter check-in dia ditanya tgl lahirnya tapi pas saya nggak mendampingi dia. Saya pun nggak memberi tau kesepakatan tglnya karena nggak kepikiran. Karena si pengasuh gelagapan, mba counter check-in itu menolak mentah2 si pengasuh untuk ikut bersama kami karena dianggap orang yang berbeda dengan yang diinput ketika booking. Entah saya harus marah, kesal, atau apa. Bahkan mba counter itu menyarankan kami tetap pergi dan meninggalkan pengasuh. What the hell. Kamu pikir dia orang Jkt yang tau jalan dan ada uang untuk kembali ke rumah? Bahkan tgl lahirnya sendiri pun dia nggak tau, apalagi jalanan dan moda transportasi ke Bintaro.</p> <br/> <p>Saya tau, demi keselamatan dan kepentingan bersama, AirAsia harus menerapkan aturan tegas yang berlaku bagi semua orang. Tapi, kalau kasusnya memang orangnya nggak tau tgl lahir gimana coba. Mba di counter check-in itu sampai bilang masa nggak tau tgl lahir. Lah kalau kenyataannya memang nggak tau, gimana? Sudah seharusnya pihak AirAsia bisa mengambil diskresi dalam hal ini. Tidak sekedar aturan baku yang mesti ditegakkan. Rasanya di ranah manapun ada aturan dan diskresi yang berjalan bersamaan tanpa saling tumpang tindih. Bahkan di kebijakan moneter tempat saya bekerja sekalipun.</p> <br/> <p>Saya pun akhirnya beralih ke maskapai lain yang jauh lebih toleran terhadap hal ini. Semoga citra AirAsia tetap baik meskipun perlakuan dan bahasa mba2 di loket tadi, juga tidak adanya ruang untuk diskresi sama sekali tidak membuat keadaan menjadi lebih baik. Saya juga minta maaf karena kasus, kejadian, dan keterlambatan tadi, membuat banyak pihak dirugikan, termasuk mas2 yang pegang walkie talkie sampai harus marah2.</p> <br/> <div style='clear: both; text-align: center; font-size: xx-small;'>Published with Blogger-droid v2.0.4</div>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-17578522481401180722012-04-09T08:33:00.000+07:002012-05-22T08:58:47.222+07:00Bengkulu: Ada Wisata Apa di Sana?<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Liburan panjang kali ini saya habiskan di Bengkulu. Bengkulu, ada apa di sana? Haha.. Pertanyaan itu keluar dari banyak mulut, mulai dari teman kuliah, teman kantor, bahkan teman kantor yang ditempatkan di Bengkulu sekalipun.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Justru itu, karena (katanya) nggak terlalu banyak yang bisa dilihat dan kurang populer, membuat tiket menuju Bengkulu menjadi sangat murah, bahkan biarpun belinya mepet. Apalagi, kebetulan maskapai Merpati baru saja membuka rute Jakarta-Bengkulu setelah sempat vakum. Liburan ini dibilang mepet karena direncanakan hanya seminggu sebelum berangkat. Saya dengar banyak objek wisata alam, kuliner, dan sejarah yang bisa saya kunjungi. Itu yang membuat saya bersikeras untuk ke sana. Saya cuma berdua dengan Wulan, teman kuliah yang sekarang sama2 kerja di Jakarta. Tapi saya juga akan ditemani teman lainnya di sana yang berminat juga untuk mencari tau ada apa di Bengkulu meskipun mereka sendiri tinggal di sana.</span><br />
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Hanya sekitar 45 menit di angkasa, jam 9 pagi kami sudah berada di Bengkulu. Kesan pertama, bandaranya unik karena nggak jauh dari jalan raya, cukup dengan berjalan kaki. Kesan kedua, ternyata sepi kotanya, lebih mirip Manokwari bahkan. Selain panas, atap rumahnya banyak pakai seng. Bedanya dengan Manokwari, di sini perawakan orangnya sedang khas Melayu, kulit kuning dan sipit mirip orang2 Palembang, dan nggak ada babi2 berkeliaran di jalanan.</span></div>
</div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAh92vsTu_cSWTd75werk1rOYX0XhY5N1uTjb5OzsA2vq7GoW5kF2ukkPJx8z3F7Txa86h1b2hzsw9nuNCmnpGvrbp5wwA9ZF2K4LHTUzt6kPwEX-IGP4L3-ZERzS0r1UyQkMhC7hZfAxz/s1600/DSCN1995.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAh92vsTu_cSWTd75werk1rOYX0XhY5N1uTjb5OzsA2vq7GoW5kF2ukkPJx8z3F7Txa86h1b2hzsw9nuNCmnpGvrbp5wwA9ZF2K4LHTUzt6kPwEX-IGP4L3-ZERzS0r1UyQkMhC7hZfAxz/s200/DSCN1995.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Menunggu setengah jam, kami akhirnya dijemput teman2 kantor, Icha, Aya, dan Uut. Berhubung belum sarapan, kami makan dulu. Icha ajak kami ke RM Inga Raya di utara pantai Tapak Paderi dengan resto gaya lesehan. Makanannya sepintas mirip masakan Padang, tapi bedanya, di sini ada tempoyak yaitu udang dengan kuah mirip bumbu gule tapi rasa durian. Luar biasa enak. Tapi supaya nggak kolesterol tinggi, sepulang dari Bengkulu akhirnya saya makan oatmeal sebagai menu sarapan wajib selama beberapa hari hehe..</span></div>
</div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj0QQKdBrS7SADvuFsXd4D1yN_GTAU65TVeE1U6FcRMS4bVSWlsgOOQSNCWRAuB3bY3mftBFfiPa6K7NQ8C_UThnvFDjf1oyyWzeUVIm7a5PfPNMjB1TrCaJX7jAEKb3YUQ3MZ_tB4ORvh/s1600/DSCN2280.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj0QQKdBrS7SADvuFsXd4D1yN_GTAU65TVeE1U6FcRMS4bVSWlsgOOQSNCWRAuB3bY3mftBFfiPa6K7NQ8C_UThnvFDjf1oyyWzeUVIm7a5PfPNMjB1TrCaJX7jAEKb3YUQ3MZ_tB4ORvh/s200/DSCN2280.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Selesai makan, kami meluncur ke tengah kota dengan maksud untuk sholat Jumat. Karena saya satu2nya cowok di rombongan kali ini, saya mengalah. Saya didrop di masjid sementara mereka pulang ke hotel. Saya memaksa mau sholat di masjid jamik hasil rancangan Soekarno yang kini menjadi benda cagar budaya. Lucunya, teman2 yang tinggal di Bengkulu bahkan nggak tau kalau masjid itu dirancang oleh bapak proklamator kita.</span></div>
</div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjgxSTt_I6Pq_wWkT5A98kmfKXvUHhsByf4X6_jnyirX8PA3Hu2FIrzPr4LSXVtzpTwZv_x3TiF9uZ6B3U9iTakqz7ASC1K9nUP-msK2gDRQfRPqDAN1Un7eKgtjAZwLHf9FBTgwVKA0RZ/s1600/DSC03070.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjgxSTt_I6Pq_wWkT5A98kmfKXvUHhsByf4X6_jnyirX8PA3Hu2FIrzPr4LSXVtzpTwZv_x3TiF9uZ6B3U9iTakqz7ASC1K9nUP-msK2gDRQfRPqDAN1Un7eKgtjAZwLHf9FBTgwVKA0RZ/s200/DSC03070.JPG" width="200" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaDW72Kjm-lSZhkTt1LrttpUwcI4iXHfURe9HiwjizC8V8cxfIAGvkg77MZYaKkGPjx4OoCMtYRQt59Dg8me4f6vzO73f7jJEHoeTqkk9sAaw8aEpCnq4VIacu_IqFA_afLP8TeNRABDHU/s1600/DSC03118.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaDW72Kjm-lSZhkTt1LrttpUwcI4iXHfURe9HiwjizC8V8cxfIAGvkg77MZYaKkGPjx4OoCMtYRQt59Dg8me4f6vzO73f7jJEHoeTqkk9sAaw8aEpCnq4VIacu_IqFA_afLP8TeNRABDHU/s200/DSC03118.JPG" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Selesai jumatan, saya pergi ke hotel. Mm.. sebetulnya bukan hotel sih, tapi lebih seperti kos2an, modelnya mirip dengan yang ada di seputaran Setiabudi dan Karet. Namanya Grand Jitra dengan fasilitas kamar AC, kamar mandi dalam, dan ada sarapan pagi. Musholla dan alat fitness yang cukup representatif pun ada. Sebulan, kamar disewakan 1,5 juta. Nggak berapa jauh beda kan? Khusus untuk sewa harian seperti saya, cukup dengan tarif 95 ribu per hari. Jauh lebih layak ketimbang menginap di hotel. Lokasinya dekat dengan makam penduduk Inggris ketika itu. Sebagian masih tampak terawat, tapi sayang di sebagian yang lain malah dipakai sebagai lahan rumah atau pekarangan penduduk dan kantor administrasi pemerintahan.</span></div>
</div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMNVPYvWQE1T3q8KClN03YqaKYjWbI-HiUWWSXeCROO46EkTUlnbaKmFIknRFpP3zhQ81asA6PTYuwBEQYvPCdGt2RrLyssh4v6AQvT6OxkIHuVZKR3ZhZ_bVdrj19nCVjYZQv-xNDzhLq/s1600/DSC03084.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMNVPYvWQE1T3q8KClN03YqaKYjWbI-HiUWWSXeCROO46EkTUlnbaKmFIknRFpP3zhQ81asA6PTYuwBEQYvPCdGt2RrLyssh4v6AQvT6OxkIHuVZKR3ZhZ_bVdrj19nCVjYZQv-xNDzhLq/s200/DSC03084.JPG" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Selesai berbenah sebentar di kamar, kami langsung jalan. Itinerary yang saya buat berdasarkan info dari forum, blog, dan peta google ternyata kurang optimal menurut versi teman2. Jadinya, itinerary dirombak total dan saya ikut rencana mereka saja. Tujuan pertama, rumah pengasingan bung Karno dan rumah Ibu Fatmawati karena lokasinya nggak jauh dari hotel dan keduanya saling berdekatan. Kedua rumah itu dalam kondisi terawat dengan baik. Waktu kami datang, tempatnya sepi. Entah karena kurang populer atau memang pas lagi jam2 sepi saja. Nggak ada tiket masuk, tapi kita bayar seikhlasnya saja buat pemandu di sana. Begitu masuk, terlihat perabotan di sana masih lengkap, bahkan ada satu kamar yang berisi lemari besar penuh buku tua dari berbagai bahasa dan tema, mulai dari agama sampai politik. Nggak heran kalau Bung Karno bisa jadi presiden, pintar luar biasa.</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlBohalVP8q5VrJ9ucyb4dFChJ2zrP3X_KJs5cIw2p4muzvsawDu_5r5NpZS_lEU4ymeqQh1wKQwaMeMqVz0-lO0aKBVFSpeRliKjLvN6LQ3kPny8V-Unn9iHwkfBsKp5Ap0wavoyefmBD/s1600/IMG_1002.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlBohalVP8q5VrJ9ucyb4dFChJ2zrP3X_KJs5cIw2p4muzvsawDu_5r5NpZS_lEU4ymeqQh1wKQwaMeMqVz0-lO0aKBVFSpeRliKjLvN6LQ3kPny8V-Unn9iHwkfBsKp5Ap0wavoyefmBD/s200/IMG_1002.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Di rumah ibu Fatmawati, ada koleksi baju dan foto beliau, termasuk mesin jahit yang dipakai untuk membuat bendera merah putih yang dikibarkan pada saat proklamasi kemerdekaan. Sayang di sana nggak ada penjaganya, jadi kami masuk begitu saja. Kebayang kan kalau ada orang nggak bertanggung jawab masuk sana dan mengambil barang2 bersejarah. Semoga kejadian itu nggak berulang.</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdDqet5jX7nrHe9Kp57FQt1iE3Ju2Z9eWq36aB-FP8ppO76-D6Qf4WzzgniBr5WahA18vMfqxc9rxeDgfFHbrFBHUAyByh7gBzif3mWiz39_Fiksyr-tv_Tr3_OszOAPFg6uXhV-Mser-S/s1600/IMG_1012.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdDqet5jX7nrHe9Kp57FQt1iE3Ju2Z9eWq36aB-FP8ppO76-D6Qf4WzzgniBr5WahA18vMfqxc9rxeDgfFHbrFBHUAyByh7gBzif3mWiz39_Fiksyr-tv_Tr3_OszOAPFg6uXhV-Mser-S/s200/IMG_1012.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Selesai dari rumah mereka, kami menuju Danau Dendam Tak Sudah. Lagi2, teman2 yang tinggal di Bengkulu pun nggak tau sejarah penamaan danau ini. Banyak versi memang, tapi ada versi yang mengatakan bahwa danau ini dulunya dibendung oleh pemerintah kolonial Belanda menjadi dam, tapi nggak selesai, jadilah nama Dendam Tak Sudah. Entah benar atau nggak, toh nggak mengurungkan niat kami pergi sana. Berbekal informasi Linda, teman Aya asli Bengkulu, kami melewati jalan kecil yang jauh dari layak. Nggak heran nggak banyak orang mau ke sana lewat jalan ini. Jelas nggak ada retribusi untuk ke sana. Begitu kami sampai di tepi danau, pemandangannya menyegarkan mata. Sepi, cuma ditemani suara burung2, udara pun segar. Padahal lokasinya mungkin cuma 10 menit dari pusat kota.</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8J2z8Yn4YdxYCsjsT6r_eBU-xJYAKnvMNlb7Z_GHzfcwh-sBY_NtP3PsUzuByLBF3LUNihsblyBpAYN8gwlB8EByU77aKe0x2MzibpnFoJE0gd0C_i1A6tqe4e1xXDRL6iQQXTfkz6eGq/s1600/IMG_1032.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8J2z8Yn4YdxYCsjsT6r_eBU-xJYAKnvMNlb7Z_GHzfcwh-sBY_NtP3PsUzuByLBF3LUNihsblyBpAYN8gwlB8EByU77aKe0x2MzibpnFoJE0gd0C_i1A6tqe4e1xXDRL6iQQXTfkz6eGq/s200/IMG_1032.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Nggak berapa lama di sana, kami pun meluncur ke Sungai Suci atas rekomendasi Uut. Saya nggak tau itu di sebelah mana, tapi kalau diperhatikan, tempatnya ada di sebelah utara kota Bengkulu. Retribusi hanya 2 ribu per orang. Sekilas tempatnya mirip Tanah Lot Bali, tapi dengan skala jauh lebih kecil dan tanpa pura di ujung semenanjungnya. Selain view-nya yang menarik, yang seru adalah menunggu ombak besar datang memecah daratan. Sampai2, menjelang kami beranjak dari sana, Icha tersiram ombak besar. Rambut lurusnya pun serta merta mendadak bergelombang. Puas teriak dan foto2 dengan anak2 setempat, kami segera beranjak kembali ke kota. Rencananya kami mau lihat sunset di sana.</span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDAfEvZW8cjYXNGEoSu0XzI2OCeNUetbi6XuYbhCwzj71y-yqr5WKyNAkUFzRvs_9vq7goeXgmduyFvK1xRb4LB_uYyNkJjWodFS0nKGqx7qzn70E43o4RU8XZ2fHXtsTNQ9tpAMF2kIF7/s1600/IMG_1102.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDAfEvZW8cjYXNGEoSu0XzI2OCeNUetbi6XuYbhCwzj71y-yqr5WKyNAkUFzRvs_9vq7goeXgmduyFvK1xRb4LB_uYyNkJjWodFS0nKGqx7qzn70E43o4RU8XZ2fHXtsTNQ9tpAMF2kIF7/s200/IMG_1102.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Sebelum menikmati sunset, kami ke Fort Marlborough, benteng kokoh peninggalan pemerintah kolonial Inggris. Benteng ini berada persis di ujung Pantai Panjang, tepatnya di Tapak Paderi. Uang masuk hanya 2500 per orang. Di sana ada pemandu yang menguraikan sejarah benteng itu, tapi dia nggak ikut sepanjang penyusuran kami selama di benteng. Mungkin sudah sore dan dia capek atau bosan keliling benteng dengan cerita yang sama berulang2 sepanjang dia bekerja di sana hehe.</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Benteng ini amat kokoh, tahan terhadap gempa besar yang melanda Bengkulu. Penjara bawah tanah yang pernah dipakai untuk mengurung warga Belanda pun dirancang dengan amat baik, melengkung tanpa topangan tiang. Batu2 bata pun hanya dilekatkan oleh kapur. Benteng ini terdiri dari banyak ruangan, antara lain ruang penyimpanan harta, gudang senjata, bahkan sampai makam. Puas foto2, kami pun pergi ke Pantai Panjang untuk menikmati sunset, tapi sayang begitu sampai di sana, matahari baru saja tenggelam. Yang tersisa hanya semburat jingga di langit dan awan. Alhasil, kami cuma berfoto dan bermain air saja sampai langit benar2 gelap. Dari sana, kami pun makan malam di warung baso nggak jauh dari pantai. Selesai makan, kami pulang untuk istirahat, menyiapkan tenaga untuk besok. Memang kami berencana ke luar kota Bengkulu di hari kedua.</span></div>
</div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<div class="separator" style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpSjbXJX5OkXH1FYW_GSMniiLjQFrFlQ54FtDl92RKGsNPegIE59ia4EuUL3Qm4Z9PHSdPHgMYJe__-bco5iy5UqVDt7iukOb3fE5Tza5hS_WOY0du0VngFyYQzthUp2kUZQDs3rSyK_7S/s1600/DSC03093.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpSjbXJX5OkXH1FYW_GSMniiLjQFrFlQ54FtDl92RKGsNPegIE59ia4EuUL3Qm4Z9PHSdPHgMYJe__-bco5iy5UqVDt7iukOb3fE5Tza5hS_WOY0du0VngFyYQzthUp2kUZQDs3rSyK_7S/s200/DSC03093.JPG" width="200" /></a></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR5MXCl6kirHR4NCHXO9fd0XHc1w83x-_IfYGySLtsB_L20NB2rULwjXQ_-Q1PCoZtqQEaeIqX_aYDi_bRHYAp5YNTn61WMnq5dfS8bVmNGU68XLOo3pjzrZn1wuoUH9pCTp3BMgiljGiL/s1600/DSCN2107.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR5MXCl6kirHR4NCHXO9fd0XHc1w83x-_IfYGySLtsB_L20NB2rULwjXQ_-Q1PCoZtqQEaeIqX_aYDi_bRHYAp5YNTn61WMnq5dfS8bVmNGU68XLOo3pjzrZn1wuoUH9pCTp3BMgiljGiL/s200/DSCN2107.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Hari kedua di Bengkulu, kami pergi lagi ke Pantai Panjang setelah shubuh karena rasanya belum puas sore kemarin. Pantainya ternyata lebih dekat dari bayangan saya. Jalan kaki sedikit lewat gang2 sekitar 10 menit, sampailah kami di pantai. Pantainya mungkin agak kotor kalau ke arah Utara, karena memang lebih dekat ke pemukiman. Tapi kalau kita bergerak ke Selatan, pantainya jauh lebih bersih, udara lebih segar. Kalau memang pecinta pantai, nggak akan rugi deh main2 di sini.</span></div>
</div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD2HQhNQ6xEGHhyTWl4YxDZZUTHkfSeoxpHJohw6SFtMRd-P0UcmH7fZaUR42G3hzo6BsMpdToN83B5dRgWW9hNoFqgg7TmQpR015EWvjtaJU1aPczP8qXxJQ6-G_VE77AtNZwWfbVKYzy/s1600/DSCN2181.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD2HQhNQ6xEGHhyTWl4YxDZZUTHkfSeoxpHJohw6SFtMRd-P0UcmH7fZaUR42G3hzo6BsMpdToN83B5dRgWW9hNoFqgg7TmQpR015EWvjtaJU1aPczP8qXxJQ6-G_VE77AtNZwWfbVKYzy/s200/DSCN2181.jpg" width="150" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhekZV6MEWyFkBSNjgtMqOw3z9UmGmS37scUUJDyyjUOVvjmg_9BhN9wle8GRGQTUb9cIwaMnPPkfFNKdq3O8YSBIuhAR1Z3zYKYbvcpnaglBtnLUbz5dEbpgizKL2OoPRIGjx4EHUULWOS/s1600/DSCN2234.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhekZV6MEWyFkBSNjgtMqOw3z9UmGmS37scUUJDyyjUOVvjmg_9BhN9wle8GRGQTUb9cIwaMnPPkfFNKdq3O8YSBIuhAR1Z3zYKYbvcpnaglBtnLUbz5dEbpgizKL2OoPRIGjx4EHUULWOS/s200/DSCN2234.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Jam 9 pagi, kami berangkat ke luar kota setelah sarapan yang disediakan sama kos. Tujuan pertama kami adalah Curup. Di sana terdapat air terjun dan pemandian air panas Suban. Jaraknya dekat saja, sekitar 60 km. Tapi karena jalannya rusak di sepanjang jalan, waktu tempuhnya sampai 2,5 jam, jauh lebih lama dibandingkan lewat tol Cikampek yang bisa ditempuh 1 jam saja dengan jarak yang sama. Retribusinya agak unik di sini. Pintu pertama, hanya bayar untuk mobil 2 ribu saja. Di dalam, untuk menuju air terjun, kami harus melewati kompleks pemandian air panas. Keluarlah 10 ribu dari kantong kami masing2. Di belakang pemandian itu ada jalan setapak yang menembus hutan kecil sampai kami tiba di air terjun itu. Air terjunnya kecil, nggak sebesar yang dibayangkan. Tapi dasar kampungan, karena saya nggak pernah main atau ketemu air terjun, apalagi airnya bening, sayapun basah2an di sana. Saya memang bawa baju ganti karena memang pengen main air. Dari rencana awal sekitar 2 jam, kami akhirnya puas main di sana sampai 4 jam. Rencana main ke danau dekat situ pun gagal. Kami akhirnya memutuskan langsung pulang, mengingat perjalanan yang bakal lama dan melelahkan karena rusaknya jalan. Tapi, kami sempatkan berfoto dengan orang asli Bengkulu (kesampaian juga akhirnya hehe).</span></div>
</div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8MbpX9m96UamibWwMPyG0dj9jpNc0L1VwsAbPwxsVlTrGCmYsYiI3zAq5P6q08tIPL3Q1ANds3-S8PDVZqA4FUIvzBgAWUwGxiy-7eeh_96JvLLCnxvEphTUcF47hN1kcua7cFbIyFztW/s1600/DSC03152.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8MbpX9m96UamibWwMPyG0dj9jpNc0L1VwsAbPwxsVlTrGCmYsYiI3zAq5P6q08tIPL3Q1ANds3-S8PDVZqA4FUIvzBgAWUwGxiy-7eeh_96JvLLCnxvEphTUcF47hN1kcua7cFbIyFztW/s200/DSC03152.JPG" width="200" /></a></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Sebelumnya, kami makan siang dulu (atau makan sore lebih tepatnya) di Pondok Lesehan Ridho. Kata Aya, di Bengkulu lagi happening tuh resto bergaya lesehan. Makanannya khas daerah pantai, serba ikan. Rasa nggak mengecewakan meskipun tempatnya kurang besar. Waktu bayar, saya ngobrol dengan mba kasirnya. Dia bilang ada bunga Rafflesia mekar di Kepahiang. Kebetulan, kabupaten itu kami lewati kalau berangkat dari dan pulang ke Bengkulu. Tanpa pikir panjang, kami pun berencana untuk lihat bunga Rafflesia. Mekarnya nggak mengenal waktu. Kalau memang mekar, harus diburu. Sayangnya, karena mekar di hutan, kita cuma bisa tau bunga itu mekar melalui papan tanda atau spanduk tulisan tangan masyarakat setempat yang dipasang di pinggir jalan raya agar terbaca oleh para pelintas jalan. </span><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Sayang hari sudah gelap. Tulisan itu (kalaupun ada) jadi nggak kelihatan. Kami jadi hanya berfoto di alun2 kota Kepahiang dengan bukit berhiaskan kaligrafi Allah.</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUZ-SheVUXC2eFhDD-a0VWvcnDhZkzI8F_mTbmM2Fpe_cuWMzwMVjZWwhDI_Jw6yrUwJqTRmWNILtIyKttld1ztSnLaMRPR2mUetZN4fj0CM-hmbKJ65_3ZmsOAkrBojMsf2qHD58Vhtz-/s1600/DSC03160.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUZ-SheVUXC2eFhDD-a0VWvcnDhZkzI8F_mTbmM2Fpe_cuWMzwMVjZWwhDI_Jw6yrUwJqTRmWNILtIyKttld1ztSnLaMRPR2mUetZN4fj0CM-hmbKJ65_3ZmsOAkrBojMsf2qHD58Vhtz-/s200/DSC03160.JPG" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Sedikit kecewa, besoknya Icha menelpon Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu yang bisa memberikan informasi kalau ada bunga Rafflesia yang mekar. Berdasarkan info mereka, kami mendapat kepastian memang ada bunga Rafflesia yang mekar, tapi sayangnya itu seminggu yang lalu. Kalaupun hari itu kami ke sana, kelopaknya sudah layu. Akhirnya, hari Minggu kami habiskan dengan berkeliling lagi di kota Bengkulu. Kali ini kami ke Tugu Thomas Parr, Fort Marlborough lagi, kawasan pecinan, alun2 dengan menaranya, dan depan rumah dinas gubernur. Kami pun bahkan mengunjungi monumen perjuangan rakyat Bengkulu yang jauh dari kesan megah, bahkan di sana sini cuma ada kaleng lem aibon bertebaran di taman itu. Jauh dari kesan megah karena isinya memang hanya "seonggok" batu menyerupai prasasti. Jauh berbeda dengan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (MPRJB) yang jadi satu kesatuan dengan kawasan Gasibu dan Gedung Sate Bandung yang besar menjulang dan tertata rapi. Sayang sekali. Mungkin suatu saat perlu dibenahi supaya orang lebih menghargai jasa para pahlawan bangsa. Oya, di seberang monumen ini ada hotel menyerupai tabot. Kalau yang belum tau, tabot itu adalah benda semacam tugu yang biasa diarak masyarakat Bengkulu dan dilarung ke laut. Ini dilakukan setiap tanggal 1-10 Muharram. Tabot awalnya dijadikan bagian dari ritual peringatan kematian cucu Nabi, Hassan dan Husain, oleh kaum keturunan Arab yang dipanggil Tabot dan bermukim di Bengkulu. Namun, seiring waktu tabot digunakan untuk festival tahunan pada bulan Muharram tersebut. Ajaibnya, ada orang yang mungkin saking kagumnya sama tabot, dibuatlah hotel menyerupai tabot. Mungkin suasananya agak mencekam karena khawatir roboh, tapi toh nyatanya hotel itu tetap survive dengan keunikannya :)</span></div>
</div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<div class="separator" style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeRSidPNFspmJ78XOPUYml8zuMBbKk0HWIU4qvBhaJ8K0bdqAwDcuQ7GcMRf5Z9DO8ZrqZKVNqbJ5VCbreBwuqj25ya3xNFPBF89qzQqSNYPD8R5eF3nIQedAT1oQR6tQFebkUAeLL0O2O/s1600/IMG_1439.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeRSidPNFspmJ78XOPUYml8zuMBbKk0HWIU4qvBhaJ8K0bdqAwDcuQ7GcMRf5Z9DO8ZrqZKVNqbJ5VCbreBwuqj25ya3xNFPBF89qzQqSNYPD8R5eF3nIQedAT1oQR6tQFebkUAeLL0O2O/s200/IMG_1439.jpg" width="200" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqPRONrYuplDuIZtm7S61j14lgxrGbgy_yW6IS8vxIj_LSgqik_rPc0YmwfoKjJ3fhsVQnJOf3u7cYekc50ofYWohwoQrR7yoexdbiOc4fiO_vh7QmiCyc9sU2g2pMWMD4jsPRYGu9lKhi/s1600/DSCN2387.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqPRONrYuplDuIZtm7S61j14lgxrGbgy_yW6IS8vxIj_LSgqik_rPc0YmwfoKjJ3fhsVQnJOf3u7cYekc50ofYWohwoQrR7yoexdbiOc4fiO_vh7QmiCyc9sU2g2pMWMD4jsPRYGu9lKhi/s200/DSCN2387.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY62v_UhK1og-1QydRr7WxvyJj-N9bKFh6cnL_c3fGtdOQD41j5jZOvZD3QerOzp75HTSHpjQ0w32U_CVqxZMY5KEgSTDe7xC8AcWvzWpFigEyf8_4aruExPSEDsWYLRM7ZEaGvBFyaI0k/s1600/DSCN2365.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY62v_UhK1og-1QydRr7WxvyJj-N9bKFh6cnL_c3fGtdOQD41j5jZOvZD3QerOzp75HTSHpjQ0w32U_CVqxZMY5KEgSTDe7xC8AcWvzWpFigEyf8_4aruExPSEDsWYLRM7ZEaGvBFyaI0k/s200/DSCN2365.jpg" width="200" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil_Zu6bpSJ6-F5KKA2Jq7A18pcHQcpD_Xtrl4YtiyKTPz-QJkFXoZ2-SXQ1NiQN7VCAbbFsamLyJfaXO5U6LFlpfCKUEVHaSoiLEOTLEsNINAmZawa3x8U4QI6d8V4S7wmgi1s-J18oMqp/s1600/DSCN2428.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil_Zu6bpSJ6-F5KKA2Jq7A18pcHQcpD_Xtrl4YtiyKTPz-QJkFXoZ2-SXQ1NiQN7VCAbbFsamLyJfaXO5U6LFlpfCKUEVHaSoiLEOTLEsNINAmZawa3x8U4QI6d8V4S7wmgi1s-J18oMqp/s200/DSCN2428.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Selesai keliling kota, kami ke pelabuhan, pantai rahasia, dan dermaga kecil dan terpencil di suatu tempat. Pantai rahasia itu hanya Linda dan masyarakat setempat yang tau. Saya sebetulnya ingat persis di mana tempatnya, tapi katanya tempat itu tetap sengaja dirahasiakan supaya nggak banyak yang datang ke sana dan nggak merusak pantainya yang masih alami dan asri itu. Ke sana kami hanya membayar 2 ribu untuk satu mobil. Begitu sampai, luar biasa. Pantai itu benar2 bersih, panjang, indah, dengan air yang dangkal, banyak karang dan rumput laut. Saya di sana sibuk lari2, lompat2, dan teriak2 sepuasnya. Rasanya bebas, penat hilang, bebas dari gangguan orang lain. Saya pun berjemur di sana, sampai2 kulit menghitam. Peduli amat, toh makin eksotis ;p</span></div>
</div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeDxe5xl2kMqUnoNF2CEGjDGYirCTluL7Cz7dBrkTiDaTj0uomzd8835f-WSQNCdNI3tU-ePKB_KLWoVKVIV_825-MI9-rlLbQ1dtkCpwE8eqYy3zQHzHXs6grG25SDe46yikTc0ZUDYMo/s1600/IMG_1523.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeDxe5xl2kMqUnoNF2CEGjDGYirCTluL7Cz7dBrkTiDaTj0uomzd8835f-WSQNCdNI3tU-ePKB_KLWoVKVIV_825-MI9-rlLbQ1dtkCpwE8eqYy3zQHzHXs6grG25SDe46yikTc0ZUDYMo/s200/IMG_1523.jpg" width="150" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Selesai dari pantai, kami lagi2 makan siang untuk yang ketiga kalinya dengan suasana lesehan. Nggak bosan sih, lagian kali ini restorannya menyajikan masakan Sunda. Penataannya bagus, harganya pun murah. Sambil menunggu pesawat sore, kami sholat di masjid raya, lalu foto2 dengan latar Gedung Juang 45. Tak lupa, kami ke toko kain besurek, kain batik khas Bengkulu. Dari namanya, besurek atau bersurat sama artinya dengan menulis. Batik Bengkulu pun sarat dengan tulisan, tapi bentuk kaligrafi huruf Arab. Beda dengan batik2 lain di pelosok nusantara yang tipikal dengan motif bunga, daun, dan benda2 alam. Tempatnya di Toko Gading Cempaka di kawasan Sentra, masih satu area dengan rumah pengasingan Bung Karno. Terakhir, kami mampir jajan Pempek Palembang di warung H. Cek Toni yang terkenal nggak cuma pempeknya, tapi juga es kacang merahnya. Yummy..</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<br /></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Akhirnya, waktunya pulang ke Jakarta. Jadi, kalau ditanya orang ada apa di Bengkulu, silakan buktikan dan nikmati sendiri apa yang ada di sana. Nggak seindah tempat lain yang sudah ditata sedemikian apiknya untuk menarik wisatawan memang, tapi justru Bengkulu menawarkan pesonanya dengan kesederhanaan dan dengan caranya sendiri. Ayo, kunjungi Bumi Rafflesia.. ^_^</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">---</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Total pengeluaran per orang +/- 1,58 juta</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Tiket p.p. Jakarta-Bengkulu: 890.000</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Akomodasi (makan, transportasi, tiket masuk, oleh2): 690.000</span></div>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com3Bengkulu, Indonesia-3.800649 102.256203-3.927399 102.0982745 -3.673899 102.4141315tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-27286211558548496832012-03-25T17:19:00.000+07:002012-05-16T08:30:23.365+07:00Liburan (lagi) ke Semarang-Solo<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Akhirnya, setelah sekian lama, saya liburan lagi. Selain sempat mengalami kendala keuangan, waktu yang tersedia juga terbatas. Jadinya, ini liburan pertama saya sejak 6 bulan terakhir rasanya. Pastinya, saya kelewat semangat menyambut liburan ini. Tujuan kali ini adalah ke Semarang dan Solo. Nggak istimewa buat saya secara pribadi. Bukan apa2, saya pernah tinggal di Semarang selama setahun, jadi ini terasa biasa saja. Tapi, selama saya tinggal di Semarang, tidak ada satupun objek wisata, baik sejarah, kuliner, maupun religi yang pernah saya sambangi. Jelas nggak terpikirkan waktu itu. Sekarang, berbekal itinerary yang dibuatkan teman dan modal pengetahuan saya akan Semarang, saya atur rute wisata kami selama di Semarang. Sebenarnya tujuan awal kami adalah ke Solo, berhubung satu teman saya sudah "ngebet" mau berburu batik di Laweyan. Tapi, karena tiket pesawat ke Solo mahal, kami memutuskan untuk ke Solo via Semarang. Supaya nggak sia2, kami pun berencana menjelajah Semarang selama sehari saja untuk kemudian kami teruskan perjalanan malam harinya ke Solo.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"></span><br />
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUJqc-bAPr5SYl6839lNOMzOBTHt9yHzvrBZWIhkw1m92RnaSTEM76wjZuIu5NWLtIvqfe4259Whlcs4rbWCBk_iAUxmw611TiW8tYl5ms4Dl-4dbsZWapn0RswzWMU8eAVhmAoyCmrjEF/s1600/DSC00757.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="132" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUJqc-bAPr5SYl6839lNOMzOBTHt9yHzvrBZWIhkw1m92RnaSTEM76wjZuIu5NWLtIvqfe4259Whlcs4rbWCBk_iAUxmw611TiW8tYl5ms4Dl-4dbsZWapn0RswzWMU8eAVhmAoyCmrjEF/s200/DSC00757.JPG" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Dengan salah satu maskapai domestik, kami terbang menuju Semarang pagi hari. Sesampainya di sana, kami sudah dijemput oleh mobil sewaan kami. Relatif murah, cukup membayar 550 ribu kami sudah diantar keliling Semarang dan diantar ke Solo, sudah termasuk bensin. Tujuan pertama adalah Kelenteng Sam Poo Kong yang terletak di pinggir Kaligarang, hanya beberapa ratus meter saja dari RS dr. Kariadi. Jam 8 pagi ternyata sudah buka, tapi loket untuk masuk ke kelenteng nggak dibuka. Entah karena masih terlalu pagi atau kelenteng itu hanya boleh dimasuki oleh umat Kong Hu Chu saja. Seolah sudah wajib, kami di sana foto2 dengan beragam pose di tempat yang seolah membawa kami ke negeri Tirai Bambu. Sekitar setengah jam saja di sana, kami menuju rumah makan mbak Lin, warung sederhana yang menjual makanan khas Jawa di seberang RS Telogorejo, nggak berapa jauh dari Simpang Lima. Di sana, menu favoritnya adalah soto ayam dan telur dadar gulung. Kami sudah makan sepuasnya, dan ternyata harga yang harus dibayar untuk 5 orang hanya 57.500 saja. Tipikal memang kalau makan di Jawa, selain enak pasti murah.</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Tujuan berikutnya, kami ke Kota Lama. Di sana, saya bawa teman2 ke Gereja Blenduk. Sesuai namanya, gereja ini menjadi unik dan terkenal karena atapnya yang berbentuk kubah, seperti sebuah masjid. Di sana, kami berfoto ala jaman kolonial sambil menunggangi sepeda lama yang disewakan 20 ribu per jam. Kami menyusuri ke bagian dalam Kota Lama dengan sepeda itu sambil berburu angle foto yang menarik. Sekitar sejam di sana, kami melanjutkan perjalanan ke kampung batik yang berlokasi di bundaran pertemuan antara Jl. Ronggowarsito, Jl. KH Agus Salim, Jl. Pattimura dan Jl MT Haryono. Letaknya di sisi timur. Batik, memang Semarang punya batik? Yup, ternyata ada. Memang saya belum pernah dengar ada yang namanya Batik Semarang. Tapi dari hasil pencarian di web, ternyata memang ada. Katanya sih jaman Jepang pembatik2 ini sempat menghilang karena mengungsi ke selatan, entah itu Salatiga, Solo, atau Yogya. Puluhan tahun lamanya, tepatnya tahun 2005, istri Walikota memprakarsai bangkitnya batik Semarang sebagai warisan budaya lokal yang perlu dilestarikan. Sekilas, dari jalan besar nggak kelihatan seperti kampung batik. Apalagi, papan petunjuk yang menandakan kawasan ini sebagai kampung batik pun minim. Tapi, ternyata di dalam kampung ada beberapa toko rumahan penjual batik meskipun masih sepi karena waktu kami datang masih sekitar jam 10 pagi dan toko sebagian masih tutup. Kami pun hanya mendatangi beberapa toko yang sudah buka saja. Sekilas, batik2 ini tampak kurang menarik mata dan selera. Barangkali karena belum pernah lihat, motif yang mereka kembangkan nggak familiar di mata kita yang lebih sering dicekoki dengan batik motif Solo, Yogya, Pekalongan, atau lainnya yang dominan dengan motif kembang. Lain halnya dengan batik Semarang yang didominasi motif daun asem sebagai ciri khasnya, dan beberapa motif landmark Semarang seperti Gereja Blenduk dan Lawang Sewu. AKhirnya, dari sekian toko, saya dapat juga motif batik yang saya suka, cukup dengan 80 ribu saja untuk 2 meter kain batik kombinasi cap dan tulis.</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Puas berbelanja, kami mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah yang katanya fenomenal karena ada tenda elektrik seperti yang di masjid besar Arab Saudi. Memang megah dan mewah, tapi karena cuaca terlalu panas, kami semua seperti kelimpungan, bahkan sakit kepala. Nggak lama foto2, kami pun bergerak ke Simpang Lima lagi untuk sholat Jumat buat yang cowok2, dan cuci mata di mall buat yang cewek2 sambil nunggu sholat. Usai sholat, kami pun makan siang di warung Soto Bangkong di perempatan antara Jl. Mataram, Jl. Brigjen Katamso, dan Jl. MT Haryono. Warung Soto Bangkong ini sih katanya yang pertama di Semarang sebelum akhirnya merambah daerah2 lain di Indonesia. Sotonya enak, walaupun buat sebagian teman kurang cocok di lidah karena manis. Kami membayar 72 ribu untuk berlima. Murah bukan?</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqGdeyv02GivCNlZobdsJKdff2BBEKSR-UUtrm-lXAeHSY1ixPfVJoavJR1t18cMlR79NxRRQGnHTKgPWEWXbx1Rbv7wBiZiL2PbG4Lp0oarT_XemX-7lMrZlx5qGAiW7GLr3X737Acg1-/s1600/DSC01036.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="132" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqGdeyv02GivCNlZobdsJKdff2BBEKSR-UUtrm-lXAeHSY1ixPfVJoavJR1t18cMlR79NxRRQGnHTKgPWEWXbx1Rbv7wBiZiL2PbG4Lp0oarT_XemX-7lMrZlx5qGAiW7GLr3X737Acg1-/s200/DSC01036.JPG" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Selesai makan, kami lanjutkan perjalanan ke Pandanaran untuk beli oleh2. Biarpun kami pulang dari Semarang hari Minggu lusa, tapi kami ambil pesawat pagi, jadi nggak akan sempat beli oleh2, makanya kami sempatkan belinya hari Jumat ini. Di sana, kami ke toko bandeng Juwana. Nggak cuma bandeng, kami beli beberapa panganan lain seperti lumpia, cookies, tahu bakso, dan lain2. Sejam berburu makanan, kami lanjut ke kawasan Tugu Muda. Di sana, kami mampir ke Lawang Sewu yang dulunya terkenal angker. Sekarang, bangunan ini sudah dikembalikan fungsinya oleh PT KAI yang memang menjadi pemilik gedung ini, tapi lebih dominan sebagai museum. Sayang, gedung A yang menjadi bangunan utama di sisi jalan sedang ditutup karena ada pemugaran lanjutan. Tapi kami cukup puas mengunjungi gedung lainnya yang ada di kompleks itu. Dengan tiket masuk 10 ribu per orang, harusnya kami dapat pemandu. Tapi karena kebetulan sore itu lagi ramai, kami jalan sendiri. Untungnya di sana ada peta panduan jelajah museum, jadi nggak salah arah dan optimal. Foto2, itu sudah pasti, apalagi dengan latar puluhan pintu, jendela, dan pilar, membuat hasil foto lain dari yang lain. Di depan museum terdapat lokomotif tua yang jadi objek foto lainnya yang nggak kalah menarik. saya lupa lihat tahun pembuatannya, tapi dari bentuknya, saya yakin itu pasti buatan akhir abad ke-19.</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia5At_hAGv9P4AnQ-eVFGgdxrLCJYGC6ehi9r5hJrtlEisLIPS1j6n-lgKGLQsL7Sve01u1ia1xcgXIqZdWvXRMavRtNasFk_MlGD7an3yPkWi0IsOG54TD0iPOntMIObjdYOeXHn546Bm/s1600/DSC01067.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia5At_hAGv9P4AnQ-eVFGgdxrLCJYGC6ehi9r5hJrtlEisLIPS1j6n-lgKGLQsL7Sve01u1ia1xcgXIqZdWvXRMavRtNasFk_MlGD7an3yPkWi0IsOG54TD0iPOntMIObjdYOeXHn546Bm/s200/DSC01067.JPG" width="132" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Selesai keliling, kami berfoto di seberang Tugu Muda. Tanpa berlama2, kami pun segera meluncur menuju Solo jam 4 sore itu. Kebetulan, perjalanan ke Solo melewati Banyumanik. Nggak jauh dari sana, ada Pagoda Avalokitslava, rumah ibadah umat Buddha. Lagi2, bangunan ini seolah membawa kami ke China seperti di kelenteng tadi pagi. Di sana ada orang yang sedang sembahyang, jadi kami cuma berfoto2 di depan pagoda saja. Masuk ke pagoda sini nggak dipungut bayaran, tapi kata pak satpamnya seikhlasnya saja. Hari makin sore, kami pun meluncur ke selatan menuju Solo. Keluar Semarang, kami mampir di Ungaran sebentar. Saya sempatkan ketemu saudara2 saya meskipun cuma setengah jam. Nggak puas ngobrol, tapi kami tetap harus lanjutkan perjalanan, tapi sebelum itu kami sempatkan ke toko tahu bakso Ibu Pudji yang terkenal itu. Relatif murah, 1800 per buah, saya pun borong 6 kotak masing2 isi 10 ;)</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Sekitar 2 jam perjalanan saya habiskan untuk tidur karena sakit kepala sejak tadi siang. Sampai di Solo, kami langsung menuju guest house yang sudah kami pesan. Letaknya di Monumen 45, nggak jauh dari Stasiun Solobalapan. Malam itu, karena kecapekan, kami pesan makan lewat penjaga guest house. Habis makan pun kami langsung tidur. Rencana awal kami makan gudeg yang terkenal karena jualan mulai jam 2 pagi pun batal karena terlalu capek. Bahkan, rencana mengunjungi beberapa objek wisata pun akhirnya batal karena selain mau fokus belanja di Laweyan, sorenya pun kami harus sudah kembali ke Semarang. Dengan bermodalkan 2 becak, kami menuju Laweyan setelah sarapan di warung gudeg Ayu di dekat hotel. Untuk berlima dan 2 abang becak, kami cukup merogoh kocek 100 ribu saja. Tanpa buang waktu, kami ngubek2 Laweyan. Saya sibuk menyusuri gang, cari toko yang pernah saya datangi 3 tahun yang lalu. Lupa2 ingat, akhirnya ketemu. Nama tokonya Saud Effendy, bentuknya rumah biasa dan nggak ada papan pengenal toko. Tapi itu yang membuatnya unik. Saya borong 2 baju batik di sana, sambil melihat2 pembuatan batik cap dan tulis di workshop belakang rumah. Pembuatannya unik dan butuh stamina pastinya karena udara panas dan pengap, apalagi banyak asap dari tungku pemanasan lilin. Sekitar 4 jam di sana, kami masing2 sudah bawa tentengan. Selesai sholat dan makan, dua becak berpisah. Satu ke arah pasar Gede karena teman mau beli titipan papanya di Yogya, sementara saya ke arah pasar Klewer karena mau ke Danar Hadi. Selesai belanja, kami ke Orion untuk beli kue mandarijn yang terkenal itu. Sayang, karena sudah jam 3 sore, kue itu sudah ludes terjual. Kamipun akhirnya beli bolu gulung saja. Pulang ke guest house untuk packing, kami lalu meluncur Slamet Riyadi dengan taksi avanza untuk kembali ke Semarang pakai Joglo Semar, travel andalan saya. Sambil menunggu keberangkatan, saya cari jajanan di pinggir jalan. Ternyata banyak yang jual nasi kucing. Dua bungkus tambah tempe bacem dan sosis ayam, saya hanya perlu membayar 4 ribu saja.</span></div>
<br />
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJQnt0eosqJ5Ne3jqiRRV9bfTtkd0jpaI-V1Fwsx6V5BIZN8xmF3eI-q20lcYY5u7wPGKIEKPdoPF_rEszU1ds20sQDdet_buaaR0aP8pb_nDx_CQTZuPdi3Ra25Kpbk-smeenBeli4EDf/s1600/DSC01115.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="132" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJQnt0eosqJ5Ne3jqiRRV9bfTtkd0jpaI-V1Fwsx6V5BIZN8xmF3eI-q20lcYY5u7wPGKIEKPdoPF_rEszU1ds20sQDdet_buaaR0aP8pb_nDx_CQTZuPdi3Ra25Kpbk-smeenBeli4EDf/s200/DSC01115.JPG" width="200" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYSGBUDJcvr5yUOWf0Jno153UyzvcQeD21ZHqz-dez51ID-cg7WQvVMkmrGWpYMRpF3SmA5P8H5O_vcNRaN3rMhQnXTzwJHyOAL1q5YmPG8JpwVSgERhOFzarmixGKCf9uBtoqqfZ4T_SY/s1600/DSC01114.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="132" kba="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYSGBUDJcvr5yUOWf0Jno153UyzvcQeD21ZHqz-dez51ID-cg7WQvVMkmrGWpYMRpF3SmA5P8H5O_vcNRaN3rMhQnXTzwJHyOAL1q5YmPG8JpwVSgERhOFzarmixGKCf9uBtoqqfZ4T_SY/s200/DSC01114.JPG" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Akhirnya jam 5 sore kami pun kembali ke Semarang. Sesampainya di sana, kami dijemput teman kantor yang bertugas di sana. Kami pun dibawa makan2 di Taman KB di Jl. Menteri Supeno. Dulu daerah ini nggak terawat, gelap, dan banyak banser (banci serem) berkeliaran. Tapi sekarang, tempat ini sudah terang, bersih, dan jadi tempat nongkrong anak muda menghabiskan malam minggu. Di sana, akhirnya saya makan yang namanya Tahu Gimbal setelah penasaran sejak pertama saya tinggal lama di Semarang tahun 1999 lalu. Ditemani es duren, kami mengobrol semalam suntuk. Esok shubuh, kami pun ke bandara untuk pulang ke Jakarta. Lunpia sudah jadi oleh2 yang wajib saya bawa. Cukup telp Lunpia Express sehari sebelumnya, mereka bisa antar ke bandara meskipun jam 5 pagi sebelum tokonya sendiri buka. Meskipun libur hanya 2 hari dan lebih didominasi belanja batik, tapi nggak mengurangi semangat untuk berlibur. 2 minggu lagi ada libur panjang, ke mana ya baiknya? ;)</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<br /></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: Trebuchet MS;">---</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Total pengeluaran per orang +/- 1,6 juta</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Tiket p.p. Jakarta-Semarang: 1.169.600</span></div>
<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;">
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Akomodasi (makan, transportasi, tiket masuk, oleh2): 548.000</span></div>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-33734525084966572082012-03-14T23:26:00.001+07:002012-03-14T23:26:36.574+07:00SKJ 88: memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat<div xmlns='http://www.w3.org/1999/xhtml'>Malam sebelum tidur, tiba2 terlintas pengen lihat youtube, siapa tau ada video senam SKJ 88 yang super duper beken pada masanya. Musiknya saja sudah tertanam kuat di memori. Makin penasaran jadinya. Buka sebentar, yap, ada memang videonya. Dari 237 juta rakyat Indonesia, senggaknya pasti ada 1 orang yang tergerak mengunggahnya hehehe.<br/>
Awalnya, saya agak lupa dengan gerakan senamnya, tapi setelah lihat videonya, saya mulai ingat. Gerakannya sederhana, tapi cukup gampang diingat dan diikuti orang. Dengan begitu, semua generasi sebetulnya bisa melakukannya, mulai dari anak2 sampai orang tua. Entah siapa yang merancang gerakan dan menciptakan lagunya, tapi kombinasi keduanya membuat senam SKJ 88 menjadi favorit masyarakat dengan caranya sendiri. Ada yang dibuat rutin setiap hari jumat di sekolah, ada juga yang dibuat sebagai bahan ujian ebta praktek.<br/>
Senam SKJ 88 ini menjadi bagian kampanye pemerintah Orde Baru dalam memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Upaya ini nggak lain untuk mencetak generasi yang sehat, kuat, nggak loyo, dan bisa diandalkan. Upaya ini berjalan seiring dengan program pemerintah Orde Baru lainnya yang dalam teori ekonomi dikenal dengan istilah "pertumbuhan ekonomi yang berkualitas". Pertumbuhan ini ditandai dengan penurunan kemiskinan dan pengangguran, naiknya pendapatan per kapita, berkurangnya kesenjangan sosial, meningkatkan rasa aman di masyarakat, juga disertai dengan mudahnya mengakses fasilitas dasar terkait infrastruktur, pendidikan, kesehatan, teknologi, inovasi, dan ketahanan pangan. Sebut saja di antaranya, program KB, posyandu, puskesmas, siskamling, swasembada pangan, kontrol harga pangan strategis melalui BULOG, pendidikan wajib belajar (wajar) 9 tahun, pembangunan industri pesawat terbang, pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, irigasi dan bendungan, sampai senam SKJ 88 ini.<br/>
Terlepas dari dugaan adanya sisi kelam Orde Baru dalam hal penegakan HAM, kebebasan berpendapat, dan korupsi yang tersistematis, Orde Baru setidaknya menaruh perhatian besar pada penciptaan kualitas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas manusia Indonesia yang dirasa sangat akseleratif dan progresif ketika itu. Apa yang mereka lakukan sejalan dengan teori pertumbuhan ekonomi endogen, di mana peran manusia sangat penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (sustainable) mengingat peran kapital yang akan semakin terbatas dalam jangka panjang akibat adanya diminishing return to capital.<br/>
Memang banyak hal buruk di masa lalu yang sudah menjadi bagian dari sejarah, tapi masih nggak kalah banyak hal positif di masa lalu yang sejatinya masih bisa kita lestarikan, salah satunya senam SKJ ini. Nggak terasa 24 tahun yang lalu saya pelajari, ikuti, dan ingat gerakan senam itu. Rasanya sekarang perlu menggalakkan program penyehatan massal itu lagi untuk generasi mendatang. Program lainnya yang sempat terhenti idealnya dihidupkan kembali untuk menjamin peningkatan kualitas manusia Indonesia ke depan. Semoga!</div>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-28462383029392322412012-02-22T23:03:00.000+07:002012-03-14T13:54:33.721+07:00Teman setia selama 22 tahun<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Apa yang tanpa sadar selalu kamu bawa setiap hari di tubuhmu selama bertahun2 padahal itu buruk buat kamu? Mungkin jawabannya bervariasi. Tapi salah satu jawaban yang menggelitik adalah karang gigi. Yup. Pasti banyak dari kita yang nggak sadar akan kehadiran teman kita yang satu ini. Saya sendiri sadar kalau dia selalu menemani saya selama... mmm katakanlah 22 tahun sejak punya gigi tetap. Bukan apa2. Pertama, saya nggak tau ada yang namanya karang gigi waktu kecil. Itu saya anggap sebagai bagian alami yang pasti ada di gigi. Kedua, waktu SMA pernah liat kakak dibersihkan karang giginya dengan keluar ruangan praktik dokter gigi dalam kondisi gusi berdarah2. Itu traumatis pastinya dan saya nggak akan pernah mau yang namanya dibersihkan karang gigi.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Memang jaman dulu kesadaran akan kebersihan diri, terutama area mulut, masih rendah. Itu yang membuat 7 gigi geraham saya bolong. Penyesalan selalu datang terlambat, tapi lebih baik daripada nggak sama sekali kan? ;)</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Saya mulai rajin sikat gigi 2x sehari sejak 2005. Tapi karang gigi sudah terlanjur memfosil, jadi mau disikat sekuat dan sesering apapun nggak akan mengubah fakta karang gigi sebagai teman setia saya hehehe. Percakapan ringan dengan rekan sejawat di kantor tentang pentingnya membersihkan gigi dari karang secara rutin 6 bulan sekali membuat saya merasa menjadi orang terjorok sedunia. Sejurus kemudian, saya memberanikan diri untuk langsung telpon klinik kantor dan mendaftar sesegera mungkin. Jadwal ditetapkan minggu depan. Begitu hari-H, eksekusi dimulai. Komen pertama dokter? Babak belur ya giginya. Komentar pedas, pahit, tapi bikin geli itu jadi pembuka awal baru gigiku yang selama ini di dalam masa jahiliyah memasuki masa penuh cahaya yang terang benderang ;p</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Hmm saking babak belurnya, dokter mencicil pembersihan karang. Minggu ini bawah, minggu berikutnya khusus yang atas. Begitu selesai giliran yang atas, dokter minta saya untuk balik lagi minggu berikutnya karena katanya ada yang rusak gigi geraham bungsunya. Harus diambil tindakan. Saya kira cuma dibersihkan, ternyata waktu saya kembali minggu depannya, komen pertama dokter "mmm ini harus dicabut ya". Glek, awalnya karang gigi kok jadi cabut ya. Pasrah, dicabutlah satu gigi geraham bungsu kiri atas. Selesai cabut, dokter cuma komen, minggu depan yang kanan ya. Baiklah. Mental saya siap kok. Tapi, dasar iseng, saya tanya dokter kalau pernah baca artikel dua jenis tambalan gigi dan seingat saya apa yang ada di gigi saya itu versi jeleknya, yaitu mengandung logam berat. Dokter cuma bilang, nanti kita bongkar satu2 ya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">*deep sigh* kayaknya perjalanan panjang saya menuju mulut dan gigi yang sehat masih panjang. Tapi saya tetap semangat demi kesehatan. Masa sehat cuma tampak luarnya aja. Ya nggak? :)</span></div>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-68629375462020598882012-02-08T14:16:00.002+07:002012-05-16T07:59:56.476+07:00Commuter Line: Antara Cinta dan Benci<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Sudah hampir tiga bulan pola loop line di kereta commuter line yang melayani area Great Jakarta beroperasi. Bagaimana pendapat saya sebagai pengguna setia kereta kurang lebih satu tahun terakhir ini? Saya yang sudah melalui transisi tiga sistem, konvensional, commuter line, dan loop line dalam setahun ke belakang merasa ada banyak perbaikan positif. Dalam banyak hal, PT. KAI bisa membawa perubahan besar dalam hal ketepatan jadwal dan headway time. Memang dalam implementasinya sehari2 terkadang masih ada gangguan, tapi kalau dilihat rata2 dalam setahun, gangguan itu nggak dominan. Lagipula, gangguan biasanya lebih sering karena <em>force majeur </em>(hujan lebat, sambaran petir). Peralatan pendukung yang rusak atau usang (seperti wesel atau pasokan listrik) seharusnya masih bisa dibenahi. Dari sisi headway, frekuensi kereta yang lebih sering sangat membantu saya yang sering pulang malam. Dari sisi kondisi rangkaian kereta, menurut saya kondisi kereta jauh lebih nyaman daripada kereta ekonomi yang penuh dengan pengamen atau penjaja dagangan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Kalau masih ada kekurangan, itu justru yang harus kita bantu, bukannya marah2 di stasiun sambil memprovokasi orang untuk menandatangani petisi penolakan implementasi sistem baru tersebut. Dari sisi konsumen, kita bisa lakukan hal kecil tapi berdampak besar demi kelancaran operasional sehari-hari. Antri yang tertib dan tetap membeli karcis saja sudah sangat membantu mereka untuk meningkatkan pelayanan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Intinya sih, jangan berprasangka buruk dulu kalau PT KAI nggak berbuat apa2 untuk meningkatkan pelayanannya. Kalau diperhatikan, siapa sih yang sadar kalau sekarang ada penertiban pemukiman di bantaran rel daerah Tanah Abang, siapa yang tau kalau ada perbaikan peron dan berbagai rambu petunjuk di beberapa stasiun. Bahkan sebentar lagi akan diberlakukan sistem tiket elektronik. Pencapaian luar biasa untuk ukuran Indonesia yang biasanya nggak banyak perubahan. Sikap kita sebagai warga negara, dukung upaya perbaikan pelayanan mereka, beri masukan dengan cara elegan kalau ada kekurangan atau penyimpangan. Saya yakin di dalam PT KAI sudah banyak orang-orang yang kompeten di bidangnya untuk membawa perubahan dan karya nyata untuk pengembangan operasional KA. Beri saja mereka kesempatan untuk membenahi diri.</span>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-4871881956618084122012-02-03T14:10:00.000+07:002012-02-08T17:57:16.420+07:00Akhirnya masuk kepala 3<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Hari ini, genap 30 tahun usiaku. Muda nggak, tua juga nggak. Pas. Ulang tahun sekarang banyak maknanya. Kalau dari ilmu demografi dan ekonomi, aku memantapkan diri ke dalam kelompok usia puncak karir yang berupaya melakukan consumption smoothing terkait intertemporal decision dalam menjaga kesinambungan daya beli di masa depan. Kalau dari ilmu reproduksi, aku sudah sangat matang dan siap melanjutkan keturunan. Kalau di kawinan, semakin banyak pertanyaan "kapan nikah", "kapan nyusul", "udah ada calon belum", "kok ga dibawa cewenya" dan pertanyaan2 sejenis lainnya. Kalau dari kehidupan sosial, semakin nggak dipandang aneh kalau ngehadirin rapat RT karena biasanya dianggap mewakili orang tuanya hehe. Kalau dari ilmu agama, #gapenting ;p</span><br />
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Kalau mau flashback, banyak momen yang dilewati selama 30 tahun terakhir ini. Suka-duka, teman-musuh, sejahtera-sengsara, lurus-sesat, lengkap campur aduk jadi satu. Tapi yang pasti, semua sudah dalam rancanganNya yang Mahasempurna. Bagaimana nggak. Aku dilahirkan lebih cepat 2 bulan dan aku yakin itu adalah rencanaNya karena mempercayai aku memberikan sesuatu bagi orang2 sekitarku. Bolos kuliah membuatku bertemu dengan teman2ku yang sekarang, irreplacable. Ceritanya bakalan beda banget kalau aku tetap kuliah di teknik sipil, belum tentu aku kerja di kantor yang sekarang dan mendapat apa yang udah kudapat sampai hari ini. Pengalamanku yang sering dicaci teman2 semasa SD membuatku berbeda dalam menyikapi kekurangan dan kelemahan orang lain, meskipun pengalaman itu membuatku punya sifat pendendam juga hehe. Kemiskinan yang sempet kualami pun menempaku untuk mencoba lebih bersyukur terhadap hal apapun yang kudapat. Coba tanya siapa yang bisa ngomel di kantor kalau ada makanan yang nggak dihabiskan, siapa yang sebel kalau ada yang mencela makanan. Akulah orangnya :)</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Pengalaman kerja dengan bos yang (sempat) represif dan menciptakan lingkungan kerja yang stressful membuat aku yang selama ini hanya diam dan menelan mentah2 semprotan mereka tanpa membela diri pun sekarang jadi lebih berani menentang mereka walau harus musuhan sampai 1 bulan lebih, di bulan puasa pula ;p</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Pastinya dalam batas2 yang wajar lah ya. Tapi tindakanku senggaknya bisa mengubah bos menjadi orang yang jauh berbeda dan mampu menghargai orang lain. Isn't that good? Bahkan, hubungan kami sekarang pun jauh lebih baik daripada yang sudah2 :)</span><br />
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Semua momen itu amat berkesan dan tak ada satupun yang kusesali. Karenanya, momen ultahku yang ke-30 ini aku buat sedemikian sehingga akan terus membekas dalam ingatan. Ungkapan rasa syukur pun aku wujudkan pada kerabat, sahabat, dan rekan sejawat. Sebaliknya, mereka mendoakanku yang terbaik dalam hidup.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Mama mengirim untaian doa yang mengundang haru, mengucap rasa bangganya padaku, dan pastinya harapan untuk segera menemukan pendamping hidup (amiin ;)). Kakak dan adik2 pun nggak lupa mendoakanku di hari baik ini. Sahabat meskipun yang hadir cuma beberapa orang, tapi nggak mengurangi makna ungkapan rasa syukurku. Rekan sejawat yang sedemikian banyak pun nggak lupa mendoakanku dalam hidup dan karir.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Terima kasih semuanya. Semoga Alloh mendengar dan mengabulkan doa kalian, dan semoga Alloh melimpahkan kebaikan yang sama untuk kalian. Amiin.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Sebagai penutup, siang tadi bosku mengirimkan seuntai doa yang sangat indah dan sayang kalau nggak diaminkan. Berikut doanya:</span><br />
<br />
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><span style="font-size: x-small;">Doa untuk Putraku<o:p></o:p></span></span></span></b><br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><span style="font-size: x-small;">
<span class="judulartikel"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: IN; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">(Puisi Jenderal Douglas Mac Arthur : Doa Seorang Ayah)</span></b></span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: IN; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif; font-size: x-small;">
<br />
<br />
Tuhanku...<br />
<br />
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui
kelemahannya. <br />
Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.<br />
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.<br />
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.<br />
<br />
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya <br />
dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.<br />
Seorang Putera yang sadar bahwa <br />
mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.<br />
<br />
<br />
Tuhanku...<br />
<br />
Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. <br />
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan
tantangan.<br />
<br />
Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa
belajar<br />
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.<br />
<br />
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, <br />
sanggup memimpin dirinya sendiri, <br />
sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.<br />
<br />
<br />
Berikanlah hamba seorang putra <br />
yang mengerti makna tawa ceria <br />
tanpa melupakan makna tangis duka.<br />
<br />
Putera yang berhasrat <br />
Untuk menggapai masa depan yang cerah<br />
namun tak pernah melupakan masa lampau.<br />
<br />
Dan, setelah semua menjadi miliknya...<br />
Berikan dia cukup Kejenakaan <br />
sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh<br />
namun tetap mampu menikmati hidupnya.<br />
<br />
<br />
Tuhanku...<br />
<br />
Berilah ia kerendahan hati...<br />
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...<br />
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...<br />
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, <br />
hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"</span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Pak bos, aku akan berusaha membuat bapak berani berkata bahwa hidup bapak nggak sia-sia :)</span><br />
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS;">Sekali lagi, makasih buat teman2ku atas doa2nya yang indah, bermakna dan menyemangatiku untuk lebih baik lagi.</span>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-32080048853963997972012-01-22T16:37:00.001+07:002012-05-16T08:00:24.717+07:00Menyanyi, Bagian Penting dari Hidupku<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
Sebenernya, nyanyi udah jadi kesukaanku sejak kecil. Tapi, aku baru mulai suka banget ama nyanyi ya sekarang ini. Kalo suaraku dibilang bagus sih nggak, apa lagi dengan rentang oktaf yang pendek dan terbilang rendah. Itu yang bikin aku susah nyanyiin hampir semua lagu normal yang ada di dunia ini. Alhasil, karaoke cuma jadi ajang ikut2an nyanyi ramean sambil teriak2, bukan spesial nyanyi solo. Kalopun nyanyi, aku tetep nyanyi dengan suara rendah, which is jelek abis kalo didenger. Paling banter ya duet, tapi aku ambil suara duanya. Yap, itu yg kujadiin andalan. Ga semua org bisa ternyata ;)<br />
Singkat cerita, setelah coba sana sini nyanyi di acara keluarga atau kawinan temen, somehow di kantor ada yang ngajakin ikut paduan suara (padus). Mba Lala is my hero #yeay# Hmm.. Kayaknya asik juga nih. Apa lagi, dari kecil emang mimpiku pengen banget jadi anggota padus setelah sering liat mama latian padus. Waktu sekolah di Medan, instead of langsung pulang ke rumah kalo dijemput mama, hampir tiap hari mama latian padus sama istri2 temen kantor papa. Jadi udah ga asing. Aku samber lah tawaran nyanyi itu. Di audisi bentar, ketauan lah kalo rentang vokalku masuk bass. Latian beberapa minggu, tampillah aku secara perdana di upacara peringatan proklamasi kemerdekaan RI yang ke-63. Tampil baik, aku udah cukup puas waktu itu.<br />
Kesibukan mendera, aku jadinya sempet off di padus. But, along time, my work became more cooperative and managable. Simultaneously, mba Lala somehow ngajakin lagi ikut padus buat hut RI ke-66. Akhirnya aku mulai latian, and for the second time aku nyanyi di hut RI lagi. The more I sing, the more I love it. Apa lagi, kita punya piansi handal, mas Achay yang saking hebatnya, jari2nya kalo udah di tuts piano ga ketangkep mata saking cepet n kusutnya hehe..<br />
Dari situ, pentas mulai berdatangan. Oktober 2011 lalu, kami diminta tampil sebagai pengisi acara di peluncuran uang. Bangga? Jelas. Bawa nama institusi, ditonton para pejabat tinggi negara pula. Kapan lagi, ya nggak?<br />
Terakhir, padus dapet undangan untuk ikut lomba vocal group Sangkala Cup dengan memperebutkan piala Gubernur BI. Dari cerita temen2 padus senior, mereka ga pernah ikutan lomba. Selama ini mereka cuma tampil buat acara protokoler kantor atau eksibisi. Berhubung kita2 pada banci tampil dan narsis, kami putusin untuk ikut lomba. Kita juga pengen tau, gimana sih format dan kriteria penilaian lomba vocal group itu. Guru vokal pun didatengin. Selama 2 minggu tanpa putus kita latian meskipun ga pernah lengkap anggotanya. Sekalinya lengkap ya pas latian menjelang lomba, tapi waktunya barengan dengan parade peserta lomba di tempat acara. Akhirnya, kita telat ikut parade hahaha.<br />
Hari perlombaan tiba. Lombanya sendiri diselenggarakan di Bandung. Ini jadi salah satu momen penting buatku dan temen2 padus lainnya. Kita dapet nomer urut 5 dari total 15 peserta se-Jawa Bali. Peserta awal sih biasa2 aja, jadinya kita pede banget kalo kita bisa 3 besar. Tapi makin ke sini kok makin keren ya. Dari sisi suara, kita ga kalah secara kualitas, power, dan harmoninya. Tapi, mereka muda2, jadi mereka buat konsepnya kayak Glee, acara musikal anak muda Amerika itu. Jadi, selain nyanyi, kostumnya heboh a la GSP, koreografi a la teatrikal gitu. Anyway, dengan segala keterbatasan kita, mulai dari pengetahuan kriteria penilaian, pendanaan, kreativitas, latian yang nggak pernah lengkap, dan kostum, kita akhirnya ga dapet juara. Gpp. Tapi akhirnya kita tau gimana lomba vocal groupnya. Karena sekarang udah tau medan, persiapan kita bisa lebih mateng lagi. Kalo aku ngehibur temen2 sih gimanapun hebat dan juaranya mereka, tetep aja cuma kita yang bisa tampil depan pejabat tinggi negara hehe.<br />
Selain lomba, ada satu momen lainnya yang nggak kalah penting, yaitu ngelepas kepergian mas Achay yang harus mutasi ke Batam. Jelas mutasi itu jadi pukulan buat padus karena belum ada pianis handal di kantor yang sejago dia, secerewet dia kalo kita latian pada telat atau yang sesabar dia kalo kita terlalu byk permintaan nurunin kunci lagu. Baru kenal sejak latian buat upacara 17-an yang ke-66, eh ditinggal. Berat dan sedih, apa lagi yang dirasain temen2 padus lain yang udah nyanyi bareng dia sejak beberapa taun lalu. Acara perpisahan di Congo Cafe mendadak haru waktu kita anggota padus satu2 menyampaikan kesan dan memori indah selama ini bersama mas Achay. Banyak cerita riang juga haru keluar dari lubuk hati kita masing2. Mas Achay pun cuma bisa menahan kesedihan. Puncaknya, kita kasih hadiah perpisahan, sepatu Clarks dan beberapa baju Hush Puppies.<br />
Sepulang dari cafe, kita langsung balik hotel. Kebetulan grand piano lagi nganggur karena pianis dan vokalisnya lagi istirahat. Tanpa babibu, mba Lala langsung minta ijin resepsionis untuk pake piano. Seketika itu juga, mas Achay langsung main piano sambil kita paksa, trus kita spontan nyanyiin lagu2 biasa kita, mulai dari Sigulempong, Selayang Pandang, lanjut dengan Dia, Pergi Untuk Kembali, sampai One Moment in Time. Tamu2 hotel terutama bule ada yg ikut nyanyi, ada yang nonton dari kejauhan, ada yang mondar mandir ga jelas. Mungkin mau minta tanda tangan kita tapi malu kali ya hahaha.<br />
Malam itu jadi salah satu malam yang paling berkesan dalam hidupku. Sekarang, aku tau apa yang kusuka, yaitu bernyanyi dalam paduan suara. Inilah yang kucari selama ini. Akhirnya kutemukan juga. Di situ, aku temukan juga teman2 terbaikku. Dear Lord, thanks for everything you gave me. Sangat bersyukur.<br />
Doa kita selalu mengiringi mas Achay juga, semoga sukses di tempat baru dan bisa segera balik ke Jkt pas promosi. Amiin :)</div>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-80328332798618809592011-10-21T09:52:00.003+07:002012-05-16T08:00:15.059+07:00Pos Indonesia yang Timbul TenggelamOrang2 Holland menyebutnya Post Kantoor. Yup, kita mengenalnya sebagai kantor pos. Kantor dengan dominasi warna orange sangat mudah ditemui di kota, bahkan di desa. Kalau lihat film2 jaman dulu, gambaran pak pos itu berseragam, pakai topi, keliling kota atau desa mengantar surat ke rumah2 pakai sepeda atau motor dengan kantong surat besar kecoklatan di samping kanan dan kirinya. Kita atau orang tua barangkali pernah mengalami jaman pengiriman uang melalui wesel pos dengan kartunya yang berwarna kecoklatan. Belum lagi bis surat yang tersebar di berbagai lokasi strategis yang memudahkan kita mengirimkan surat.<br />
<br />
Pada era 1990-an, anak2 kala itu, termasuk saya sebagai putra seorang karyawan pos, memiliki hobi bersahabat pena. Dulu Pos Giro menerbitkan suatu majalah (lupa namanya) yang isinya ada daftar nama anak2 sekolah di berbagai pelosok tanah air dengan alamat, tentu lengkap dengan kode posnya. Berbekal itu, kami bisa saling berkirim surat, bertegur sapa, dan berteman baik dengan mereka. Suatu kali saya pernah bersahabat dengan seseorang (lagi2 lupa namanya hehe) di Ambon. Kami saling bertukar surat, sampai ketika kerusuhan Ambon melanda, saya putus kontak dengannya. Semoga dia selamat dan baik2 saja di sana.<br />
Selain sahabat pena, kala itu hobi filateli benar2 "happening". Setiap Pos Giro menerbitkan perangko baru, papa pasti membelikan untuk kami. Dengan teman2 di sekolah kami sering bertukar perangko. Tahun 1992 bahkan kami sekeluarga sempat pergi ke Banda Aceh untuk menyambangi pameran filateli dan surat raja2 di Nusantara. Terkagum2? Sudah pasti. Tahun 1990-an bisa dibilang menjadi masa kejayaan Pos Giro yang kelak mengubah namanya menjadi Pos Indonesia.<br />
<br />
Di jaman yang lebih modern, muncul mobil pos keliling yang melayani kebutuhan surat menyurat masyarakat. Milenium kedua, layanan pos semakin beragam dan bervariasi. Mulai dari loket pembayaran berbagai billing, pajak, sampai tempat pembukaan rekening suatu bank syariah nasional terkemuka. Kalau flashback begini, hebat juga ya kalau kantor pos bisa sangat sedemikian menyentuh dan mewarnai kehidupan sehari2 kita.<br />
<br />
Itu dulu. Lalu, bagaimana nasib kantor yang berpusat di Bandung ini sekarang? Lama sekali saya tidak mengikuti perkembangannya. Selain dengan citra buruknya yang menjadi sarang korupsi, hembusan cerita "selalu merugi"-nya yang membuat saya enggan turut berkiprah di sana, padahal papa dulu sempat membujuk :)<br />
<br />
Barangkali selalu merugi itu tidak terlepas dari perilaku korupsinya itu. Saya yakin hanya segelintir saja oknum pelakunya, tapi nila setitik rusak susu sebelanga. Papa yang sempat di bagian audit internal, meskipun nggak secara detail, pernah menceritakan seberapa parahnya di sana. Papa yang memang cenderung vokal dan berani (dan menurun ke saya :)) sudah pasti banyak dimusuhi oknum2 tadi. Apa daya, usaha papa membersihkan pos terjegal penyakit stroke yang diderita sejak tahun 1997 sampai sekarang. Itu yang mendorong papa mengajukan pensiun dini.<br />
<br />
Tidak lama setelah papa pensiun, terjadi krisis, semakin terpuruklah Pos. Meskipun sudah berganti nama dan logo merpati supaya tampak lebih dinamis dan modern, tapi pos semakin tenggelam. Saya nggak tau detailnya, tapi kantor pusat 2 di Jalan Riau sekarang sudah berubah menjadi hotel. Kantor pusat 3 di Jalan Banda sebagian menjadi factory outlet yang namanya identik dengan pos, (mungkin anak perusahaannya ya hehe) sebagian lagi disewakan ke perusahaan telekomunikasi. Di perempatan Jalan Trunojoyo seingat saya pernah ada Pusat Teknologi atau semacamnya, tapi sekarang sudah berubah menjadi pusat perbelanjaan. Saya nggak tau apakah itu semacam efisiensi untuk mengurangi biaya maintenance kantor pos yang sedemikian banyaknya, atau karena merugi sehingga harus ditutup untuk membayar biaya operasional dan rutin (baca: gaji). Apapun itu, pos di mata saya semakin tidak gemilang. Apalagi sekarang internet mengambil alih peran surat menyurat konvensional. Semua lebih mudah dengan e-mail, mulai dari ucapan lebaran, kuis, sampai lamaran kerja. Ekspedisi lama, bahkan hilang. Apalagi sekarang bermunculan perusahaan ekspedisi kilat swasta.<br />
<br />
Tapi dalam beberapa tahun terakhir ini, ditambah dengan hasil browsing karena kurangnya info, saya sekarang tahu kalau Pos sedang berbenah untuk menjawab tuntutan jaman. Dari suatu situs pemberitaan, sang Dirut baru Pak Ketut menjabarkan berbagai rencana dan langkah modernisasi dan pengembangan Pos ke depan. Tentu hal itu patut disambut positif sebagai langkah perbaikan citra dan layanan Pos bagi masyarakat. Semua bisa dilakukan dengan usaha keras dan mulai dari hal paling sederhana. Tengok saja, di website pos, kita sekarang sudah bisa mencari kode pos secara online ketimbang versi bukunya yang dulu lebih tebal dari kamus Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia digabung dalam 1 jilid hehehe.. Track kiriman barang atau paket sudah bisa dilacak. Kalau saya bandingkan dengan web US Postal Service, perbedaan mencolok dari website Pos Indonesia adalah terlalu menjual image. Bukannya promosi produk, tapi malah menonjolkan berbagai penghargaan yang diraih. Bagus sih, tapi dengan orang tau penghargaan, terus apa? Beda kalau orang tau ada layanan pos yang sedemikian terintegrasi, terpercaya, produknya yang beragam, dengan tampilan visual yang menarik. Orang pasti akan percaya lagi dan kembali ke pangkuan Pos untuk semua urusan kiriman. Imaging dan branding amat penting, apalagi sekarang Pos sudah menjadi persero. Belum kalau nanti sudah go-public. Layanan terintegrasi pembayaran billing saya anggap sebagai layanan fenomenal Pos karena bisa menjangkau kebutuhan masyarakat yang lebih luas. Selain itu, Pos bisa kembali mengembangkan wasantara-net yang seingat saya sempat menjadi pelopor internet service provider. Apalagi dengan memanfaatkan kantor yang tersebar hingga ke pelosok desa, terbayang potensi yang sedemikian luasnya di depan mata. Bagaimana bisa mengedukasi masyarakat, menyebar internet hingga ke desa tertinggal dan sekolah terpencil.<br />
<br />
Saya bicara panjang lebar tentang Pos bukan untuk menjelek2kan, apalagi dalam agama kan dilarang. Tapi ini merupakan upaya menuangkan apa yang saya pahami, saya alami, dan saya dengar sendiri, atau dari keluarga dan masyarakat mengenai apa yang dialami Pos. Belum tentu sepenuhnya benar, dan belum tentu salah juga. Evaluasi dan pembenahan pasti akan terus dilakukan oleh orang2 pintar di dalam sana. Saya yakin itu. Saya tulis ini karena saya sangat mencintai Pos sebagai lembaga yang secara tidak langsung turut membesarkan saya sehingga bisa menempuh pendidikan melalui keringat papa saya.<br />
<br />
Jayalah selalu Pos..!!Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-16599726762960431912011-10-18T10:10:00.001+07:002011-10-18T19:13:28.042+07:00Two-week journeyTwo weeks ago, there was a gathering event, held by my directorate at Bidadari island. Without any expectations, we went on Friday and got back on Saturday happily. This one night event is expected to be very pleasant and memorable. Sadly, once we step on the island, we were just shocked by the horrific environment. It was sooo dirty, unsuitable for us to swim or dive. To cure our disappointment, we just took our pictures during sunset. At night, we were having a dinner, accompanied by electric organ and a sexy female singer. Colored by fun games and the singer attraction, we ended up the day with joy :)<br />
The day after, we were supposed to have fun games to bond us, but the weather condition made it not possible. Again, we spent our spare times to take some pictures until the check-out time. Well, it was disappointing but we still have to be grateful, don't we?<br />
<br />
After being dreamed of visiting Batam for years, I visited it eventually last week, three days after my visit to Bidadari island. Well, not much to say. It's not as I ever thought it would be look like. What I know about Batam were, let say, cheap gadgets, nice cars from Singapore, or modern city landscape. But what I saw there was far from those images. Gadgets are no longer cheaper than here in Java, cars are old-fashioned and out-of-date, while the city is so not well-planned. That's why I didn't take any pictures while I was there, unless this one. Great Mosque of Batam.<div><br />
<div>I didn't have enough time to explore Batam as I held a seminar there, so I had to prepare many things to make sure the seminar went well. Nonetheless, I was still excited to visit Batam, not just because it's my very first time there, but from the seminar, at least I know more about what policies that my office made. I learn how to communicate with our stakeholders, how to hold a seminar and know things to be prepared before the event, and I know more about my colleagues from Sumatera through this event. My jobs make us not possible to relate or contact with many colleagues in my own office, so the seminar helps me to know them more. I got back home on Friday.<br />
<br />
On Saturday, I went to Bandung with my mom. She came here to cure her illness. The curer is in Cianjur, 2 hours away by car from Bandung. We sleptover at my mom's friend's home. It is located beside Cipanas palace, one of president's palace in Indonesia. It is surrounded by mountain.<br />
On Sunday, we went the curer. I call him curer because he is not a doctor. My mom had an abnormal sick. Kind of supernatural or voodoo in simple way. <br />
Two hours consultation, we drove back home. On our way home, we bought some traditional drink, called cingcau, but it sounds like chinese name. I bet it originated from China. I don't know it in English. It's made from squeezed sort of leaves. Served with traditional sugar, coconut milk, and ice cube. It's a right choice to drink at hot mid-day. It costs only 15000 rupiahs, about 2 dollars for six glasses. Worth to try.<br />
<br />
What a busy two-week :)Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-77964075811190946732011-10-11T19:17:00.000+07:002011-10-11T19:49:49.930+07:00Dengan syukur, karunia berlimpah<span class="Apple-style-span" style="line-height: 24px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: x-small;"><i>“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan membuatkan jalan keluar dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka”</i></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: 16px; line-height: 24px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Bitstream Charter', serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Kutipan ayat di atas benar2 saya rasakan hari ini, setelah sehari sebelumnya saya mencoba membuat daftar hal apa saja yang terlintas di benak saya tentang apa saja yang selayaknya saya syukuri sembari menunggu kereta sampai di stasiun.<br />
Bukan berarti saya sudah termasuk orang yang bertaqwa, tapi Alloh memang menepati janjinya untuk memberikan jalan keluar dari segala permasalahan. Di tengah ujian sepanjang sebulan ke belakang, tanpa diduga saya ditelp tim lain untuk mengikuti salah satu bos mendiseminasikan kebijakan kami ke masyarakat di Batam.<br />
Kaget? Jelas. Pekerjaan itu nggak ada sangkut pautnya dengan saya, tapi tugas saya lebih ke pengurusan administrasi dan liaison. Apapun alasannya, anugerah itu datang di saat tepat tanpa saya pernah sangka.<br />
Terbantu? Jelas. Senggaknya bisa bernafas agak lega sampai gajian berikutnya hehe.<br />
Bersyukur? Makin. Benar adanya, kalau kita bersyukur, Alloh akan menambah nikmatNya, kalau ingkar, Alloh hanya mengingatkan bahwa azabNya teramat pedih. Syukur atau ingkar? Pilihlah ^_^Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-85998592356888433452011-10-10T17:53:00.001+07:002011-10-11T19:50:25.623+07:00Sudahkah kita bersyukur hari ini?Hari menjelang sore, jadwal kereta telat, di kereta berhimpitan, AC nggak dingin, dsb dsb dsb. Kalau mau dihitung, cukup banyak hal yang bikin kita rasanya menggerutu sepanjang sore ini. Tapi, tau nggak sih kalau kita sedikiiitt saja bermuhasabah (introspeksi), kayaknya itu nggak ada apa2nya dibandingkan dengan nikmat yang sudah kita rasakan sampai detik ini, mulai dari hal yang sepele sampai yang terrumit sekalipun.<br />
<br />
Iseng2 nunggu 2 stasiun lagi, bikin list yuk semampunya, apa yang kita syukuri sampai sekarang. Kalau saya:<br />
1. Iman dan islam, karenanya saya mengenal Sang Penggenggam Alam Raya, Alloh Ta'ala<br />
2. Orang tua yang selalu support di bidang pendidikan yang karenanya saya bisa sampai seperti sekarang<br />
3. Bisa tinggal di rumah, padahal sepanjang rel orang tinggal di gubuk<br />
4. Masih bisa makan enak, padahal banyak yang kelaparan<br />
5. Bisa beraktivitas dan beribadah dengan tenang, sementara di luar sana orang masih dicekam rasa takut<br />
6. Masih bisa bayar kereta, padahal ada orang yang dengan susah payah naik ke atap kereta karena mungkin nggak mampu bayar<br />
7. Senantiasa dikaruniai keselamatan dalam perjalanan<br />
8. Sehat selalu dan diberi kekuatan fisik yang memadai<br />
9. Dikelilingi orang baik, sholeh, dan jujur<br />
10. Bekerja di lingkungan yang baik, sementara orang harus berpeluh2 aau sampai dini hari mengais rezeki, bahkan masih ada yang mengemis<br />
11. Mengenal dunia dari berbagai sisi<br />
<br />
Apa yang saya buat bukan maksud riya atau ujub, tapi lebih ke muhasabah supaya saya selalu optimis dan bersikap positif daripada cuma menggerutu. Syukur atas anugerah Yang Maha Kuasa.<br />
<br />
Mari mulai bersyukur :)Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-89565731339623419162011-10-02T19:24:00.001+07:002011-12-22T06:46:41.862+07:00Harga Sebuah KeikhlasanDalam menjalani keseharian kita, pasti nggak pernah lepas dari keadaan lapang dan sempit. Lapang jelas menggambarkan keadaan yang serba memungkinkan. Mau beli apapun dan ke manapun yang kita mau, rasanya tinggal menjentikkan jari atau mengedipkan mata, seketika keinginan kita tercapai. Sebaliknya, sempit membuat kita serba payah. Ibarat naik tangga, biasanya tinggal naik eskalator, sekarang mesti naik sendiri, sambil gendong anak, dorong troli, dan diomelin satpam *agak lebay tapi kebayang kan emosinya? ;)*<br />
<br />
Lapang dan sempit menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup. Di kala lapang, idealnya kita mesti senantiasa bersyukur dan membantu banyak orang. Sebaliknya, di kala sempit, kita selayaknya bisa menerima dengan ikhlas, nggak menggerutu atau ngedumel, tetap ikhtiar untuk mengatasi kesulitan, dan sisanya pasrahkan pada Sang Penguasa Jagad Raya.<br />
Dalam Islam, Alloh telah memberikan harapan bagi yang menghadapi kesulitan dengan dua kemudahan, seperti termaktub dalam Q.S. Al-Insyiroh 5-6. "Sesungguhnya sesudah kesulitan terdapat kemudahan".<br />
Seringkali harapan itu terlupakan, sama seperti yang sedang saya alami *mulai curcol, emosi menguasai hati*<br />
Padahal, dengan kesulitan, harusnya kita jadi jauh lebih kuat karena sudah ditempa. Ibarat kelapa, sudah jatuh dari ketinggian, sabut kelapa dirobek2, dibelah pakai parang, daging kelapa diparut, diperas2 sampai gepeng. Hasilnya, sari kelapa putih bersih bernama santan yang bikin rendang jadi seenak yang kita kenal dan biasa kita makan selama ini.<br />
Sadis? Kelihatannya sih begitu. Tapi hasil akhir yang dicapai justru menjadi manfaat bagi banyak orang. Itu cara Ilahi menempa kita untuk menjadi yang Dia inginkan, yaitu calon penghuni surga dengan balutan keikhlasan di hati.<br />
<br />
Gambaran betapa besar arti sebuah keikhlasan pernah saya baca di suatu artikel. Selama ini, kita selalu beranggapan bahwa memberi lebih baik sedikit, yang penting ikhlas. Sepintas masuk akal, tapi mindset ini harus kita ubah. Kenapa? Karena yang ada kita malah justru nggak sedekah2 juga karena nggak ikhlas2. Bagusnya malahan kita sedekah banyak meskipun nggak ikhlas. Bayangkan, biarpun kita nggak dapat pahala karena nggak ikhlas, tapi senggaknya uang itu menjadi jalan kebaikan dan mengangkat kesulitan orang lain. Bahkan doa bisa mengalir dari mereka untuk kita. Kalau sudah membiasakan diri, lama2 apa yang kita sedekahkan itu nggak memberatkan dan akan berbuah keikhlasan. Kemauan untuk membantu orang lain nggak semata dari materi, tapi bisa dari hal paling sederhana. Bisa dengan senyuman, jadi sukarelawan, atau kegiatan sosial lainnya, entah itu buat keluarga, rekan, relasi, atau orang yang nggak dikenal sekalipun. Terbiasa senyum, lama2 suka senyum (asal jangan sendirian ;p). Daripada nggak sama sekali kan?<br />
<br />
Yuk kita belajar ikhlas!! ^.^Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-59180736455661249522011-09-27T16:16:00.002+07:002011-10-11T19:51:16.944+07:00Selamat Ulang Tahun, AzkaMuhammad Azka Alfarezi Ismawanto, selamat ulang tahun yang pertama ya. Semoga langkahmu senantiasa diberkahi Alloh, semakin disayang oleh kedua orang tua, semoga jadi putra yang sholih dan dibanggakan ya. Amin.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBK8AEE-9kie2d90Nc2KXNF5iaGsXuYCWbuACJmz4fl_e2BlMj1xiW6GKBgAl_jzJkkarhqsB7LegoRwcqv3OdsisADdh3IdX291LT1ZiTHmEMVYKBO91fRlY8x2EJylifpsI0Md2TXeHv/s1600/IMG00334-20110507-1345.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBK8AEE-9kie2d90Nc2KXNF5iaGsXuYCWbuACJmz4fl_e2BlMj1xiW6GKBgAl_jzJkkarhqsB7LegoRwcqv3OdsisADdh3IdX291LT1ZiTHmEMVYKBO91fRlY8x2EJylifpsI0Md2TXeHv/s320/IMG00334-20110507-1345.jpg" width="320" /></a></div>Azka -diambil dari bahasa Arab yang berarti alim atau berbakat- merupakan anak pertama dari adik. Anaknya sangat periang, rasa penasarannya tinggi, nggak rewel, nggak penakut. Yang jelas, dia bakal jadi anak yang cerdas. Azka yang periang dan lucu ini selalu menghibur di kesehariannya. Kalau kerjaan kantor banyak, bikin jenuh dan capek, tapi kalau udah sampai rumah lihat dia rasanya capek hilang. Ya, walaupun kalau main sama dia juga tetep capek, soalnya udah bisa jalan, bisa keluyuran ke mana2. Ngeri kalau tiba2 deketin kompor atau barang pecah belah.<br />
<br />
Dengan Azka yang semakin besar, om Oki berharap dalam jangka pendek sih semoga segera tumbuh rambut dan gigi hehe. Dalam jangka panjang, semoga jadi anak yang nurut sama ayah bundanya, sekolah yang pinter, nggak lupa sama om kalau udah ikut ayah pindah tugas, rajin sholat. Selamat sekali lagi, many happy returns ya Azka. Peluk dan cium dari om yang ca'em ini ;p<br />
<br />
<br />
Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-13752433478790260712011-09-26T21:33:00.001+07:002012-05-16T08:03:37.762+07:00Rahmat Alloh, bagaimana meraihnya?"wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)"<br />
<br />
Doa di atas dikutip dari Q.S. Al-Kahfi ayat 10. Doa ini dipanjatkan oleh para penghuni gua ketika menghindar dari kezaliman penguasa mereka ketika itu. Saya bukan mau menceritakan ulang kisah mereka, tapi mau mengulas sedikit makna dan hikmah dari ayat di atas.<br />
<br />
Mereka memohon kepada Alloh untuk diberikan rahmat. Mengapa rahmat dulu baru minta petunjuk? Karena tanpa rahmat, mustahil petunjuk didapat. Nabi Adam a.s. ketika memohon ampun atas kekhilafannya memakan buah khuldi yang dilarang oleh Alloh sehingga terusir dari surga pun memohon rahmat terlebih dahulu. Lalu bagaimana ciri orang yang mendapat rahmat? Atau, bagaimana cara mendapatkannya?<br />
<br />
Sebagaimana yang termaktub dalam Q.S. Ali 'Imron ayat 159, ciri dari orang yang mendapat rahmat adalah orang yang berlaku lemah lembut, senang memberi maaf dan memohonkan ampun, tenang, tidak cepat tersinggung, dan welas asih terhadap sesama. Sikap ini tidak serta merta diperoleh melainkan melalui rahmat-Nya. Tidak sulit mencari sosok yang diliputi rahmat dalam hidupnya. Ya, beliau baginda Muhammad saw yang dalam kesehariannya menampakkan ciri orang yang penuh rahmat. Sahabat2 nabi pun tetap rendah hati meski harta berlimpah. Sikap inilah yang patut kita contoh.<br />
Banyak cara untuk mendapat rahmat-Nya, salah satunya dengan tidak bersikap ujub. Ujub secara mudahnya diartikan sebagai merasa. Orang yang merasa pintar karena ilmunya, merasa sholeh karena ibadahnya, merasa terhormat karena jabatan dan hartanya dapat menjadi hijab bagi diri kita dalam mendapatkan rahmat Alloh swt. Muslim layaknya menjauhi sikap ujub sedapat mungkin. Jika ujub bisa disingkirkan dari hati, niscaya rahmat Alloh menghampiri, petunjuk pun mengiringi langkah kita.<br />
<br />
Sta. Tanah Abang, 21.50 sambil nunggu kereta jam 23.15.<br />
<br />
*disarikan dari ceramah Aa Gym tgl 26 Sept 2011 di masjid Baitul Ihsan berdasarkan interpretasi sendiri tanpa mengurangi makna yang disampaikan :)Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-51448534763106144142011-09-18T09:58:00.000+07:002012-05-16T08:02:34.913+07:00Kenapa sih Ada Inflasi?<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><em>“Enakan jaman pak Harto, semua serba murah. nyari sandang pangan mudah RT @RCTFM: #Topix Rindu jaman orde baru (soeharto) atau lebih suka jaman sekarang (reformasi)?? share yuk #SundayWorkOut”</em></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Melalui jejaring sosial, saya menemukan <em>tweet </em>di atas yang sederhana namun bermakna, yakni bagaimana kita selalu dihadapkan pada kenaikan harga barang. Kenaikan harga barang yang sering diistilahkan dengan inflasi ini pantas menjadikan masyarakat cemas, apalagi jika inflasi tinggi. Bagaimana tidak, inflasi dengan mudahnya menggerus daya beli masyarakat. Imam Semar dalam blog-nya mencoba memberikan ilustrasi secara sederhana. Gaji pembantu selama satu bulan di jaman kolonial Belanda sebesar 75 sen per bulan mampu membeli 150 bungkus nasi rames. Kalau dihitung dengan harga jaman sekarang, gaji pembantu 800.000 rupiah hanya bisa membeli 80 bungkus nasi rames. Bisa dibayangkan betapa merugikannya dampak inflasi terhadap kemampuan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karenanya, penting bagi pemangku kebijakan seperti pemerintah dan bank sentral, serta kita sebagai masyarakat untuk berperan aktif dalam mengendalikan inflasi langsung dari akar permasalahannya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Fenomena kekakuan sisi penawaran yang masih terdengar awam bagi sebagian besar dari kita ditengarai sebagai penyebab tingginya inflasi. Kekakuan sisi penawaran disebabkan oleh adanya persoalan di sisi struktural perekonomian sehingga belum mampu merespons sisi permintaan di masyarakat. Bahasa mudahnya, setiap kita mau membeli barang namun sulit diperoleh, otomatis harga akan naik karena penjual mencoba mengambil untung lebih besar. Logikanya, meskipun mahal, barang itu masih akan tetap dicari. Akibatnya, perekonomian akan mengalami inflasi yang tinggi.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Untuk mencari tahu apa akar permasalahan kekakuan sisi penawaran tersebut, Hausmann dkk pada tahun 2004 menawarkan metode praktis, yakni metode <em>Growth Diagnostics</em>. Melalui metode tersebut, kita dengan mudah dapat mengetahui bahwa sebenarnya sumber utama persoalan struktural yang kita hadapi terkait erat dengan (i) kurang efisiennya layanan birokrasi, (ii) masih tingginya persoalan dalam tatakelola publik, serta (iii) kurang memadainya ketersediaan infrastruktur, baik keras maupun lunak. Layanan birokrasi yang tidak efisien dan tatakelola publik yang bermasalah menyebabkan tingginya biaya yang dikeluarkan oleh para pelaku usaha. Padahal peran pelaku usaha sangat penting dalam memenuhi permintaan masyarakat. Sementara itu, infrastruktur yang belum memadai mengakibatkan para pengusaha enggan membuka usaha karena membayangkan biaya lebih yang harus mereka keluarkan.Biaya tersebut timbul antara lain ketika mengurus perizinan untuk membuka usaha, pungutan liar ketika mendistribusikan barang ke daerah, sampai infrastruktur keras seperti jalanan rusak yang membuat biaya bahan bakar membengkak. Sementara itu, infrastruktur lunak yang menggambarkan kualitas manusia juga sama pentingnya. Pelaku usaha akan berpikir dua kali sebelum membuka usaha kalau para pekerja sulit memahami proses atau mengoperasikan mesin produksi.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Dalam lima tahun terakhir, berbagai kendala utama perekonomian di atas tampaknya sudah mulai membaik, khususnya dari aspek layanan birokrasi dan tatakelola publik. Perbaikan tersebut, ditambah dengan prestasi kinerja ekonomi makro kita, berdampak positif terhadap perkembangan investasi dan pada gilirannya perbaikan pada tingkat kekakuan sisi penawaran. Kemampuan sisi penawaran dalam merespons permintaan di masyarakat dalam lima tahun terakhir sudah semakin membaik meskipun belum seperti sebelum krisis 1997/98. Namun demikian, ketersediaan infrastruktur keras dan lunak belum mendukung iklim usaha di Indonesia. Oleh karena itu, langkah-langkah kerja sama antara pemerintah dengan bank sentral perlu tetap dibina dan diperluas untuk mengurangi berbagai kelemahan di sisi struktural. Dengan begitu, diharapkan investasi yang meningkat akan mampu memenuhi permintaan masyarakat dan dapat berlangsung secara berkesinambungan. Pada akhirnya, harga barang-barang di masyarakat akan dapat terkendali, didukung oleh sistem distribusi yang lebih lancar. Kelak, ungkapan “enakan jaman pak Harto” di atas hanya tinggal cerita belaka karena kita mampu menunjukkan bahwa kita lebih baik.</span><br />
<br />
<span style="color: red; font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"><em>*Tulisan ini dibuat sebagai bagian dari pelatihan penulisan artikel ilmiah populer di Bandung, 15-17 September 2011. Terima kasih pada Kabamedia sebagai penyelenggara atas pencerahan dan pengarahannya selama pelatihan sehingga saya semakin bersemangat untuk menulis ilmiah namun berbahasa populer. It was just great ^^</em></span>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-8793807927673278532011-09-03T06:22:00.000+07:002011-09-03T06:22:36.383+07:00Selamat Hari Raya Idul FitriMasih dalam suasana lebaran, saya dan keluarga mau mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. Semoga ibadah Ramadhan teman2 muslim diterima oleh Allah swt dan kita mampu mencapai derajat taqwa serta kembali fitrah. Amin.<br />
<div>
Ramadhan yang lalu bukan saja "memaksa" kita untuk berbuat baik di bulan suci saja, tapi juga menjadikannya kebiasaan yang terus melekat. Orang yang temperamental dan suka marah2 dipaksa untuk bersabar, senggaknya sampai maghrib. Yang suka ngomongin orang, mendadak jadi orang pendiam dan alergi kalau ada orang saling mencela saudaranya karena khawatir pahala puasa berkurang. Yang biasanya lupa atau nggak sempat bersedekah, di bulan Ramadhan mendadak kita berlomba2 kasih makan orang untuk buka puasa. Yang biasa makan menggila dan tanpa aturan, tiba2 cuma makan seadanya karena perut gampang terasa kenyang. Ya, ibadah Ramadhan sangat identik dengan perbaikan, pembersihan, dan pengendalian diri. Bukan hanya untuk diri pribadi, tapi juga sosial kemasyarakatan. Kita diajarkan untuk lebih peduli dan lebih tergerak untuk benar2 membantu meskipun dalam taraf kecil dan sederhana, ketimbang hanya protes dan mengkritik para pemangku kebijakan tanpa berbuat apa2.</div>
<div>
Ramadhan memang terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Detik demi detik berlalu sudah sepantasnya dihabiskan untuk mendulang pahala sebanyak yang kita bisa. Ramadhan memang sudah berlalu. Harapan diterimanya ibadah tentu muncul di setiap benak muslim yang mengisinya dengan suka cita. I miss Ramadhan already. Semoga Allah swt mempertemukanku dengan Ramadhan tahun depan. Amin.</div>
Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-29669841193967887382011-08-18T08:08:00.000+07:002011-08-18T08:08:33.302+07:00Kekayaan IndonesiaAkhir pekan kemarin saya sempatkan ke PRJ. Niat saya ke sana sebetulnya cuma sekadar berkunjung, berhubung HUT Jakarta, kan cuma setahun sekali. Kebetulan juga, sepupu saya dari Papua lagi berkunjung ke Jakarta. Nggak ada salahnya saya ajak dia jalan2 ke sana bareng adik2 juga. Yah, niat tinggal niat. Ternyata di sana ada obral karpet. Saya nggak tau harganya memang sebetulnya wajar segitu atau nggak. Tapi yang jelas bagi saya itu murah. Jadi, saya borong empat karpet dengan ukuran dan jenis yang beda2. Intinya, saya puas :D<br />
<br />
Dari sana, saya dan sepupu saya pindah ke hall lain. Di satu hall, satu ruangan khusus stand berbagai pemerintah daerah di Indonesia, mulai dari Aceh sampai antah berantah. Saya yang sudah terlanjur teramat sangat mencintai Indonesia sudah pasti kalap borong sana sini. Mulai dari coba kopi Luwak yang hanya 10 ribu per cangkir di stand Bali, beli rendang kering di stand Padang, sampai beli rencong dan dompet di stand Aceh. Memang ya, Indonesia itu memang kaya. Nggak heran kalau banyak orang terpesona olehnya. Itulah sebabnya saya mencanangkan resolusi tengah tahun lalu untuk keliling Indonesia, pastinya dengan biaya murah. Salah satu cara, saya cari teman baru di facebook dengan mengutarakan niat saya ke sana. Surprisingly, mereka merespons dengan baik dan dengan tangan terbuka menerima kedatangan saya. Bromo dan Bengkulu tujuan awal. Berikutnya? :)Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-66305418202271364262011-05-05T13:04:00.000+07:002011-05-05T13:04:30.818+07:00Make something from nothingKalau ada yang pernah menonton acara Dragon's Den di BBC Knowledge lewat TV kabel berbayar dan memang menyenangi hal2 berbau bisnis, pasti nggak akan pernah mau melewatkan acara itu. Dragon's Den menampilkan 5 naga (dragon) yang menjadi bagian dari segelintir orang di seantero Inggris yang cukup (atau sangat) beruntung dapat memiliki kerajaan bisnis yang besar dan diperhitungkan. Dalam satu episode, ada beberapa pengusaha muda, amatir, atau berskala kecil yang mencoba melebarkan sayap atau melakukan ekspansi bisnisnya lebih luas melalui presentasi di depan para naga di sarangnya (den). Harapannya, jika para naga terkesan, mereka bisa mendapat tambahan modal dari para naga dengan konsekuensi sebagian dari saham mereka akan dikuasai oleh para naga yang setuju untuk menjadi partner bisnisnya. Tentunya dengan pengalaman para naga di dunia bisnis akan menjadi nilai tambah tersendiri bagi mereka.<br />
Satu dari 5 naga adalah Deborah Meaden yang menjadi naga wanita satu2nya. Sosok wanita ini bisa dibilang brilian, ulet, cekatan, berani, dan tegas. Diilhami dari bisnis keluarganya di taman hiburan, dia memulai sendiri bisnisnya sejak dari penjaga permainan Bingo, menjadi pemilik permainan Bingo, sampai menjadi pemilik taman bermain yang sudah dimiliki oleh keluarganya sendiri. Nggak berhenti di situ, dia mulai merambah ke taman bermain lainnya. Di Den, dia mulai merambah ke sektor lain, mulai dari fashion, sampai eco-green. Dengan ketegasannya, di Den dia sering dianggap sebagai wanita yang jahat dengan komentar2nya yang pedas. Tapi dengan modal itulah, dia bisa melihat peluang bisnis calon2 pebisnis ulung, mengorek kelemahan dan kebohongan presenter yang dikemas dengan apik. Satu ucapannya yang terekam saat wawancara dia: "I make something from nothing". Perlu dijadikan motto pribadi nih, biar tetap semangat biarpun banyak rintangan, entah dari luar atau dari diri sendiri. Mari terus berusaha dan maju..!!!Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-82949067031487442502011-04-25T18:32:00.001+07:002011-05-05T12:14:45.605+07:00Bukittinggi nan elokElok nian Bukittinggi itu. Sejak awal menginjakkan kaki di sana sampai pulang, kesannya betul2 melekat. Libur panjang akhir minggu lalu saya dan sebagian kecil teman kuliah saya, Adisty, Ulong, Sofyan, dan Latif, berlibur bersama. Kalau dipikir2, ini jadi ajang reuni kami juga setelah hampir 10 tahun saling mengenal. Tak terasa, usia semakin bertambah, waktu terus berlalu, dan kami masih seperti dulu.<br />
<br />
Jumat pagi (22/4) kami berangkat terlambat 2 jam. Alasannya kenapa saya nggak mau bilang, karena nanti saya jadi seperti Prita. Komplain yang konstruktif supaya hal yang sama nggak terulang pada orang lain, eh malah jadi bumerang. Sudahlah. Intinya kami sampai di Padang hampir 2 jam kemudian. Kesan pertama, tampak sepi ya Padang itu. Ternyata bandara internasional Minangkabau itu di luar kota. Entah bagaimana nasib bandara lamanya. Di bandara kami dijemput om Syofyan, terhitung masih kakeknya Adisty. Beliau punya usaha rental mobil dan kafe di Bukittinggi. Bisa jadi pilihan buat teman2 kalau mau ke sana.<br />
Dari bandara kami diajak ke Pantai Padang. Sederet restoran seafood menggoda kami untuk mampir. Makan sebentar, sholat Jumat, kami langsung ke arah Bukittinggi. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa menakjubkan. Tipikal landscape-nya memang berbeda dengan yang selama ini saya lihat. Mulai dari Lembah Anai, tempat air terjun di pinggir jalan raya, belum lagi ngarai2 yang sedemikian luas dan tinggi. Di sepanjang perjalanan, kami juga mampir di beberapa tempat kuliner khas sana, seperti Pinyaram, semacam kue ketan yang memiliki rasa seperti cucur, juga Sate Mak Syukur, sate padang di Padang Panjang yang bumbunya belum pernah saya rasa sebelumnya.<br />
Setibanya di Bukittinggi, kami ke Mess Anggraini dengan tarif hanya 100 ribu/malam untuk umum. Berbenah sebentar, kami langsung jalan lagi untuk makan malam di Turret Cafe milik Om Syofyan. Selesai makan, kami mengantar Adisty untuk bersilaturahmi dengan keluarga besarnya yang belum pernah dia kenal dan temui sebelumnya. Unik ^^<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuiofCtLmLvEh7db54GgWVpnCx5b2uOIVcSguFr8zAVApwu_gdX_UCawRd0QIAhRBM3pj_Oaz_6bwGCRnFyC9Xp53MCdGuzcUt6lOS3T5wTZQXG6KTNq4xA-mQP_bTDeENXnpAS8jfx0aY/s1600/IMG_0418.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuiofCtLmLvEh7db54GgWVpnCx5b2uOIVcSguFr8zAVApwu_gdX_UCawRd0QIAhRBM3pj_Oaz_6bwGCRnFyC9Xp53MCdGuzcUt6lOS3T5wTZQXG6KTNq4xA-mQP_bTDeENXnpAS8jfx0aY/s320/IMG_0418.jpg" width="320" /></a>Besoknya, Sabtu pagi (23/4) kami langsung meluncur ke Ngarai Sianok. Pemandangan luar biasa indah. Dari situ kami ke Lobang Jepang yang masih satu kompleks, sarapan di Pical Ayang, lanjut ke Danau Maninjau. Karena keterbatasan waktu, kami nggak sampai di danaunya. Kami cuma berhenti di suatu jalan, entah kelok ke berapa (ke Maninjau perlu 44 kelok jalan). Dari sana, lagi2 mata kami dihiasi dengan indahnya lukisan Sang Maha Pencipta. Danau yang tertutup kabut dan dikelilingi ngarai tinggi membuat Maninjau makin elok. Puas berfoto2, kami langsung ke Batusangkar untuk lihat istana Pagaruyung. Berhubung habis terbakar, istana masih tertutup untuk umum, tapi kami tetap menyempatkan diri untuk berfoto. Arsitektur yang khas Minang dengan ukiran dinding kayu yang cantik dan berwarna-warni, juga ukuran yang tidak kecil semakin membuat saya terpana. Hebat juga orang Minang mengembangkan budaya mereka sampai sedemikian.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQDUWIbvlcTlNx99bcz8Th7yzOJKUKXkaitVr0dCBQUJNhr5CuX7hnvzltapIlHVMlBFu4tP7UtyNR9uFMWtU_5ANyZ2MDg2-pNVAWbY6yvH4jSdSZgQgFueD5jBm5_1hco_PATabY6hYY/s1600/IMG_0437.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQDUWIbvlcTlNx99bcz8Th7yzOJKUKXkaitVr0dCBQUJNhr5CuX7hnvzltapIlHVMlBFu4tP7UtyNR9uFMWtU_5ANyZ2MDg2-pNVAWbY6yvH4jSdSZgQgFueD5jBm5_1hco_PATabY6hYY/s320/IMG_0437.jpg" width="320" /></a></div>Dari sana, kami langsung balik ke Bukittinggi supaya masih sempat belanja di Pasar Ateh. Di tengah jalan sempat mampir di warung Cancang Kambing H. Marah di dekat perbatasan kota Bukittinggi. Lagi2 makanan yang belum pernah saya coba. Sesampainya kami di pasar, kami langsung belanja songket untuk ibu masing2 dan sekadar buah tangan. Foto2 di jam gadang sepuasnya, jajan cendol durian, dan air tawar yang sebetulnya cincau ditambahkan sejenis jeruk sebagai obat masyarakat Minang jaman dulu sebelum dikenal obat2an medis kedokteran seperti sekarang ini. Itu pengakuan uda penjualnya. Puas belanja dan foto2, kami makan malam di by pass, dijamu oleh keluarganya Adisty. Senang, tapi malu juga karena merepotkan keluarga mereka hehe..<br />
<br />
Minggu pagi (24/4) saya joging keliling kota selepas shubuh. Udara dingin dan segar, pemandangan alami, diiringi obrolan warga setempat dengan bahasa Minangnya yang unik bikin saya makin menyenangi kota ini. Sepulang joging, saya dan teman2 keliling Bukittinggi lagi, mulai ke benteng Fort de Kock, kebun binatang, sampai museum. Jam 9 pagi langsung ke Padang karena harus kejar pesawat jam 1 siang dan menghindari macet. Di tengah jalan kami beli Bika, kue khas sana yang mirip dengan Wingko Babat Semarang. Menjelang bandara kami makan siang di restoran Lamun Ombak.<br />
Tepat jam 12 kami tiba di bandara, usai sudah petualangan kami di sana. Terkesan buru2 karena waktu yang mepet, tapi nggak mengurangi kesan yang kami dapat. Seperti iklan, kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Yang berencana liburan, nggak ada salahnya memasukkan Bukittinggi ke daftar incaran. Nggak akan menyesal ^^Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-81096657994578890132011-04-18T14:55:00.001+07:002011-05-05T12:14:25.901+07:00Perjalanan ke Hong KongAlhamdulillah, untuk kesekian kalinya, saya mendapat amanah lagi untuk menimba ilmu ke negeri seberang. Kali ini, giliran negeri Cina yang saya sambangi, tepatnya ke Hong Kong. Awalnya saya nggak suka dengan Hong Kong, berhubung "rasa2nya" bakal susah cari makanan halal di sana. Belum lagi, Caucasian-minded yang bikin saya rasanya selalu pengen ke negeri2 bule.<br />
<br />
Tapi, pengalaman selama seminggu tinggal di sana membuat pikiran saya berubah total. Kota yang tertib biarpun terdiri dari blok2 kecil yang sempit karena diapit gedung2 tinggi. Betul2 bukan tipikal kebanyakan kota di Asia yang semrawut. Mungkin ada bagusnya juga negeri ini sempat dikuasai Inggris, jadi nilai2 sosial positif bisa berkembang, membudaya dan melekat dalam keseharian mereka. Selain itu, kota ini memiliki banyak ragam transportasi publik, mulai dari tram sampai subway (di sana disebut MTR) dengan fasilitas yang memadai, modern, dan murah. Itu yang membuat masyarakat sana lebih memilih naik transportasi publik ketimbang bawa mobil pribadi yang tentunya bisa dihitung dengan jari. Menuju masing2 moda angkutan itu pastinya perlu jalan kaki. Itu yang membuat mereka tampak bugar, nggak gampang capek dan nggak ngos2an waktu jalan jauh. Another positive thing about people of Hong Kong. Kita perlu berkaca pada mereka.<br />
Uniknya lagi, pakaian mereka modis2, beda banget dengan orang2 kita kebanyakan. Hampir nggak ada yang tampak culun dan dandan seadanya. Rambut tertata rapi, pakaian yang dipadankan dengan sepatu yang mengkilap, belum tasnya yang trendi. Bikin sirik deh :)<br />
<br />
Selama seminggu di sana, saya tinggal di wisma KJRI, kawasan Causeway Bay. Enaknya tinggal di sana, selain murah (HKD250/malam), banyak warung yang menyediakan masakan Indonesia, dan pastinya halal. Harga makanan rata2 berkisar HKD40. Kurs waktu itu sekitar Rp1100-an/HKD. Hitung aja jadinya berapa. 4 hari kursus yang saya ikuti terletak di 2ifc, hanya 3 stasiun jaraknya dari penginapan. Gedung dengan 70-an lantai, menjulang dengan angkuhnya, pertanda pusat ekonomi Hong Kong berada.<br />
<br />
Setiap selesai kursus, saya dan teman2 kursus dari tempat kerja saya selalu menyempatkan diri jalan2. Mulai dari Causeway Bay dengan toko2nya yang bertebaran, menggoda setiap mata yang lapar dengan barang2nya yang branded dan murah. Harga gadget bisa sampai 2 juta selisihnya dengan di sini. Beli elektronik, sesuai saran panitia kursus, mendingan ke Broadway atau Fortress. Terjamin keasliannya. Untuk harga perabotan rumah murah, satu baju dengan harga yang sama di sini, di HK bisa dapet dua potong. Menggoda iman :)<br />
Kami sempat juga ke Mong Kok dan Tsim Sha Tsui, keduanya di kawasan Kowloon. Kurang lebih mirip Causeway Bay, tapi lebih semrawut. Kalau mau cari suvenir, di sana enak karena banyak pilihan dan murah. Kalau secara kualitas, ya mesti pinter2 milih juga sih. Oia, waktu ke Ladies' Market, sempet kejam lho. Barang bisa ditawar sampai sepertiganya. Tapi ya dengan bonus muka jutek a la mereka sih hehe..<br />
Wisata lainnya, kami sempat ke The Peak, puncak bukit yang ada di HK, dicapai dengan menggunakan tram. Harga HKD50 p.p. kalau pakai Octopus. Octopus itu kartu untuk naik segala macam moda transportasi umum di sana, bisa dibeli dengan harga HKD150 (100 untuk ongkos dan 50 deposit). Kalau udah mau pulang, kartu ini bisa direfund lho, semuanya. Back to topic, sayang karena nggak satupun dari kami yang bawa kamera, seadanya lah foto2 pakai kamera hp, dan itupun kehabisan batere di tengah2 foto. Mau foto di atas bisa sih, tapi mahal. Ukuran 6R yang paling kecil aja udah HKD100. Kalau patungan, bingung nanti fotonya buat siapa, berhubung cuma dapet satu.<br />
<br />
Khusus weekend, hari Sabtu (16/4) kami ke Ngong Ping, tempat patung raksasa Buddha berada. Kita di Central transit untuk ambil Thung Cung Line. Dari stasiun, kami naik cable car hanya dengan HKD80 (single trip) karena pulangnya kami berencana naik bis, cukup dengan HKD17. Itu supaya banyak pemandangan yang bisa diliat :) Kalau mau round trip, cukup bayar HKD115 saja.<br />
Setiba di Thung Cung, kami mampir ke Citygate Outlet, mall dengan barang2 diskonan 30-70%, all-year round ^^ Kalap juga sih, borong jam tangan asli di sana ;p Puas belanja dan makan siang, kami langsung ke Disneyland. Bukan untuk main. Selain nggak tertarik, emang udah bukan umurnya lagi. Jadi kami cuma cari suvenir di Disneyland Hotel. Sepulang dari sana, saya pun belum puas. Saya kembali menjelajahi toko2 pakaian di Causeway Bay. Berkantong2 akhirnya yang masuk koper. Betul2 surga dunia, murah dan terjangkau, tanpa pajak, branded. Kapan2 kayaknya perlu ke sana lagi khusus buat belanja ^^Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-269443740819883412.post-43929161864729774862011-03-04T16:39:00.001+07:002011-05-05T12:13:56.383+07:00Who Do You Think You Are?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHZcQpYOJo2gnERhK-Xrj301scP7eGnAZWWruoynufgYOzfJr_T3PR5_Dz9qMyVBvUzVHLuTh4rl1PeXS8i5a_JXOjqh4iVdc505-aMiVuulBWYGyf1bA0Nw3G8eZEdQHma84SYWBMxdeq/s1600/Who+do+you+think+you+are+logo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHZcQpYOJo2gnERhK-Xrj301scP7eGnAZWWruoynufgYOzfJr_T3PR5_Dz9qMyVBvUzVHLuTh4rl1PeXS8i5a_JXOjqh4iVdc505-aMiVuulBWYGyf1bA0Nw3G8eZEdQHma84SYWBMxdeq/s1600/Who+do+you+think+you+are+logo.jpg" /></a></div><div>Judul di atas sebetulnya nama sebuah acara di salah satu stasiun televisi asal Inggris. Acara ini sebenarnya keliatan sederhana, yaitu mencari siapa sih nenek moyang kita, dari mana mereka berasal, di mana mereka tinggal, dan dengan cara apa mereka wafat. Subjek utama dari acara ini biasanya orang2 ternama di AS atau Inggris, sebut saja Lisa Kudrow, pemeran serial komedi Friends yang juga jadi salah satu produser dari acara ini, Sarah Jessica Parker, sampai Gwyneth Paltrow.</div><div><br />
</div><div>Ada satu episode di mana seseorang akhirnya mengetahui bahwa dirinya merupakan satu2nya keluarga yang selamat di keluarga besarnya dari holocaust di zaman Perang Dunia I. Ada juga episode lain di mana seseorang mengetahui mengapa buyutnya menghilang tanpa kabar. Ternyata buyutnya menjadi bagian dari sejarah terjadinya Gold Rush pada abad ke-19 di AS dan meninggal di sana.</div><div><br />
</div><div>Well, apapun ceritanya, ada beberapa hal yang mengganjal saya.</div><div>Pertama, sebegitu hebatnya kesadaran mereka akan data dan betapa lengkapnya genealogi yang tercatat di arsip setempat, sampai2 mereka bisa melacak keluarga mereka mulai dari kakek, buyut, sampai beberapa tingkat di atasnya. Itu pun sampai tahun 1600-an. Sementara kita di Indonesia mungkin masih zaman kerajaan tradisional, lengkap dengan pasukan berkuda membawa panah yang bahkan terpikirkan untuk mencatat silsilah pun nggak. Ya, biarpun nggak dengan pohon keluarga, minimal dengan akta kelahiran dan kematian kan bisa dilacak posisi keluarga kita.</div><div><br />
</div><div>Kedua, saya malah jadi bertanya ke diri sendiri. Keluarga saya sendiri gimana ya? Tau sendiri kalau pencatatan silsilah kita belum ada, atau kalaupun ada barangkali masih sangat prematur dan sederhana, dengan jaringan yang belum meluas ke seluruh Indonesia. Sementara eyang buyut dan orang tua dari bapak sudah nggak ada, sedangkan yang dari ibu tinggal satu, eyang kakung. Sepertinya saya mesti segera melacak silsilah keluarga saya. Selama ini yang berkembang kan cuma dari mulut ke mulut kalau kami keturunan sultan apa, pangeran mana, atau kyai siapa. Dengan melacak silsilah, selain saya bisa tau siapa saja keluarga saya sebenarnya, ke mana saja mereka selama ini, dan bagaimana kehidupan mereka, saya pun senggaknya bisa melengkapi potongan sejarah yang selama ini hilang, sehingga bisa jadi pengetahuan dan sumber informasi bagi anak cucu kelak supaya lebih menghargai keluarganya.</div>Oki Jellyhttp://www.blogger.com/profile/17810543882314055435noreply@blogger.com2