26 Maret 2010

Another Trip: the US (3)

Hari Kamis (25/3) penuh keceriaan.

Pertama, hari gajian. Menghibur di tengah2 masa sulit (sulit nggak belanja hihihi - kidding). Utang kartu kredit dan ke teman2 langsung saya lunasi. Gaji langsung ludes, tapi rasanya lega nggak ada utang lagi hehe.

Kedua, kursus cuma setengah hari. Jadi, sisa hari saya habiskan untuk mengunjungi beberapa landmark kota yang hanya buka sampai jam 5 sore. National Mall, daerah luas antara Washington Monument dan Capitol Hill, tempat Smithsonian berada. Yap, dengar kata Smithsonian pikiran langsung tertuju ke kawasan dengan sederet museum besar dan megah, koleksi super lengkap, dan pastinya gratis! Saya nggak sabar untuk masuk ke sana.

Museum pertama yang saya kunjungi adalah Natural History Museum. Koleksinya luar biasa banyaknya. Dengan pembagian zona berdasarkan habitatnya, regionnya, sampai zamannya. Semua benar2 rapi dan terorganisir. Layout museumnya juga nggak bikin bingung, jadi kita nggak tersesat. Informasi tersedia di mana2.
Museum kedua adalah National Gallery of Art. Saya nggak terlalu ngerti seni sih, tapi mencoba untuk mengerti lah senggaknya. Tapi saya memang suka dengan seni lukis Eropa. Di sana terdapat bermacam koleksi dari berbagai negara dan dari beberapa abad lampau. Semua dibagi berdasarkan tema lukisannya.
Museum ketiga adalah Air and Space Museum. Di sana dipajang berbagai sejarah penerbangan mulai dari alat paling sederhana dan konyol sampai Wright Brothers yang menjadi pencetus awal pesawat terbang masa kini. Seksi astronomi juga ada di sana. Alat peraga canggih, informatif, dan user-friendly. Mulai dari pesawat ulang alik, satelit, teleskop Hubble, sampai roket juga ada. Pemajangannya juga menarik jadi kita penasaran dan tertarik untuk melihat. Puas banget rasanya. Cuma sayang, saya pakai baju kantor, jadi kaki sakit buat jalan. Makanya saya nggak bisa lama2. Huh. Tapi gpp lah. Yang penting rasa penasaran terbayar sudah. Apa ya selanjutnya?

25 Maret 2010

Another Trip: the US (2)

Saya kursus di IMF selama satu minggu. Sebagai informasi umum, IMF itu paling deket dengan Metro (nama subway di sana) Farragut North. Jalan kaki sekitar 10 menit. Di sekitar sana cuma ada kantor, kedutaan, dan toko2. Mungkin karena memang kota ini cuma untuk kegiatan pemerintahan, bisnis, dan perkantoran, jadi nggak ada rumah tinggal. Pilihan makanan banyak, tapi karena saya takut nggak halal, pilihan saya jatuhkan ke Mehran Restaurant di Pennsylvania Avenue. Restoran khas Asia Selatan - Timur Tengah dengan ciri khasnya kebab dan kari ayam lengkap dengan nasi lemaknya. Letaknya cuma sekitar 3 blok dari IMF, 5 menit jalan kaki.

Tiga hari pertama kursus di DC, semua tampak berjalan lancar dan baik2 saja. Materi kursus ada yang bisa dicerna dan jauh lebih banyak yang nggak dimengerti. Masih wajar kan? Hehehe. Kursusnya sih lebih ke pengenalan mengenai pemilihan model yang tepat dengan menggunakan suatu alat bantu ciptaan University of Oxford supaya bisa menghasilkan forecast yang baik juga. That's the course all about.

Selebihnya, 3 hari di DC saya coba habiskan untuk menikmati musim semi yang sudah datang. Sakura di berbagai penjuru kota mulai bermekaran, udara sudah nggak terlalu dingin. Hari pertama saya langsung pulang saja karena masih kecapekan. Sementara hari kedua saya sempat jalan sebentar, tapi karena rasanya masih capek, baru setengah jam saya langsung pulang. Tapi sempet foto2 depan White House dulu hehe. Untung saya langsung pulang, karena ternyata di tengah jalan menuju stasiun Metro hujan turun.
Baru di hari ketiga ini saya pasang niat kuat2 untuk jalan dan kunjungi sebanyak mungkin situs khas DC. Mulai dari White House (lagi, soalnya foto2nya masih kurang hehe), Washington Monument yang kayak monas itu, Lincoln Memorial yang ada patung Abraham Lincoln lagi duduk segede gaban, disambung ke Capitol Hill tempat Senate berkantor. Puas? Belum sih, tapi capek jelas. Sekitar 240 menit saya jalan kaki, saya putuskan untuk pulang demi hak kaki saya untuk istirahat hehe. Tapi karena penasaran dengan cerita Justin yang katanya di Pentagon City ada Macy's-nya, akhirnya saya meluncur ke sana. Ternyata, nggak sebagus yang dibayangkan. Mallnya masih setara ITC atau Atrium Senen kalau mau lebih kejam. Padat dengan manusia berjalan merayap dan super berisik saking banyaknya orang yang ngobrol di saat yang bersamaan. Ke Macy's ternyata tokonya nggak sebagus dan sekelas Next atau Marks & Spencer di London. Tapi gitu2 juga saya nggak sanggup beli barang2 di sana hihihi. Tapi sudahlah, rasa penasaran terbayar sudah biarpun nggak beli apa2. Pulanglah saya dengan segera saking capeknya, hasilnya ya tulisan ini. Sekali lagi, kalau ditanya sudah puas, jelas belum. Cuma capek. Yang saya perlukan cuma recharge tenaga untuk jalan lagi besok sore sepulang kursus :)

20 Maret 2010

Another Trip: the US (1)

Perjalanan panjang dimulai lagi. Kali ini giliran benua Amerika yang akan saya pijak. Saya pergi dalam rangka kursus selama 1 minggu di D.C.

Berangkat dari rumah jam 12.30, saya mampir ke kantor dulu gara2 ketinggalan dasi ;p
Dari situ saya langsung meluncur ke bandara Soetta. Sampai bandara kurang dari satu jam take off. Mepet, tapi untung masih sempat hehe. Semua proses dilalui, naiklah ke pesawat. Lima jam perjalanan ke Hong Kong untuk transit nggak begitu terasa. Itu belum ada apa2nya. Tiba di bandara Hong Kong jam setengah 9 waktu setempat, saya harus tunggu penerbangan lanjutan ke NY via Vancouver yang dijadwalkan take off jam 1 dini hari waktu setempat. Lama? Jelas. Sembari menunggu Myrna take off jam 11 malam tadi, kami jalan2 dan belanja beberapa buah tangan untuk teman2 dan handai taulan nanti di tanah air. Setelah antar Myrna boarding, saya pergi ke gate yang ke NY. Untung ada Wi-Fi gratis untuk membunuh rasa bosan. Entah mau dengan cara apa lagi nunggu pesawat ini. Lebih baik saya persiapkan segala dokumen dan kelengkapan imigrasi, jangan lupa berdoa demi kelancaran proses sejak dari sini sampai tiba kembali di Tanah Air. Amin.

See you around... *boarding menuju NY*

...11 hours later...

Alhamdulillah tiba dengan selamat di Vancouver. Ya, Vancouver, bukan NY. Cakep banget ya. Di tiket nggak ada pemberitahuan kalau pesawatnya bakal transit dulu di Vancouver. Alhasil, tadi pas antri untuk boarding ditanya sama petugas karena saya nggak pegang form izin transit tanpa visa Kanada. Mana kutahu. Tapi semua lancar alhamdulillah.
Sekarang saya baru sampai, dan sekarang sudah harus boarding lagi heading to NY.

See you around again ^.^

...5 hours later...

Alhamdulillah sampai di bandara JFK, NY. Imigrasi, bagasi, semua lancar. Tadi sempet bingung, connecting flight dari NY ke DC di mana ya. Kok nggak lihat. Bodohnya, kan harusnya ada di tiket. Tadaaa, ternyata memang ada. Tanya security, pergilah saya dari Terminal 7 ke Terminal 3 naik AirTrain, layanan kereta antarterminal, "no fares no tickets" kata pak satpamnya hehe.
Sampai sini, saya masih harus tunggu flight sekitar 3 jam lagi. Lagi2, untungnya ada layanan Wi-Fi gratis, jadi nggak terisolir deh. Kapan ya Indonesia bakal banyak layanan internet gratis kayak gini ya? *Still wondering*

17 Maret 2010

Selamat Jalan Uti

Eyang Putri, biasa kami panggil Uti, menghadap ke hadirat Illahi Robbi pada (16/3) dini hari di Manokwari akibat sakit. Beliau, terlahir dengan nama Muryatmi dan sangat kami cintai, meninggal di usia 80 tahun dengan meninggalkan 1 suami, 11 putra putri dan puluhan cucu cicit.

Saya tidak bisa mengikuti prosesi pemakaman beliau karena saya nggak dapat tiket ke Manokwari. Sedih banget rasanya, tapi bagaimana lagi. Keadaan nggak memungkinkan. Yang lebih penting doa bagi arwah beliau dan semoga iman islam serta amal ibadah beliau diterima di sisi Alloh swt. Amin.

Terus terang, tidak banyak kenangan yang melekat di benak saya tentang Uti karena memang kontak secara langsung dengan beliau tidak banyak. Sejak lahir hingga kuliah saya tidak pernah bertemu beliau kecuali barangkali waktu saya masih kecil. Saya nggak terlalu ingat momen itu. Tapi, pertama kali saya bertemu beliau di masa dewasa adalah tahun 2006. Tepat setelah menyelesaikan proyek dosen, menjelang Idul Fitri, dan setelah pengumuman bahwa saya diterima di tempat kerja sekarang, saya pergi ke Papua untuk pertama kalinya. Saya bertemu dengan Uti dengan perasaan segan dan takut. Jelas perasaan itu menyeruak karena saya dengar dari saudara2 saya kalau Uti galak. Tapi nyatanya waktu saya bertemu beliau, kok nggak ya. Bahkan beliau teramat baik sama saya. Saya dimasakin makanan, dibelikan durian satu karung, sampai2 waktu mau pulang ke Jawa beliau ikut mengantar sambil bawa keripik sukun satu kardus besar. Sekarang, beliau pergi untuk selamanya.

Selamat jalan Uti, semoga diterangkan dan dilapangkan alam kuburnya. Percayalah kalau kami selalu mencintai dan menyayangi Uti.

Mengenai Saya

Foto saya
Sedikit pendiam, perfeksionis, dan ingin menebar kebaikan buat orang sekitar