30 Desember 2010

Selamat Jalan Papa

Innalillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun
Telah berpulang ke Rahmatulloh, ayahanda tercinta yang telah setia menemani mama selama kurang lebih 7 tahun terakhir ini, papa Abidin Nunsi, pada Jumat dini hari, pukul 04.30 WIT. Kepulangannya ke hadirat Illahi Robbi yang tidak terduga membuat kami terpukul dan terkejut. Beliau yang merupakan keturunan suku Sunda dan Dobo ini berpulang untuk selama2nya, meninggalkan mama, kesembilan putra putrinya, dan keempat cucunya.

Begitu banyak kenangan kami bersama papa selama ini. Papa yang mengenalkan saya dengan kehidupan Jakarta sebelum akhirnya saya benar2 bekerja di sini. Papa juga yang membuat saya punya tempat menginap untuk menghadapi tes wawancara di tempat kerja saya sekarang, biarpun waktu itu menginap bersama rekan2 kerja beliau. Papa yang bisa membawa saya kembali ke Dufan lagi semenjak SMP. Papa yang sering mengajak piknik ke Pantai Pasir Putih di Manokwari sambil bakar ikan. Papa juga yang sering bawakan durian dan roti abon gulung khas Manokwari yang disukai banyak orang. Papa yang pernah antar saya ke bandara untuk pulang ke Jakarta biarpun dalam kondisi lemah. Papa pula yang mengenalkan seluk beluk Jakarta karena sering menginap di berbagai hotel di segenap penjuru Jakarta.

Kini, Papa telah pergi untuk selamanya, ke pangkuanNya dalam keadaan damai dan tenang, tanpa rasa sakit yang sudah menghampiri beliau setahun ini. Semoga Alloh menerima amal ibadah dan iman islam beliau, dilapangkan kuburnya, dan diberikan ganjaran yang sempurna di hadapanNya. Amin.

Maafkan karena Papa nggak bisa lihat saya ketika menikah kelak, maafkan kalau saya masih kurang berbakti selama ini, maafkan juga kalau pernah ada salah kata dan perbuatan. Satu hal yang Papa perlu tau, dan saya yakin Papa sudah tau, kalau saya selalu menyayangi Papa. Terima kasih telah membawa kebahagiaan bagi mama dan kami sekeluarga. Selamat jalan.

16 November 2010

Dasar Penyebab Perbedaan Penentuan Kalender Qomariyah


Saya kutip dari blog tetangga, semoga bermanfaat.
Kalau saya pribadi lebih condong kepada hal yang pasti. Adapun ketika zaman Rasulullah saw berpedoman pada ru'yat, semata2 karena keterbatasan ilmu dan teknologi ketika itu. Sementara di zaman sekarang, dengan dibantu teknologi yang sudah ada, kita bisa menentukan secara akurat dan hampir pasti ijtima' bulan.
Sementara itu, pada ru'yat mereka tetap berpedoman dengan hitungan minimal 2 derajat di atas ufuk sebagai batas masuknya bulan baru, tentu dengan catatan hilal terlihat. Yang masih menjadi pertanyaan saya, dari mana asal usul persyaratan 2 derajat itu, dari hadits, perhitungan, atau apa. Kalau ada yang tau mohon pencerahan dan infonya ya. Kalau memang ada unsur hitungan dalam penampakan hilal, kenapa nggak yang pasti2 saja dengan ilmu astronomi yang sudah ada? Toh sama2 hitungan :)
Bagaimanapun, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah, itulah indahnya Islam. Toh kalau salah masih dapat pahala satu kan? Wallahu a'lam bish-shawaab.
---
Seringnya perbedaan penetapan dalam menentukan Bulan Qamariyah (Berdasarkan Bulan) terutama dalam penetapan Iedul Fitri dan Iedul Adha, menimbulkan banyak pertanyaan bahkan ada sebagian yang dibuat bingung karenanya. Tentunya hal ini tidak bisa dibiarkan karena kita butuh kepastian dan setidaknya yang paling mendekati dengan Quran dan Sunnah, serta ketenangan dalam beribadah. Mengenai perbedaan penetapan waktu ini disebabkan perbedaan criteria, yaitu antara criteria wujudul hilal dan Imkanur rukyat. Mari kita kaji mana kah yang lebih kuat.
A.      Wujudul Hilal
Wujud artinya ada, sedangkan hilal adalah pantulan sinar bulan ke bumi yang berbentuk kelengkungan. Maksudnya adalah saat matahari tenggelam, hilal (bulan sabit muda) suda ada di atas ufuk mar’I (berapapun tingginya, terlihat atau tidak terlihat). Alas an diberlakukannya pendapat ini adalah dengan perkembangan IPTEK saat ini, posisi hlal sudah dapat dihitung secara teliti dan tidak diragukan (hampir pasti).
Untuk kelompok wujudul hilal awal bulan diteteapkan jika terpenuhi dua syarat berikut:
a.       Ijtima’ (posisi bulan dan matahari berada dalam satu bujur astronomis. Dilihat dari bumi, bulan sejajar dengan matahari) terjadi sebelum matahari terbenam.
b.      Saat ghurub (setelah itima’) hilal/bulan berada di atas ufuq mar’I (garis horizon/cakrawala yang terliat oleh mata seseorang). Berapa pun ketinggianna, terlihat ataupun tidak
Adapun dalil yang dijadikan landasannya adalah ayat al-Quran berikut ini:

189. mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya[1], akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.(QS. Al-Baqarah:189)

[1] Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka memasuki rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh Para sahabat kepada Rasulullah s.a.w., Maka diturunkanlah ayat ini.

39. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua[2].
40. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yaasin:39-40)

[2] Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.

Aayat pertama mengandung arti bahwa hilal (bulan sabit muda) dapat dijadikan pedoman waktu untuk manusia, terutama dalam melaksanakan ibadah haji harus dijadikan acuan miqat zamani. Mengenai kapan, bagaimana, kea rah mana kita lihat hilal, ayat tadi tidak membicarakannya.
Petunjuk lebih jells dapat kita temukan dalam surat yaasin:39-40, sebagaimana dijelaskan oleh H. Saadoe’ddin Djambek dalam bukunya “Hisab Awal Bulan Qamariyah”, ayat ke 39 surat Yasin tersebut menjadi petunjuk bahwa kembalinya bentuk bulan seperti tandan tua sebagai awal pergantian bulan hijriyyah. Bentuk bulan seperti itu dapat dilihat dari bumi menjeang dan setelah bulan mati (Ijtima’). Ntuk mengetahui bulan sabit yang mana yang dimaksud dalam ayat ini, maka ayat selanjutnya menerangkan “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan (mengejar) bulan”

Penggalan arti ayat diatas menerangkan tentang perjalanan semua tahunan matahari dan perjalanan hakiki bulan, dimana perjalanan bulan lebih cepat 12 Ú per harinya dibandingkan dengan matahari. Oleh Karen itu tidak matahari dapat mengejarnya. Per harinya matahari bergeser kearah timur sebesar 0 Ú 59’ 8.25”. hampir 1̊ (360Ú : 365.25 hari), sedngkan bulan bergerak kearah timur sebesar 13Ú 10’ 37.77”/hari (360Ú:27.32 hari). Dengan demikian maka yang dimaksud dengan bulan sabit pada ayat di atas adalah bulan sabit yang terjadi setelah terkejarnya matahari oleh bulan atau dengan kata lain setelah terjadinya ijtima’.

Apa yang jadi patokan bahwa perjalanan bulan telah mendahului matahari? Atau kalau diibaratkan perlombaan mana garis finisnya? Penggalan ayat selanjutnya mengatakan “dan malam pun tidak dapat mendahului siang”. Rupanya ayat ini menginformasikan tentang ufuk/horizon barat. Karena yang dapat memisahkan antara siang dan malam adalah garis ufuk barat setempat.Suatu tempat akan mengalami malam apabila matahari sudah masuk atau berada dibawah ufuk, sedangkan kalau matahari masih diatas ufuk maka tempat itu mengalami siang. Dengan demikian bulan akan dikatakan telah mendahului matahari apabila ketika matahari mendekati garis finis (ufuk barat) bulan telah berada disebelah timurnya-karena perlombaan tersebut berlaku dari arah barat kearah timur-. Atau dengan perkataan lain ketika matahari terbenam di ufuk barat, bulan sudah ada di atasnya, karena ke bawah menunjukan barat dan ke atas menunjukan timur.

B.       Kritik Terhadap Kriteria Wujudul Hilal

Dari segi sumber dalil yang dijadikan landasan untuk penentuan ABQ, criteria wujudul—hilal ini hanya berdasarkan Al-quran saja. ADapun hadits-hadits yang menjelaskan tentang praktek penentuan ABQ pada masa rasul SAW tidak dijadikan landasan hokum. Padahal kalu kita hubungkan dengan fungsi hadits terhadap al-quran, fungsinya adalah untuk menjelaskan atau memperinci dai-dalil al-Quran- dalam hal ini tentang ABQ- yang masih bersifat mujmal (Global). Kalaupun digunakan, maka pengertian yang sebenarnya dari hadits-hadits tersebut diselewengkan, yaitu dengan menerjemahkan lafazh “ra aytul hilaal” (melihat dengan akal pikiran).

Untuk mengetahuivaliditas (kebenaran) dari pendapat di atas, mak lafazh ra ay tersebut harus diuji dengan kaidah-kaidah bahasa yang telah dibuat oleh par ahli tenang makna-makna sutu lafazhm lafazh (ra ay) di atas bisa ditempatkan pada dua kemungkinan, kemungkinan pertama termasuk lafazh musytarak, yaitu lafazh yang mempunyai beberapa arti. Dimana arti-arti tersebut adalah, melihat dengan mata, melihat dengan akal pikiran, dan melihat dengan hati.

Menurut point dalam kaidah kedua di atas, apabila persekutuan makna dalam nash syar’I tersebut terjadi antara beberapa makna lughawi, maka seseorang wajib berijtihad untuk menentukan arti yang dimaksud. Sebab syar’I (pembuat syariat) niscaya tidak menghendaki seluruh arti lfazh musytarak, melainkan salah satu arti dari beberapa arti yang tiga macam itu. Oleh karena itu seorang mujtahid harus sanggup menunjukan qarinah (keterngan pendukung) atau dalil-dalil yang dapat menentukan arti yang dikehendaki.
Bagi yang mengartikanlafazh (ra ay) melihat dengan qarinahnya adalah konteks kalimat dari hadits-hadits tentang praktek penentuan ABQ di zaman Rasulullah SAW, yang salah satunya hadits dibawah ini:

“Seorang badwi mendatangi Rasulullah SAW, ia berkata: Sesungguhnya saya telah melihat hilal (Ramadhan), “Rasul bertanya: “Apakah engkau mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah?’ Orang badwi tersebut menjawab “Ya”. Rasul bertanya lagi “Apakah engkau mengakui bahwa Muhammad itu Rasul Allah?’ orang badwi menjawab “Ya”. Kemudian Rasul bersabda “ya Bilal, beriahukanlah kepada orang-orang supaya shaum esok hari”

Berdasarkan hadits diatas kita mengetahui bahwa melihat hilalnya orag badwi (arabgunung) adalah penglihatan dengan mata kepalanya sendiri, bukan dengan akal pikiran atau dengan hatinya. Sesuai dengan keumuman masyarkat arab pada waktu itu yang ummi terlebih lagi orang arab gunung diatas, tidak mungkin dia melihat hilal dengan akal pikirannya atau dengan hasil hisabnya.

Memang betul kata (ra ay yari) bisa diartikan melihat dengan akal pikiran tetapi harus melihat dulu konteks kalimatya dan ada qarinahnya untuk bisa diartikan dengannya, misalnya kalimat dalam surat al-Fiil:1harus diartikan dengan akal pikiran karena nabi SAW yang baru lahir saat itu belum bisa menyaksikan peristiwa dihancurkannya tentara bergajah. Tetapi semua lafazh (ra ay) dalam hadits-hadits ABQ memiliki arti melihat dengan mata, karena dari segi konteks mengharuskannya demikin dan juga tidak ada qarinah lain yang memalingkan artinya selain melihat dengan mata.

Kemungkinna yang kedua, lafazh (ra  ay) nii dikategorikan lafazh hakiki atau majazi. Hakiki maksudnya arti yang sebenarnya, sedangkan majazi maksudnya arti pinjaman, bukan sebenarnya.

Dalam hal ini para ahli ushul membuat kaidah sebagai berikut:
1.       Lafazh hakikat (sebenarnya) harus diamalkan menurut arti yang semula diciptakan untuknya.
2.       Jika suatu lafazh dapat diartikan dengan arti hakiki dan majazi hendaklah diartikan dengan arti yang hakiki, karena arti hakiki itulah yang asli.

Jadi, berdasarkan kaidah diatas mengartikan (ra ay) melihat dengan mata itu lebih shahih dibandingkan dengan melihat pakai pikiran atau melihat dengan hati, karena denga mata merupakan arti hakikinya (asli)

C.       Imkanur-Ru’yat

Menurut bahasa, imkan artinya mungkin atau memungkinkan, sedang ru’yat artinya melihat, maksudnya posisi hilal saat terbenam matahari harus sudah memungkinkan untuk dilihat.
Kelompok ini berpendapat bahwa, agar hilal disebut wujud, selain hilal harus berada di atas ufuk (saat maghrib setelah ijtima’), hilal (yang berada di atas ufuk) tersebut juga harus memungkinkan untuk diru’yat (imkan-ru’yat), untuk kelompok imkanurru’yat awal bulan ditetapkan jika terpenuhi tiga syarat sebaga berikut:
a.        Ijtima’ terjadi sebelum matahari terbenam
b.       Saat matahari gurub, hilal beradadiatas ufuq mar’i
c.        Hilal yang berada di atas ufuq tersebut harus memungkinkan untuk diru’yat
Syarat hilal agar memingkinkan untuk diru;yat menurut criteria MABIMS (Menter Agama Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) adalah:
-          Tinggi (irtifa’) hilal minimal 2̊ ̊
-          Selisih azimuth matahari dan bulan minimal 3̊ ̊(jarak horizontal bulan-matahari)
-          Umur bulan dan matahari berdasarkan imkanur-ru’yat dapat digambarkan sebagai berikut;

Dail-dalil imkanu-ru’yat tersebut antara lain
1.        matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS. Ar-Rahman:5)

Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. (QS.Al-AN’am:96)

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[3]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS. Yunus:5)

[3] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.

dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. (QS. Yaasin: 38)

36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram[4]. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri[5] kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.(QS. AT-taubah: 36)

[4] Maksudnya antara lain Ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah Haram (Mekah) dan ihram.
[5] Maksudnya janganlah kamu Menganiaya dirimu dengan mengerjakan perbuatan yang dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu dengan Mengadakan peperangan.


mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.(QS. Al-Baqarah:189)

39. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua.
40. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yaasin:39-40)

2.       Hadits-hadits Rasul SAW tentang ABQ, diantaranya:

Shaumlah bila kalian melihatnya (hilal) dan akhirilah shaum bila kalian melihatnya (hilal). Tetapi jika terhalang maka genapkanlah bilangan Sya’ban 30 hari. (HR. Bukhariy Muslim)

Shaumlah bila kalian melihatnya (hilal) dan akhirilah shaum bila kalian melihatnya (hilal, Tetapi jika diantara kalian dengan hilal terhalang awan, maka genapkanlah bilangan Sya’ban 30 hari. (HR Ahmad bin hanbal)

Shaumah bila kalian melihatnya (hilal) dan akhirilah shaum bila kalian melihatnya (Hilal). Tetapi jika  kalian terhalang maka tetapkanlah (shaum) 30 hari. (HR. Muslim)

Apabila kalian melihat hilal maka shaumlah, dan jika kalian melihat hilal (kembali) maka akhirilah shaum. Tetapi jika terhalang (sehingga hilal tidak terlihat) shaumlah 30 hari (HR. Muslim)

Lafazh fain ghabya ‘alaykum-fain haala baynakum wabaynahu sahaabun-fain aghmiya ‘alaykum-fain ghamma ‘alaykum

Dalam hadits diatas mengandung makna bahwa jika hilal tidak terlihat atau terhalang (walaupun beradadiatas uduk) maka hilal dianggap tidak/belum wujud. Artinya posisi hilal zaman rasul tidak hanya beradadi atas ufukmar’I saja tetapi hilal yang dapat terlihat sebagai cahaya pertama yang dipantulkan bulan setelah ijtima’

Jadi menurut kelompok imkanur-ru’yat yang disebut hilal adalah cahaya yang dipantulkan bulan setelah ijtima’, pda saat maghrib terlihat berupa garis lengkung putih. Sedangkan menurt kelompok wujudul hilal, hilal didefinisikan sebagai posisi bulan setelah ijtima’ dan pada saat maghrib berada di atas ufuk, walau belum tentu terlihat berupa garis lengkung putih

Padahal dalam bahasa Arab untuk bulan itu dikenal beberapa istilah, antara lain:
a.        Al-Qamaru: benda langit berupa satelit alam yang beredar mengelilingi bumi
b.       Al-hulalu: cahaya yang dupantulkan bulan berupa garis lengkung putih terlihat setelah ijtima’ sa’at maghrib (pantulan cahaya minimal)
c.        Al-Badru: cahaya yang dipantulkan bulan berupa lingkaran penuh (purnama / fullmoon/pantulan cahaya maksimal)

D.       Keberlakuan hasil Hisab Dan Ru’yat
Dalam khazanah fiqh, ditemukan tiga pendapat mengenai keberlakuan hasil hisab dan ru’yat ini. Pertama, hasil ru’yat (hisab) itu hanya berlaku untuk wilayah yang melihat hilal saja, sedangkan yang tidak melihat hilal, bulan yang sedang berjalan digenapkan menjadi 30 hari. Keuda, hasil ru’yat (hisab) itu berlaku untuk seluruh wilayah kekuasaan hakim (satu Negara). Ketiga. Hasil itu berlaku untuk seluruh dunia.

Pendapat pertama didasarkan pada hadits riwayat Muslim dan Kuraib, dimana pada waktu itu antara Syam dan Madinah berbeda dalam memulai bulan Ramadhan, Padahal Syam dan Madinah itu berada dalam satu wilayah kekhalifahan Mu’awiyah. Ketika hal itu ditanyakan kepada Ibnu Abbas beliau menjawab “Demikianlah rasulullah memerintah kami” artinya hasil ru’yat itu berlaku hanya untuk daerah yang melihat saja

Adapun pendapat kedua dan ketiga didasarkan kepada dalil umum tentang memulai puasa, dimana rasulullah SAW bersabda “Shaumlah kamu setelah melihat hilal) hadits tersebut dan hadits-hadits yang semakna dengannya memerintahkan kepada umat Islam dimana saja untuk shaum tanpa dibatasi oleh lokasi, daerah atau wilayah kekuasaan. Dengan perkataan lain, hasil hisab ru’yat itu berlaku untuk satu wilayah kekuasaan hakim (Negara), bahkan untuk seluruh dunia.

E.        Kesimpulan
1.       Landasan hokum criteria wujudul-hilal hanya dalil-dalil Al-Quran saja yang bserifat majmul (global), sedangkan criteria imkanur-ru’yat berdasarkan al-Quan dan al-hadits elalui cara istinbath yang dibuat dan disepakati oleh para ahli ushul fiqih
2.       Kriteria Imkanur-ru’yat adalah criteria yang dapat menyatukan antr wujudul-hilal dengan ahli ru’yat
3.       Menyarankan kepada pihak yang berpedoman wihdatul-mathali’ fi wilayatil-hukmi, kalau mau berpegang teguh kepada wujudul-hilal. Maka markaznya harus digeser ke kota paling timur di Indonesia, misalnya jayapura atau Merauke, jangan di kota Yogyakarta misalnya. Supaya seluruh wilayah Indoneia hilalnya positif di atas ufuk. Wallahu a’lam bis-shawab.
ket: ABQ (Awal Bulan Qamariyah)

03 November 2010

Renungan di akhir minggu

Di akhir minggu kemarin, ada renungan yang saya petik. Rasanya kurang lengkap kalau nggak saya tulis untuk saya baca lagi kelak ^^

Saya mungkin sebagian kecil orang yang terlambat tau tentang bencana di Mentawai karena gempa dan tsunami, juga di Yogya karena letusan Gunung Merapi. Di berita dibilang kalau mbah Maridjan meninggal dalam kondisi bersujud akibat terkena awan panas. Pikiran pertama yang muncul di benak saya waktu itu, konyol banget, udah ngerti ada wedhus gembel bukannya lari, ini malah tinggal di situ. Tapi setelah ada orang yang memandang dari sisi lain, saya baru sadar. Ternyata mbah Maridjan itu sosok yang sulit ditemui di jaman sekarang ini, yaitu orang yang berpasrah diri dan memegang amanah hingga ajal menjemput. Kalau mengaca pada pemimpin negeri ini, sangat teramat sulit mendapati mereka yang bisa memegang teguh amanah sampai sebegitunya. Barangkali ketika awan panas sudah mendekat, beliau hanya berpasrah diri dan berharap kematian yang segera datang itu menjadi kematian yang membahagiakan dan husnul khotimah. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisiNya. Amin.

Renungan lainnya waktu saya sakit mendadak hari Sabtu kemarin. Selama sakit, saya cuma terbaring sambil nonton serial Ghost Whisperer, diputar di Star World. Ceritanya seputar hantu yang nggak bisa masuk ke Cahaya karena masih ada urusan di dunia yang belum selesai. Apa yang saya dapat bukan masalah hantu, tapi kita sendiri kalau sudah meninggal. Nggak kebayang aja, yang tadinya masih bisa senang2, jalan2, ketawa2, tiba2 jasad terbujur kaku sementara arwahnya ke alam barzah. Mending kalau nggak diapa2in, kalau disiksa gimana ya? Na'udzubillah. Akan seperti apa dan berapa lama kehidupan setelah mati, wallahu a'lam. Semua yang bernyawa akan merasakan mati, tapi semoga dengan cara yang baik dan penuh berkah, amin.

Oia, kemarin Jumat (29/10) beberapa teman mengadakan perpisahan dengan mba Dhini yang pindah ke direktorat lain. Sedih jelas, gimanapun selama 3 tahun saya dididik sama mba Dhini untuk jadi staf yang kritis, berani, dan peneliti yang jujur. Makasih ya mba atas bimbingannya selama ini. Maaf kalau selama kita berinteraksi kadang ada kerikil dan batu kali yang menghadang :)

26 Oktober 2010

Macet lagi.. macet lagi..

Jakarta oh Jakarta. Tempat kita mencari penghidupan ini dilanda banjir lagi untuk kesekian kalinya. Hujan mengguyur sejak sore sampai maghrib tapi efeknya luar biasa. Nggak seperti biasanya, kalau hujan dan banjir besar datang setiap lima tahun sekali dan di setiap bulan Februari -terakhir tahun 2007- yang memang curah hujan sedang tinggi2nya. Tapi sekarang memang cuaca nggak ketebak. Kemarau nggak mampir sama sekali, hujan dengan curah yang tinggi, ditambah lagi dengan tanah amblas dkk, alhasil Jakarta makin renta sebelum waktunya.
Kalau lihat dari status teman2, ada yang baru sampai rumah jam 1 malam, bahkan jam 2 malam pun ada. Banjir di mana2, macet nggak karuan, kumplit deh pokoknya. Si Komo udah beranak pinak kali ya hehe..
Kalau kita cuma menyalahkan pemimpin Jakarta saja rasanya nggak fair, karena dia cuma mendapat warisan masalah dari pemimpin2 lalu, tapi memang rasanya belum ada tindakan nyata dari beliau untuk mengatasi masalah. Segudang isu yang harus dibenahi, mulai dari banjir, transportasi massal, rokok, disiplin berlalu lintas, RTH, dll.
Yuk kita benahi Jakarta bersama. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai saat ini juga. Kita bisa menahan diri untuk nggak beli mobil baru, atau sering2 naik angkutan umum, buang sampah di tempatnya, jangan merokok, berlalu lintas sesuai dengan rambu2, banyak kok. Simple but matter :)

25 Oktober 2010

Belitung, Negeri Laskar Pelangi

Kalau ditanya tentang Laskar Pelangi, pasti banyak yang tau. Kalau saya sih nggak, soalnya saya memang belum nonton film itu :p

Cuma, saya bisa ngerasain betapa hebohnya film itu, sampai2 tempat syuting film itu jadi benar2 terkenal. Yup, itulah Pulau Belitung. Selama ini saya tau Belitung karena SMA saya ada di Jl. Belitung. Tapi apa dan bagaimana Pulau Belitung itu sama sekali nggak pernah ada bayangannya di benak saya. Alhasil, terpikir untuk wisata ke sana aja nggak pernah terlintas sedikitpun. Gayung bersambut, begitu tempat kerja saya mau buat acara gathering di Belitung, saya langsung mengiyakan, walaupun sempat ragu2 karena faktor cuaca dan kerepotan yang bakal dihadapi. Tapi, kapan lagi kita bisa ke sana, ya nggak?
Akhirnya weekend kemarin, (23-24/10), kami berangkat ke sana. Rombongan ada sekitar 72 orang. Pagi berangkat, dalam waktu 50 menit kami tiba di sana. Rombongan langsung di bawa ke Restoran Mie Atep, makanan khas sana. Semacam mie yang biasa ada di pempek Palembang, tapi kuahnya kental. Barangkali bisa disamakan dengan Mie Titi khas Makassar, tapi dengan mie yang lebih besar. Patut dicoba. Halal nggaknya nggak tau deh, soalnya yang jual enci2. Bismillah aja ^^
Dari sana kami langsung ke Tanjung Kelayang, tempat kami akan menyebrang ke Pulau Lengkuas, Pulau Pasir, dan Pulau Babi. Di Pulau Lengkuas ada mercusuar yang menghadap Laut Cina Selatan. Mercusuar setinggi 18 lantai gedung bertingkat itu bisa dinaiki melalui tangga besi yang masih kokoh meskipun sudah berusia hampir 120 tahun. Dari atas sana pemandangan teramat luar biasa. Karang, bebatuan, pasir putih, langit biru, semua tumpah ruah jadi satu merangkai keindahan di mata yang memandangnya. Luar biasa.
Kami di Pulau Lengkuas cuma sekitar 2 jam dari rencana awal sekitar 4 jam karena kami lihat di kejauhan awan mendung bergulung2 ke arah kami, jadi kami langsung ke Pulau Babi. Di sana kami cuma berfoto2 sebentar karena takut kena hujan. Tapi ternyata awan semakin mengarah ke Barat, menjauhi Pulau Babi dan Lengkuas, jadi kami terbebas dari basah kuyup.
Dari Pulau Babi kami langsung kembali ke Tanjung Kelayang dan langsung ke hotel Pondok Impian yang ada di Tanjung Pendam. Hotel langsung menghadap pantai, cocok untuk liat sunset, tapi sayang kemarin berawan, jadi nggak bisa liat.
Malam acara puncak gathering kami. Kami langsung ke Pantai Perdaunan Indah, sedikit lebih jauh dari Tanjung Kelayang. Acara diisi dengan makan malam bersama, game/kuis, pembagian doorprize, dan performance bentuk parodi. Acara alhamdulillah sukses dan lancar.
Hari kedua, pagi2 sebelum berangkat ke tempat acara berikutnya, saya jalan2 di sekitar hotel sambil cari sarapan. Sekitar 1 km dari situ ternyata ada tempat wisata. Pantai Tanjung Pendam, di situ ada banyak kantin dan warung makan, tempat main anak, jogging track, dan yang jelas pantai pasir putih. Di sana ramai dengan orang yang olah raga pagi. Selesai jalan2 dan berfoto2 sedikit, saya coba mampir ke gerobak bubur di pinggir jalan. Obrol punya obrol dengan penjual buburnya, ternyata dia pemilik Mess PLN yang ada di belakang gerobaknya. Kalau diliat lumayan besar dan bersih kok, bangunan masih bergaya Belanda atau era 70-an kali ya. Sayang nggak ada promosi, meskipun dalam bentuk website atau blog, jadinya mess itu sepi. Padahal letaknya yang di pinggir pantai itu bagus buat santai2 liat pemandangan sekitar. Lokasi juga nggak jauh dengan Tanjung Pandan sebenarnya. Tarif juga murah, sekitar 150 ribu per malam, ketimbang di hotel. Nanti bisa hubungi saya untuk CP-nya :)
Jam 8 kami kembali ke Tanjung Kelayang, tapi di sisi lebih utara dari yang kemarin. Di sana kami main ke pantai tempat syuting film laskar pelangi. Bebatuan di pantai dan lautnya luar biasa. Landscapenya benar2 indah, nggak bosan dipandang deh pokoknya. Sayang nggak saya foto karena sibuk main di air laut, sayang nanti hapenya rusak hehe..
Sekitar 2 jam di sana, kami ke sisi lain lagi dari Tanjung Kelayang itu. Di sana ada tempat penyewaan kayak dan sepeda. Saya nggak mau buang kesempatan. Saya langsung main kayak dua kali. Seru banget, bodo amat panas2an dan menghitam. Main sejam, dilanjut dengan makan siang. Seperti biasa, saya kalau main air bawaannya cepat lapar. Alhasil, 4 piring nasi saya lahap lengkap dengan makanan laut, sayur mayur dan buahnya. Berasa sehat deh pokoknya. Tengah hari kami ke hotel, packing dan cari oleh2 ala kadarnya di beberapa tempat dan langsung menuju bandara untuk pulang.

Itu sekilas perjalanan singkat kami ke Belitung, lagi2 sepotong surga yang terjatuh ke archipelago Indonesia tercinta. Patut dikunjungi karena lebih indah dan lebih sepi dari Bali, jadi bisa lebih dinikmati. Miss you Belitung, wanna go there again soon :)

27 September 2010

Selamat Jalan Pak AV

Kemarin siang, tepatnya tanggal 26 September jam 12.45, telah meninggal dunia salah satu rekan kerja di kantor, pak AV. Walaupun tidak sempat berinteraksi secara langsung di dunia kerja bersama beliau, tapi kenangan dalam pergaulan sehari2 tak terlupakan.
Memang beliau seorang yang cerdas, pekerja keras, tak kenal lelah, namun tetap rendah hati, supel, tidak pernah mencela kalau rekan kerjanya belum memahami apa yang dia sampaikan, juga senang berdiskusi tanpa membuat kita merasa bodoh.
Beliau memang tidak ada duanya. Kini, keluarga, rekan kerja, lembaga, dan negara kehilangan salah satu putra terbaik bangsa. Semoga ketabahan senantiasa menghampiri keluarga beliau, dan semoga beliau diterima di sisiNya dengan damai.

08 September 2010

Ramadhan Berakhir, Idul Fitri Tiba

Tak terasa, bulan mulia segera berakhir setelah hampir 30 hari lamanya kita berpuasa. Rasa sedih menghampiri karena rasanya belum optimal dalam beribadah, meskipun waktu yang disediakan cukup panjang. Suka tidak suka, Ramadhan tetap harus berlalu. Meninggalkan sesal dan kenangan.

Memang Ramadhan tiada duanya. Menikmati santap sahur, curahan tausiyah yang berlimpah, ibadah malam di rumah dan di masjid, sampai puasnya saat berbuka puasa selalu menjadi momen yang teramat berharga untuk dilupakan. Rasanya tidak pernah bosan juga untuk melakoni itu semua. Apalagi ketika 10 hari terakhir, usaha untuk menggapai Lailatul Qadr semakin teguh dijalankan.

Bagaimanapun, waktu terus berjalan. Sekarang, saatnya menyambut kemenangan di hari yang fitri. Teriring harapan semoga diri menjadi hamba yang semakin bertakwa dan mampu membawa kebaikan bagi umat. Insya Alloh dipertemukan dengan Ramadhan kembali. Amin.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H.
Taqabbalallahu minna wa minkum, taqabbal ya karim.

10 Agustus 2010

Marhaban ya Ramadhan

Alhamdulillah wa syukurillah, Ramadhan kembali tiba. Bulan suci yang dinanti umat muslim di seluruh muka bumi, bulan penuh berkah dan ampunan, bulan kebaikan yang menuntun umatnya menjadi lebih baik dari sebelumnya, lebih peduli terhadap sesama, dan utamanya menjadi insan bertakwa sesuai kehendak Ilahi Robbi.

Rasanya baru kemarin merasakan indahnya Ramadhan, sekarang sudah tiba lagi saatnya mendulang amal ibadah dan kebaikan di dalamnya. Tak terasa usia pun semakin tua, tanda waktu kita semakin sedikit di dunia ini. Ramadhan seolah menjadi cambuk untuk mengingatkan kita sudah seberapa besar amal kita untuk di akhirat kelak, sudah seberapa banyak kebaikan yang kita tebar ke sesama manusia, sudah seberapa jauh kita melenceng dari ajaranNya yang lurus, dan sudah seberapa banyak puja dan puji yang kita haturkan ke hadiratNya meskipun sepanjang kita bernafas pun masih belum cukup untuk merangkai kalam Ilahi yang sakral dan hasan.

Ya Alloh, terima kasih telah menyampaikan kami pada bulan ini, bimbing kami agar bisa mereguk hidayah dan kasih sayang-Mu untuk menjadi pribadi yang muttaqin. Amin.

02 Agustus 2010

Papa Sakit, Saya Sadar

Hari ini saya dengar kabar buruk. Dua minggu lalu saya dapat laporan kalau pandangan Papa mulai memburuk. Saya malah memakluminya karena saya anggap itu wajar mengingat usia Papa yang semakin lanjut. Tapi bodohnya, saya lupa kalau Papa menderita diabetes. Lupa juga kalau saya pernah baca artikel kalau penderita diabetes rentan terhadap kebutaan. Itulah akibat dari kelalaian dan kealpaan saya. Setelah tes lab minggu lalu, pagi ini dokter kasih tau hasilnya kalau Papa menderita Glaukoma.

Rasa sesal teramat dalam saya rasakan. Kenapa nggak dari dulu waktu Papa mulai mengeluh "Mata Papa kok rasanya makin rabun ya Ki" saya langsung cekatan bawa Papa ke dokter atau RS. YA Alloh Ya Rabb, Engkau Yang Maha Menyembuhkan, sembuhkan Papa. Jadikan sakitnya sebagai penggugur dosa. Maafkan hamba yang telah lalai mengurus orang tua :'(

Sejak saya tau Papa menderita diabetes, saya memang sangat strict menjaga makanan supaya nggak terlalu banyak mengandung glukosa. Karena kan katanya sakit itu genetik, tapi nggak akan banyak terasa dampaknya kalau pola makan dan hidup sudah diatur sejak dini. Sekarang, begitu Papa divonis menderita glaukoma, selain rasa sesal, saya juga khawatir karena dokter bilang anak2 Papa harus periksa kalau sudah menginjak usia 35-40 tahun.

Papa dulu pernah mengeluh kalau setiap buang air kecil rasanya sakit. Pasti ada yang salah dengan prostatnya. Rasanya saya harus segera memeriksakan Papa ke dokter sebelum semuanya terlambat. Pokoknya Papa harus sehat supaya bisa lancar ibadah hajinya. Doakan ya Pa, semoga bisa cepat terkumpul uangnya. Amin.

"...Ya Alloh, berkahilah kami, berikan kami kesehatan agar khusyuk dalam beribadah kepadaMu, ampuni kami atas segala khilaf baik yang disadari atau tidak, disengaja atau tidak... Amin"

26 Juli 2010

Burger King

Lagi2 kejadian. Mau pesen Burger King, nyari no telp aja sulit. Belum lagi menunya. Setelah berselancar beberapa waktu di dunia maya, akhirnya nemu juga. Ini dia. Kalau mau delivery order, bisa telp ke no 5000-25. Kalau belum pernah pesen sebelumnya, nanti kita daftar dulu. Paling ditanya nama, alamat, dll. Standar lah.



Habis itu, baru pesen deh menunya. Tapi lagi2 karena nggak ada official webnya, jadinya saya mesti liat menu yang di UK sana dengan harapan menu di sini sama. Ternyata emang ada beberapa yang di UK ada, di Indonesia nggak ada. Begitu juga sebaliknya. Yah gpp lah, yang penting kesampaian juga pesen Burger King. Nyam nyam...

01 Juli 2010

Selamat Ultah Papa

Papa kemarin (30/6), menginjak usia 63 tahun. Tiada hadiah yang bisa diberi selain ucapan doa yang tulus, teriring harapan semoga Papa diberikan usia yang barokah, kesehatan, sakit yang sekarang dialami dijadikan sebagai penggugur dosa, dan bisa segera naik haji. Amin.
Tak terasa waktu terus bergulir, usia semakin lanjut. Rasanya, sejak Papa stroke 13 tahun lalu, belum ada sesuatu yang teramat membahagiakan Papa. Maaf ya Pa, Oki belum bisa membahagiakan Papa. Tapi, insya Alloh setiap hari doa nggak pernah lupa dipanjatkan pada Ilahi Robbi demi Papa tercinta. Luv you Pa ^^

01 Juni 2010

Silaturahmi dengan Keluarga Ungaran

Long weekend lalu, saya pergi ke Ungaran untuk liburan bareng keluarga di sana. Sepupu2 dan putra2nya emang tinggal di sana sejak sekitar 2 tahun yang lalu dan saya baru mengunjungi mereka 2 kali. Libur kali ini, saya emang pengen pergi ke sana karena lama nggak ketemu dan ngobrol2 seru. Ternyata, 2 hari menjelang libur panjang, mama mendadak datang dari Papua. Saya jadi bimbang. Di satu sisi, lama nggak ketemu mama jadi pengen menghabiskan waktu bareng2, tapi di sisi lain saya sudah merencanakan liburan ini sejak 2 bulan yang lalu. Dengan bijak, mama bilang saya liburan saja, toh mama juga masih ada urusan yang harus diselesaikan.

Dengan sedikit perasaan sedih, saya tetap pergi ke Semarang. Hari pertama di sana, saya cuma ngobrol2 sambil nunggu Jumatan, lalu istirahat. Ada satu pelajaran penting. Ternyata kalau mau liburan semaksimal mungkin bukan berarti harus berangkat sepagi mungkin. Konyol sebenarnya hehe. Untuk ngejar pesawat jam 7, saya harus lapor jam setengah 6, which is dari rumah senggaknya dari jam setengah 5. hooaahhmm.. yang ada malah ngantuk dan nggak jalan ke mana2.
Hari kedua saya baru bisa jalan2. Siang kami ke Djati Legi, restoran keluarga di Perumnas Banyumanik, letaknya deket banget sama Sarinah. Makanannya enak, terutama Sop Buntut dan Iga Bakar. Nggak nguatin bener. Kalau ada yang sempat ke sana, coba deh icip2. Habis makan, kami ke Ada Swalayan di Setiabudi. Kami main di tempat permainan anak2. Keponakan2 saya seneng banget bisa main di sana. Ternyata sudah setahun lebih mereka nggak pernah main. Jadi kasian. Syukurlah mereka bisa main2 di mall barang sekali aja. Dari sana, saya ajak mereka makan es krim di McD, lanjut take away Pizza di Sukun yang nggak jauh dari Ada. Sampai rumah, kami makan2 sambil ngobrol.
Hari Minggu, saya diajak ke Joglo Villa di deket Gunung Pati. Villa itu dibuat dengan memakai Joglo asli yang diboyong dari Jepara ke sana. Tempatnya kecil tapi cukup eksotis. Barangkali suatu waktu saya akan coba nginep di sana.

Selama liburan di sana emang nggak banyak yang saya lakukan. Cuma ngobrol dan jalan2 sebentar bareng keluarga. Tapi yang saya cari, keceriaan dan kebersamaan yang nggak saya dapat di Jakarta. Saya sayang mereka, begitu juga sebaliknya. Bahkan waktu saya pamit pulang, ponakan2 langsung murung dan keliatan sedih. Om pulang dulu ya. Nanti kita ketemu lagi. Makasih oleh2 gambar dan kerajinan tangannya ya Ja'far. Sesuai pesan, Om udah pasang di meja kantor supaya inget Ja'far, Amar, Fikar, Dijah, dan Bibin terus :)

26 Mei 2010

Selamat Ultah mba Dhini

Mba Dhini, selamat ulang tahun yang ke-.. ya (nggak berani nyebut, takut nggak boleh hehe).
Semoga panjang umur, sehat dan barokah, sukses dan bahagia dunia akhirat. Wish all the best. Amin.

Lama nggak nge-blog, tiba2 kepikiran mau cerita dikit. Hari ini, dalam rangka berbagi kebahagiaan, mba Dhini traktir temen2 satu lantai di sini dengan Rotiboy. Tapi ternyata saya agak kesulitan mencari no telp yang bisa dihubungi untuk memesan roti. Makanya saya sengaja tulis di sini, barangkali ada yang nyari juga no telp nya, jadi kalau search di google ketemu deh :)

Jakarta dsk:
Gedung Sarinah (021) 2306043
Grand Indonesia (021) 23581050
Airport Jakarta Terminal 2F (021) 55911078
Airport Jakarta Terminal 1B (021) 55911973
ITC Mangga Dua (021) 6014253/4010
Cibubur Junction (021) 87756483
Pasaraya Grande (021) 72780658
Mall Taman Anggrek (021) 5639993
Supermall Karawaci (021) 54211590
Mall Kelapa Gading 3 (021) 45853826/3939
Bekasi Square (021) 82434898
Margo City Depok (021) 78871099

Bandung:
Istana Plaza (022) 6014090
Bandung Indah Plaza (022) 4224890

Medan:
Sun Plaza (061) 4501612
Airport Polonia (061) 4513967

Makassar:
Mal Panakkukang (0411) 4661968
Airport Makassar (0411) 3656080

Mal Ciputra Semarang (024) 8417751
Plaza Ambarukmo Yogya (0274) 4331033
Solo Grand Mall (0271) 741841/2
MOG Malang (0341) 360777
Mal SKA Pekanbaru (0761) 864222
Palembang Square (0711) 366084
Chandra Superstore Lampung (0721) 7364094
Plaza Mulia Samarinda (0541) 7770850
Airport Balikpapan (0542) 761651

13 April 2010

Makanan Halal, Di Manakah Kalian?

Ironis, kita hidup di negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tapi kenapa untuk makan makanan halal di restoran saja sedemikian sulit. Tulisan ini saya buat tanpa niat sama sekali menghina teman, saudara, atau rekan yang memakan makanan tertentu, tapi ini semata untuk mengingatkan saudara seiman dengan cara yang baik dan nggak menyinggung perasaan siapapun.

Saya mungkin bisa dibilang paling rewel untuk hal yang satu itu. Bagaimana nggak, setiap ada acara makan di luar dalam rangka traktiran teman2, saya pasti tanya status makanan di restoran itu. Sampai2 restoran itu saya telpon dan interogasi apakah makanannya layak dikonsumsi oleh muslim atau nggak. Lucunya, kalau saya bertanya apakah makanan yang dijual halal atau nggak, mereka mengatakan halal. Tapi, lain lagi ceritanya kalau saya bertanya baik2 mana makanan yang nggak bisa saya konsumsi mengingat saya seorang muslim. Alhasil, hampir semua menu terlontar dari mulut sang pelayan dan manajer restoran yang menyatakan bahwa makanan mereka tercampur dengan hal yang berbau alkohol atau b2.
Kalau ada oleh2 coklat atau apapun dari luar, saya jadi orang pertama yang browsing untuk cari status halalnya. Bukan tidak menghargai pemberian mereka, tapi apa yang saya lakukan semata2 hanya untuk tunduk patuh pada perintahNya, yaitu dengan memakan makanan halal dan baik.
Makanan halal memang nggak mudah untuk didapat, karena untuk menjadi makanan yang dikatakan halal tidaklah mudah. Pertama, makanan itu bukan sesuatu yang dilarang untuk dikonsumsi. Kedua, makanan itu harus disembelih dengan nama Alloh. Ketiga, cara memperoleh makanan itupun harus dengan cara yang baik.
Nah, dari ketiga kategori itu, rasanya kalau kita hanya sekadar makan daging yang bukan b2 pun belum tentu halal, karena siapa tau daging itu dimasak dengan (katakanlah) angciu, semacam arak merah.

Rasanya, yang harus mulai diperbaiki adalah kesadaran masing2 setidaknya untuk memiliki rasa ingin tahu apakah makanan yang mereka makan halal atau tidak. Lalu, sudah sepatutnya lembaga yang berwenang untuk menyatakan suatu makanan berlabel halal atau nggak (dalam hal ini MUI) memperluas ruang geraknya sehingga kepentingan umat dapat terjaga. Untuk yang merasa tersinggung bagi orang yang mentraktir atau membawa oleh2, rasanya nggak rugi juga kalau mencoba menghargai kami yang nggak mau makan makanan yang dilarang agama, sama halnya dengan kami yang nggak mengusik dan mencela mereka ketika mereka mengkonsumsi makanan2 itu. Yuk, mari kita galakkan program makan makanan halal :)

Mengenai Saya

Foto saya
Sedikit pendiam, perfeksionis, dan ingin menebar kebaikan buat orang sekitar