31 Desember 2009

Wafatnya Gus Dur, agamawan sekaligus negarawan

Inna lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun. Telah berpulang ke Rahmatullah, kyai pembesar Nahdlatul 'Ulama (NU) sekaligus Presiden ke-4 RI, K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dalam usia 69 tahun. Beliau wafat di RSCM pukul 18.45 WIB akibat mengalami komplikasi jantung, stroke, diabetes, dan ginjal.

Mendengar nama Gus Dur, ingatan kita tidak akan lepas dari NU dan perannya sebagai pemimpin tertinggi republik ini meskipun tidak sampai 2 tahun. Memang kondisi negara ketika itu baru memasuki tahap pemulihan dan reformasi setelah dihantam krisis moneter. Tugas berat tentunya bagi seorang Gus Dur untuk memimpin bangsa dalama masa transisi di tengah kondisi fisiknya yang terbatas. Tapi sebagai negarawan yang sangat mencintai tanah airnya, beliau tidak pantang menyerah dalam membawa bahtera negara ini ke arah yang lebih baik. Terbukti, banyak jasa beliau ditorehkan semasa menjabat sebagai kepala negara. Setidaknya, beliau membuka "keran" kebebasan beragama yang selama ini tersumbat pada pemerintahan sebelumnya. Kong Hu Chu diakui sebagai agama negara dan kebudayaan Tionghoa diakui sebagai bagian budaya nasional. Implikasinya, berbagai perayaan dalam menyambut tahun baru imlek diperbolehkan seiring dengan diberlakukannya tahun baru tersebut sebagai hari libur nasional. Hal tersebut menjadi simbol pluralisme yang dianut cucu dari pendiri NU ini, yaitu semua keyakinan bebas berkembang di negeri ini. Tentunya tetap dalam koridor kerukunan antar-umat beragama.

Bukan Gus Dur namanya kalau tidak membuat keputusan kontroversial. Ketika Inul dihujat berbagai kalangan akibat goyangannya yang dianggap seronok, beliau justru tampil di depan mendukung Inul. Ketika isu gerakan separatis sedang memanas, beliau justru mengizinkan pengibaran bendera gerakan separatis tersebut untuk dikibarkan di daerah konflik. Terang saja hal itu menimbulkan berbagai pro dan kontra.

Ketika melihat tayangan penyerahan jenazah beliau kepada pemerintah melalui Ketua MPR Taufik Kiemas pagi tadi, saya tiba2 teringat kontroversi kyai ini semasa menjabat dengan seringnya pelesir ke luar negeri. Di tengah kondisi negara yang masih terseok-seok akibat dihantam krisis moneter, beliau malah menciptakan rekor tertinggi pergi ke LN. Dulu saya merasa sangat benci dengan apa yang beliau lakukan. Tapi saat menonton acara tadi, saya tiba2 berpikir jangan2 memang ada alasan beliau melakukan itu namun tidak terinfokan dengan baik. Ternyata, dugaan saya memang benar. Panjang umur, pagi tadi saya sempat melihat berita di berbagai media pemberitaan di internet baik dalam maupun luar negeri, tanpa diduga sampailah saya pada artikel yang ditulis oleh asisten pribadi beliau ketika menjadi presiden. Beliau memang ada motivasi dalam melakukan perjalanan ke luar negeri. Ternyata banyak dari negara2 yang beliau kunjungi merupakan negara peserta konferensi Asia Afrika. Brazil mengekspor ratusan ribu ton kedelai ke AS sementara kita mengimpor setengahnya dari AS, maka beliau datang ke Rio de Janeiro untuk membeli langsung dari Brazil tanpa melalui AS. Sementara itu, Venezuela mengimpor 100% rempah2nya dari Rotterdam sementara kita mengekspor 100% rempah2 ke Rotterdam. Yang beliau lakukan, menawari Hugo Chavez untuk membeli rempah2 langsung dari kita. Kepada Sultan Hassanal Bolkiah, beliau mengusulkan pembangunan Islamic Financial Centre di Brunei Darussalam lalu membujuk para pemimpin di Timur Tengah untuk menempatkan dananya di sana ketimbang di Singapura. Malu rasanya diri ini sempat membenci beliau di balik kebersihan niat baiknya untuk memajukan meskipun tidak didukung oleh rakyatnya sendiri.

Gus Dur tetaplah Gus Dur. Kini, tidak ada lagi negarawan dengan kelakarnya yang khas.
Selamat jalan Gus Dur, jasamu akan selalu dikenang. Semoga engkau diterima di sisi-Nya. Amin.

30 November 2009

Long Trip to London (5, Habis)

Selesai kursus, kesempatan saya untuk jalan2. Sebenernya agak kurang terorganisir juga sih. Pertama, karena pengetahuan saya tentang Inggris emang nggak terlalu banyak dan kedua, saya emang pengen berhemat karena ada satu dan lain hal hehehe..

Jadinya, hari Sabtu (21/11) saya keliling London sendiri. Seperti biasa, Tube jadi andalan utama. Agenda penting saya, liat Buckingham Palace dan sekitarnya. Alhamdulillah kesampaian juga. Dari Northern Line nyambung ke Victoria Line, turun di Green Park. Jalan kaki dikit lewat St. James Park, ketemu deh istananya. Mungkin kalo diliat sekilas kayak biasa aja. Ukuran juga nggak seberapa besar. Cuma ya karena biasanya liat di TV dan sekarang liat dengan mata kepala sendiri jadinya ya berasa beda aja hehe. Berhubung sendiri, saya ya foto2 sendiri aja. Malu kalo minta tolong orang ;p


Dari sana, saya jalan kaki ke arah sembarang, karena saya nggak mau terlalu terpaku sama satu objek wisata yang umum. Eh, di ujung jalan saya nemu Wellington Arch. Modelnya kayak gerbang besar Arch de Triumph di Paris itu. Dari situ, karena saya lapar, saya masuk stasiun deket situ untuk cari makan di tengah kota yang banyak nyediain makanan halal, eh ternyata saldonya abis. Harus top up, akhirnya saya keluar lagi dan jalan kaki cari warung terdekat. Setelah dapet, saya jalan lagi tapi ke arah lain, eh tembus2 di Big Ben lagi. Ya udah daripada sia2 saya foto2 lagi di sana. Dari sana, saya balik lagi ke Oxford St. untuk cari oleh2 yang belum kebeli. Nggak lama ternyata hujan gede. Berhubung males hujan2an, saya akhirnya mutusin untuk pulang.

Besoknya (22/11), saya janjian sama mas Ferry. Sempet miskomunikasi juga sih. Saya berpikiran nggak akan main ke Coventry tempat dia tinggal untuk menempuh S3 di Warwick karena berpikiran mas Ferry pengen ke London untuk beli barang kebutuhan sehari2, sedangkan mas Ferry mikirnya saya yang memang nggak mau main ke Coventry, makanya dia jauh2 datang ke London anterin buku mikro Mascollel yang terkenal tebalnya itu.
Saya ketemu di Euston station, tapi sebelumnya saya ke masjid di belakang stasiun karena waktu kemarinnya saya jalan2, buku panduan ketinggalan di sana. Untung masih ada hehe. Begitu ketemu mas Ferry, kami langsung ke Piccadilly Circus. Mas Ferry bawa saya ke Lillywhites, toko sport terbesar di sana. Wah, keren banget. Banyak perlengkapan bola asli dari berbagai cabang olahraga dan klub. Saking silaunya, saya ambil beberapa baju bola untuk dijadikan buah tangan. Beres belanja, saya diajak makan di C&R Restaurant di bilangan Chinatown. Awalnya sih ragu, karena takut ada B2-nya, tapi mas Ferry ngeyakinin kalo makanannya halal. Kami makan nasi goreng dan laksa. Enak juga ternyata. Tapi saya nggak makan dagingnya, karena ingat liat di menu tadi ada B2-nya. Tapi di tengah2 makan, saya liat ada kartu nama restorannya. Ternyata ada label halal. Hmm.. jadi bingung. Tapi dengan label halal itu saya jadi lebih tenang. Saya berpikiran siapa tau masaknya dipisah, jadi nggak tercampur. hehe..

Selesai makan kami ke toko makanan Asia. Mas Ferry beli tempe dan beras. Kapan lagi liat tempe di London ya hehe. Terus, kami ke Regent St. dan Oxford St. sampai malam. Saatnya pulang, tapi saya kok rasanya bosan ya di London. Rasanya muter di situ2 aja. Akhirnya saya minta ikut sama mas Ferry ke Coventry. Begitu sampai Euston station, ternyata keretanya jalan dalam waktu 4 menit. Akhirnya kami lari2an menuju loket dan ke jalur 4. Begitu naik, kereta langsung jalan. Phew, just in the nick of time. Sejam perjalanan, kami tiba di Coventry. Wusss.. angin jauh lebih dingin berhembus. Saya yang biasa nggak menggigil di London pas di Coventry langsung kedinginan. Sampai di apartemen mas Ferry, saya ketemu dengan teman sekamar yang juga teman kuliahnya sejak S2, Chris dari Taiwan. Waaaww fasilitas lengkap. Ada heater, TV, dapur dan home appliances, sampai TV LCD. Keren deh pokoknya. Untuk makan, kami pesen di restoran Chinese food dekat apartemen. Lagi2, karena saya ragu, saya cuma pesen sayur2an walaupun nggak jamin minyak apa yang dipakai untuk masak. Tapi berhubung nggak ada makanan lain, bismillah aja deh. Mudah2an nggak aneh2 makanannya.
Besok pagi (23/11) waktu saya bangun mas Ferry ternyata lagi belajar. Wih, keren juga. Jadi makin semangat pengen lanjut sekolah. Kayaknya suasananya enak buat belajar di sana. Mas Ferry cerita tentang Game Theory, bidang yang dia ambil untuk S3-nya. Asik juga lho. Saya sampai dikasih lihat buku2 referensinya. Makin ngiler aja untuk lanjut sekolah. Mudah2an bisa tahun depan deh amin..
Sebelum mas Ferry ajak jalan keliling kota, saya masak nasi goreng. Doyan juga dia rupanya. Dia selama ini nggak pernah masak katanya, soalnya nggak pernah enak. Hehehe.. Selesai sarapan, kami langsung ke toko O2 untuk beli iPhone. Bukan apa2, sejak pagi HP saya rusak dan nggak bisa nyala. Demi komunikasi (nyari pembenaran aja sih sebenarnya ;p) saya akhirnya mau beli iPhone. Padahal sehari sebelumnya mas Ferry udah bujuk2 untuk beli, tapi saya tolak mentah2 karena anggaran terbatas. Dari situ, kami ke pasar untuk unlock iPhonenya. Ternyata butuh waktu sehari. Berhubung besok harinya saya harus pulang ke Indonesia, saya urungkan niat. Ya sudah, akhirnya kami ke Starbucks di alun2 kota, mas Ferry oprek2 iPhone saya sambil kasih tau cara ini itu untuk nambah aplikasi di iPhone.
Jarum jam menunjuk di angka 12, kami harus kembali ke urusan masing2. Saya harus kejar kereta jam 1 ke London, sementara mas Ferry jam 2 ada kuliah. Jadinya kami ke apartemen, ambil barang masing2 dan naik bis ke arah Warwick. Saya turun di halte stasiun kereta dan berpisah dengan mas Ferry di sana. Setibanya di London, lagi2 saya ke Oxford St. Apalagi kalau bukan untuk cari oleh2 pesanan teman2 dan keluarga yang belum kebeli. Malam terakhir di kota London, saya benar2 menikmati suasana. Sedih rasanya harus ninggalin London. Berkesan dan berarti banget. Insya Alloh bisa ke sana lagi. Amin.
Besok paginya (24/11) jam setengah 7 pagi, masih gelap gulita saya meluncur ke Colindale station untuk ambil Tube ke arah bandara Heathrow. Dari Northern Line, saya ganti di King's Cross St. Pancras karena pergantian stationnya ada eskalator, jadi nggak perlu angkat koper yang superberat dan hampir overbaggage itu hehe. Sekitar 1,5 jam perjalanan, saya tiba di bandara dan check-in. Belanja makanan seperlunya di World Duty Free Shop, akhirnya tiba saatnya meninggalkan London penuh kenangan. Next destination? ^.^

21 November 2009

Long Trip to London (4)

Hari kelima kursus, akhirnya selesai juga. Nggak kerasa. Sedih juga. Baru mulai akrab ngobrol sama temen2 bank sentral lain, eh udah pisah aja. Tadi saya nggak ikut sampai selesai karena harus Jumatan. Saya pergi ke East London Mosque di Whitechapel, London Timur. Ternyata di situ komunitas orang2 Bangladesh. Meskipun adzan jam 11.46 tapi sholat Jum'atnya sendiri jam 1.05. Jadi sekitar 50 menit setelah adzan, khutbah baru dimulai. Khutbah pertama pake bahasa Arab, Bengal, baru deh pake Inggris. Awalnya ngerasa asing juga sholat di sana. Ada beberapa kebiasaan yang nggak pernah saya liat di Indonesia. Mulai dari adzan yang sampai 3 kali, khutbah 3 bahasa, bahkan Qur'an dengan gaya tulisan yang nggak biasa. Tapi itulah seninya sholat di negara lain.

Setelah sholat, saya ke halal fastfood restaurant deket masjid. Dari sana, saya meluncur ke Covent Garden untuk cari barang titipan Bunga. Walaupun deket, tapi saya harus ganti 3 kali Tube. Dari Hammersmith, Northern, nyambung ke Piccadilly line. Begitu sampe, mmm... OK, agak2 bingung ternyata. Instruksi Bunga, keluar dari stasiun belok kanan. Tapi saya belok kanan malah ada Covent Garden Market dengan ratusan toko berjejer di sana. Keren juga tempatnya. Anyway, setelah muter2 nggak jelas kebingungan, pas banget saya nemu denah Covent Garden. Liat index, taddaaa.. ketemu deh. Saya langsung ke sana. Tanpa basa basi langsung gesek, cabut deh. Bingung mau ke mana, saya cuma liat2 sekitar sambil fotoin beberapa bangunan. Sambil jalan nyari Tube terdekat untuk pulang karena ngerasa udah nggak ada tujuan lagi, eh tiba2 di sudut mata ngeliat kapal ferry. Ternyata Thames River. Huaa.. Tanpa basa basi saya langsung meluncur ke arah sungai, nyebrang jembatan, keliatanlah semua. Mulai dari London Eye, Big Ben, Gedung Parlemen, Westminster Abbey, dsb. Akhirnya saya putusin untuk jalan kaki ke sana. Sambil jalan, saya foto beberapa spot menarik. Dalam waktu kurang dari satu jam, saya udah sampe di semua tempat yang saya liat dari jembatan di kejauhan tadi. Dengan cueknya saya foto diri sendiri karena ngerasa nggak enak kalo minta tolong foto terus hehehe.. Saya berkeliaran di daerah Big Ben tanpa peta. Jadi saya gambling aja untuk nemu underground terdekat untuk pulang. Sambil jalan, saya lewat Downing Street dan ketemu Trafalgar Square. Sayang udah malem, jadi saya nggak foto2 di sana.

Kaki rasanya capek banget. Di saat yang sama, saya baru inget bag hanger pesenan temen. Karena udah gelap (meskipun masih jam 5-an) dan capek, saya akhirnya putusin untuk pulang. Besok lanjut jalan lagi aja. Entah ke mana. Wales, Greenwich, atau ke Scotland sekalian. Gimana cuaca, mood, uang, dan hasil survei nanti malem ^_^

19 November 2009

Long Trip to London (3)

Kemarin (18/11) akhirnya agenda social event yang diselenggarain sama penyelenggara kursus terlaksana juga. Kami nonton Jersey Boys di Prince Edward Theatre, Old Compton Street. Kalo mau ke sana gampang, tinggal naik Central Line, turun di Tottenham Court Road Underground. Persis di ujung timur Oxford Street.
Cerita drama ini terinspirasi dari kisah nyata Frankie Valli dan The Four Seasons. Mereka yang berasal dari working class di jalanan New Jersey, dengan logat Jersey yang kental, menghadapi lika liku menuju ketenaran sebagai kelompok vokal legendaris di AS. Lagu2nya keren, kayak Can't Take My Eyes Off of You, Big Girls Don't Cry, sampai Walk Like a Man. Suara para pemain sekaligus penyanyinya top abis. Haaahh.. masih kerekam jelas banget di otak teater tadi malem. Sebanding lah dengan harga tiketnya yang 60 pounds. Wah, pokoknya highly recommended deh. Kalo ada yang mau nonton, dateng aja ke sana. Dijamin nggak bakalan nyesel ^_^

17 November 2009

Long Trip to London (2)

Hari kedua di London, saya berangkat kursus tadi pagi naik Tube dari Colindale ke Bank. Waktu tempuh satu jam sharp, mulai dari wisma sampai Bank of England, termasuk jalan kaki. Sepanjang jalan, saya belajar dan liat banyak hal. Pertama, di sini mereka sangat suka baca, entah itu buku, koran, atau lainnya. Kedua, tertib yang nggak ada duanya. Mulai dari eskalator, masuk stasiun, sampe nyebrang jalan pun mereka kasih kesempatan buat pedestrian. duh keren banget dah. Kapan ya Indonesia kayak begini hihihi.. Ketiga, mereka baik dan ramah. Ngapain2 mesti bilang terima kasih. Seneng banget dengernya, secara di negeri sendiri kayaknya belum membudaya. Liat tuh adik saya sendiri, udah saya amuk berapa kali gara2 nggak sadar bilang terima kasih kalau habis berinteraksi sama orang hihihi..
Kesan pertama liat London, FANTASTIC. Setelah seharian kemarin terkurung di country side London, Colindale, yang masuk Zone 4, akhirnya liat kota London asli, lengkap dengan hiruk pikuk kendaraan dan bule yang berseliweran, double decker, dan penumpang Tube yang berdesakan buat nyari sesuap nasi, eh.. roti ;p
Sampai di Bank of England, bangunannya duh klasik banget. Sayang nggak boleh difoto. Untuk kursus hari pertama ini, it was good. Materinya ada yang enak, ada juga yang bikin ngantuk. Yang jelas, pesertanya pinter2. Pinter ngomong Inggris jelas, tapi mereka juga pinter secara keilmuan. Pinter bersosialisasi juga. Kalo saya mah boro2, masih a-i-u-e-o ;p
Selama acara, agak repot juga kalo lagi break dan makan. Bingung, karena takut nggak halal. Pas makan siang saya cuma makan sayur rebus. Makan malam diajak sama penyelenggara kursusnya ke Barcelona Tapas Bar. Yap, dari namanya it is the real bar. Seumur hidup akhirnya masuk bar juga. Bertentangan dengan prinsip selama ini sih. Hiks, I felt guilty and terribly sorry. Bahkan sepanjang acara saya nggak banyak dengerin apa yang lagi diomongin sama sesama pesertam, soalnya berusaha mencari pembenaran buat tindakan saya malam tadi. Saya beranggapan, toh saya nggak minum alkohol. Makanan di sana juga nggak saya sentuh karena nggak jelas statusnya. Yang saya minum cuma pure orange juice. Yah, walaupun bisa jadi gelasnya bekas minum minuman keras dan nyucinya nggak bersih, sisanya masih ada yang nempel di pori2 gelas yang sebesar atom, bla bla bla. Hmpf.. nyesel juga. I think it's time for me to dare say no for everything what I believe in..

15 November 2009

Long Trip to London (1)

Setelah setahun lebih nggak dinas, alhamdulillah akhirnya dinas lagi. Sekarang bukan untuk presentasi, tapi ikut kursus tentang pemodelan ekonomi. Terus terang persiapan agak kurang. Selain belum baca materi yang direkomendasiin sama penyelenggaranya, CCBS, juga belum banyak yang direncanain selama di London. Belum tau jelas kota apa aja yang mau didatengin, belum tau mau naik apa aja. Tapi kalo survei mesjid, tempat beli oleh2, tempat beli makanan halal, dan transportasi ke CCBS sih udah. Untuk colokan listrik, berdasarkan pengalaman dinas ke Aussie yang lalu, saya coba browse di internet bentuk colokan di Inggris. Saya coba cari ke toko serba ada di Jakarta ternyata juga nggak ada.
Dengan persiapan yang seadanya, berangkat juga kemarin (14/11) ke London. Saya naik Singapore Airlines. Transit di Singapore sekitar 1,5 jam. Liat Changi Airport tuh jadi malu juga liat bandara kita tercinta. Well, gimanapun tetep cinta Indonesia pastinya ^_^
Perjalanan panjang selama 14 jam nonstop dimulai sekitar jam 23.00 waktu Singapore. Sepanjang jalan saya tidur bangun terus. Rasanya nggak nyaman duduk berjam-jam. Kadang ngobrol sama Ibu2 dari Australia di sebelah, kadang main game, kadang liatin peta posisi pesawat, kadang dengerin lagu, bahkan sampe nonton Harry Potter dan Cinlok segala hahaha...
Tapi emang sih, seperti yang diceritain sama orang2, Singapore Airlines emang enak fasilitasnya. Kursi lebar dan empuk, space luas, banyak hiburan, dan makanan juga berlimpah. Cuma sayangnya saya lupa minta makanan halal. Awalnya saya kira kalo mau minta makanan halal waktu pas check-in. Ternyata kata pramugarinya harus request online. Ya udah deh, saya makan crackers aja. Tapi nggak berapa lama pramugarinya nawarin cup noodle yang berlabel halal produk Singapura. Ya udah saya makan aja, biarpun pake styrofoam dan berbahan pengawet hehehe..
Sesampai di London, saya dijemput sama pemilik wisma Indonesia tempat saya menginap. Tadinya saya mau naik Tube, sebutan untuk kereta bawah tanah di Inggris. Tapi info dari temen yang lagi S3 di sana, tanggal 14-15 Nov ini lagi ada maintenance, jadi nggak jalan di sejumlah besar trayek, termasuk yang dari bandara Heathrow London ke Central London. Ya udah saya minta dijemput aja. Agak mahal sih, sekitar 50 poundsterling. Tapi terpaksa, daripada repot lagi.
Sampai di London, saya disambut dengan 9 derajat Celcius suhunya yang menggigit, mana hujan pula. Tapi pas agak siang sih lebih bersahabat cuacanya. Di wisma saya kenalan dengan beberapa penghuni yang menyewa kamar untuk beberapa waktu yang lebih panjang karena dinas atau studi. Mereka ajak saya belanja di ASDA. Saya ke sana naik bus Double Decker yang ternama itu. Canggih ternyata. Untuk naik itu, saya beli Oyster dulu, semacam kartu magnetik sebagai karcis masuk berbagai moda transportasi di London seperti Tube, Bus, dll. Harga beli pertama 3 pound. Kita bisa isi senilai tertentu dan bisa diisi ulang kalo udah mau habis. Kayak pulsa telepon gitu deh jadinya.
Di ASDA ternyata barang2nya murah2, ada stand tersendiri untuk makanan halal, juga produk2 di sana (dan saya Inggris secara umum juga) disertai dengan beragam info, misalnya tanpa pengawet, kandungan nutrisi, cocok untuk vegetarian, dll. Informatif deh pokoknya.
Sejauh ini, kesan kota London bagus di hari pertama. Semoga akan tetap begitu dan jauh lebih baik tentunya selama saya tinggal di sini untuk beberapa hari ke depan ^_^

03 November 2009

My first work out...

Kemarin diajakin Alis ke Fit by Beat, salah satu tempat fitness centre di bilangan Kuningan. Berhubung deket kosan, ya tinggal jalan kaki aja. Sebenernya saya sih belum join, tapi diajakin trial di sana. Toh ga bayar ini, ga ada salahnya hehe..
Awalnya saya nggak mau karena nggak pede. Mikirnya sih, jangan2 orang pada ngeliatin dengan herannya liat orang kurus sok2 mau angkat beban ;p
Tapi untung bareng sama yang lain, jadi bisa sambil ngumpet2 hehe..
Saya sempet nyoba treadmill, sepeda, dan yoga. Khusus Yoga, ternyata nggak sedamai yang dikira. Saya sibuk menyeimbangkan diri, belum nahan berdiri satu kaki dengan posisi badan miring ke sana ke mari, bikin paha gemeteran nahan berat wehehehe.. Tapi seru banget. Jadi pengen ikutan fitness, cuma masih nimbang2 untung ruginya. Murah sih, tapi takut kalo sering lembur dan jadi jarang olahraga ya percuma juga. Mau yang murah meriah dengan lari sendiri ke Senayan tiap Minggu pagi juga udah ga pernah dijabanin lagi, ngantuk berat gara2 lembur hihi..

21 Oktober 2009

Dilema nih..

Lagi ngadepin dilema. Sebenernya untuk persiapan sekolah taun depan, saya harus nyiapin skor TOEFL supaya memenuhi syarat, min. 600 euy. Sementara skor saya masih di bawah itu. Hmm.. kemaren udah nego ke bos, tapi kayaknya emang belum jodoh kursus sekarang. Soalnya kerjaan lagi banyak banget. Masih untung di rapat kemaren ada satu kerjaan yang dipindah jadi program kerja 2010. Agak lega dikit sih hehehe.. Emang sih, kursus buat sekolah ini kan ujung2nya investasi buat kantor juga, tapi ya tetep aja, untuk masa sekarang kok rasanya nggak pas gitu ya.
Selain untuk nulis buku, kerjaan sekarang juga nyiapin paper untuk program kerja akhir taun ini. Mana saya juga ada rencana dinas ke luar bulan depan. Waktu makin banyak yang kesita. Ya udah, kebayang bakal sering lembur akhir taun ini. Makanya sempet agak ragu mau minta ijin bos. Sayang juga kan kalo udah bayar jutaan buat kursus tapi nggak pernah dateng. Daripada rugi, mendingan ditunda dulu aja kali ya kursusnya. Atau cari kursus yang wiken aja, cuma ya risikonya lama banget, bisa sampe 6 bulan.
Banyak yang harus dipikirin. Persiapan sekolah, nabung buat nikah juga. Bukannya udah pasti mau nikah sih, secara calonnya aja belum ada hihihihi.. Cuma kan buat antisipasi kalo2 ternyata nikah taun depan, kan pasti perlu biaya gede, minimal mendatangkan serombongan keluarga besar saya dari Papua sana ke tanah Jawa sini :p

Berpikir, menimbang, memutuskan, lakukan...!! ^_^

12 Oktober 2009

Selamat Menempuh Hidup Baru, Iwan Adikku

Lima hari ke belakang, saya pergi ke Makassar untuk menghadiri pernikahan adik kandung saya yang nomor 3, Iwan. Berhubung Iwan dapat gadis keturunan Bugis, jadi pernikahannya dilangsungkan di Makassar. Saya ambil cuti 3 hari sejak Rabu (7/10). Sesampainya saya di sana, saya langsung ikut membantu mengurus persiapan pernikahan, mulai dari mencari seserahan, hiasan mobil pengantin, sampai mencari mas kawin. Semua dilakukan dalam 2 hari. Saking sibuknya mengurus ini dan itu, sampai2 tugas kantor yang harusnya saya selesaikan minggu lalu jadi nggak tersentuh.

Menjelang pernikahan, saudara2 dari Manokwari dan Nabire berdatangan. Kami semua menginap di Hotel Panakkukang. Dari namanya, memang lokasinya di dekat Mall Panakkukang, salah satu mall terbesar di sana. Kami nggak banyak jalan2 atau berwisata karena harus membantu acara adik supaya semuanya lancar.

Akhirnya, hari besar pun tiba. Menjelang akad nikah di Jumat pagi (9/10) yang cerah, ternyata listrik padam. Dari pengakuan saudara2 baru saya di sana, memang akhir2 ini Makassar sering mengalami pemadaman listrik bergilir. Berhubung waktu sudah mepet dengan waktu sholat Jumat, akhirnya akad tetap berjalan tanpa listrik. Alhamdulillah ijab kabul berjalan dengan baik. Terharu dan sedih rasanya. Adikku akhirnya menikah dan melepas status lajangnya. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Amin.

Selesai akad, kami langsung pulang ke hotel dan sholat Jumat. Menjelang sore, saya putar2 kota Makassar untuk cari konsumsi teman2 Iwan yang latihan Pedang Pora di Gedung Manunggal tapi nggak dapat. Akhirnya saya hanya jemput Iwan dan Fitri, calonnya. Kami langsung meluncur ke hotel, istirahat sebentar, langsung siap2. Iwan dan Fitri dirias sama mama sendiri. Hasilnya keren deh.

Begitu jam setengah 7 malam, dengan diiringi Voorijder, kami konvoi ke gedung resepsi pernikahan. Setibanya di sana, Pedang Pora digelar dengan Irup Kapolwiltabes Makassar Pak Kombespol Barhanuddin Andi. Saya baru tahu tuh hehehe.. Haru banget, nggak sangka adik kecilku menikah juga dengan langkah gagah melewati tamu undangan. Terbayang betapa terharunya mama lihat Iwan di sana.
Sejam pertama acara lancar, tapi sekitar jam 8 malam, listrik lagi2 mati. Tapi setengah jam kemudian listrik nyala lagi. Padahal orang2 sempat khawatir karena biasanya kalo lampu padam bisa sampai 4-5 jam. Dengar2 sih anak buahnya pak Kapolwiltabes telpon PLN untuk dinyalakan listriknya karena ada koleganya yang sedang resepsi. Alhamdulillah.
Tapi, ternyata listrik menyala bukan akhir dari cerita sedih. Ternyata waktu listrik padam, ada orang dengan jahilnya membobol salah satu dari empat kotak angpao. Saya nggak tau isinya ludes apa nggak karena sedang urus keluarga.
Acara berlalu. Apapun insiden yang terjadi, yang penting pernikahannya lancar dan langgeng, membawa kebahagiaan dan ketenangan dunia akhirat. Amin.

Sabtu (10/10) dan Minggu (11/10) saya habiskan waktu secara penuh bersama keluarga sampai2 nggak sempat beli oleh2. Sabtu kami merayakan ultah Papi yang ke 49 di restoran seafood Kahyangan. Papi sampai terharu. Dari tempat makan, kami ke tempat mbah Aris. Dari situ, kami ke Hotel Pantai Gapura sambil minum saraba di tengah udara malam yang dingin sambil menunggu waktu kakak saya, Ato, untuk pulang ke Nabire. Berhubung tengah malam, kami nggak antar. Hari Minggu kami ke Malino. Waktu cuma habis untuk perjalanan, total sekitar 6 jam p.p. sementara kami di sana hanya 3 jam, 2 jam untuk makan, foto2, dan naik kuda. Tapi nggak apa2. Yang penting sudah menjelajahi tanah Sulawesi, impian bertahun2. Sampai di Makassar jam setengah 7, ambil barang, langsung meluncur ke bandara untuk kejar penerbangan jam 7.40. Untung bukan Jakarta, jadi nggak macet.

Selama di Makassar, waktu yang saya habiskan benar2 berkualitas. Penuh untuk keluarga. Sampai2 saya nggak sempat beli oleh2. Malahan sepupuku, Ririn, yang belikan oleh2 menjelang ke bandara. Jadi nggak enak. Makasih banyak ya Rin.

Lain waktu, saya yang menikah. Kapan dan di manakah itu? Wallahu a'lam. Yang penting tetap ikhtiar ^_^

30 September 2009

Ketika Cinta Bertasbih 2

Kemarin malam sepulang dari kantor saya sempatkan nonton Ketika Cinta Bertasbih 2. Meskipun kemasannya seperti sinetron, tapi saya tetap nonton dengan harapan ceritanya mampu membawa pencerahan dan inspirasi. Ada beberapa yang bisa saya petik hikmahnya.

Pertama, ketika permintaan ibunda Azzam kepada ayahanda Anna untuk menjadi penceramah pada saat walimah Azzam sehingga mereka pulang dengan tangan hampa, ternyata kematian menjemput sang bunda tanpa diduga dan begitu cepat. Semua sudah tercatat di Lauhul Mahfudz, dan tidak ada seorangpun yang bisa mengelak darinya. Jangan sia2kan hidup di dunia yang singkat ini dengan perbuatan tercela.
Kedua, saat Azzam untuk kesekian kalinya gagal dalam berta'aruf untuk menjalankan separuh agamanya. Dengan niat ikhlas dan dukungan kuat dari keluarganya, Azzam tidak berputus asa mencari pasangan hidupnya. Itu memotivasi saya untuk melakukan hal yang sama. Bukan seperti sekarang, berkali2 mencoba membina hubungan tapi selalu gagal karena niat yang nggak ikhlas.
Ketiga, saat Furqon akhirnya memeriksakan dirinya berkali2 untuk memastikan bahwa dia memang tidak mengidap HIV, bertolak belakang dengan hasil tes ketika dia masih berada di Mesir. membuat saya harus benar2 menyaring informasi atau masukan dari orang sebelum kita percaya dan kita yakini kebenarannya.
Keempat, orang yang merasa dirinya tawadhu', maka sesungguhnya dia tergolong orang yang takabbur. Betapa halus iblis menjerat kita melakukan perbuatan tercela melalui perbuatan baik. Ini dikupas dalam kitab al-Hikam Ibnu Athaillah. Jadi pengen belajar dan tau lebih banyak isinya.

Sebenernya masih ada beberapa yang bisa dipetik, cuma rasanya empat hal ini yang berkesan sekali. Dari KCB 2, saya membuat target baru yang harus difokuskan saat ini, (1) nikah dan (2) pelajari agama lebih dalam lagi ^.^

20 September 2009

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 Hijriyah

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar, Wa Lillahi Al Hamd

Alhamdulillah, setelah sebulan penuh kita berpuasa dan beribadah sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya di bulan yang penuh rahmah, barokah, dan maghfirah, akhirnya kita sambut hari kemenangan menyambutnya kembali fitrinya diri kita dengan penuh suka cita, teriring harapan dan doa semoga kita mencapai derajat taqwa. Amin.
Suasana yang agak berbeda saya rasakan pada lebaran kali ini. Saya nggak berlebaran dengan ibu dan saudara2 kandung. Kami hanya berhubungan lewat telpon saja. Tapi rasanya itu nggak mengurangi semangat kami untuk saling bermaafan.
Semoga dengan hati dan jiwa baru, kemenangan yang sesungguhnya dapat kita raih, yaitu bagaimana mewujudkan tempaan ibadah kita selama 1 bulan lalu mempengaruhi perilaku kita dalam 11 bulan ke depan. Semoga Alloh swt menyertai kita dengan ridhoNya. Amin.
Selamat Idul Fitri buat teman2 yang merayakan, maaf lahir batin ^_^

19 September 2009

I'm back..!!!

Setelah sekian lama vakum dari dunia blogging, akhirnya saya kembali lagi. Segudang hambatan bikin saya nggak sempet nge-blog lagi beberapa bulan terakhir ini. Mulai dari lembur, lupa, nggak ada akses internet di kosan gara2 laptop rusak, dan emang lagi kehilangan minat nulis hehehe..
Di penghujung bulan Ramadhan ini, saya nyoba untuk nulis lagi. Pengennya sih yang agak2 santai gitu ya bahasanya. Oia, saya baru aja install PC suite di netbook. Makanya ada akses internet meskipun lagi libur gini. Saya sempetin buka situs yang udah lama nggak saya kunjungi, termasuk blogger ini.
Bicara tentang Ramadhan, rasanya sedih udah mau ditinggal bulan yang suci dan mulia itu. Rasanya baru kemarin saya mengubah gaya hidup, mulai dari sholat tarawih, sahur, memperbanyak tadarus, rasa senang yang membuncah saat berbuka puasa, sampai rasa kantuk yang mendera di tengah hari karena kurang tidur. Tapi itulah seninya Ramadhan. Saat sudah mulai terbiasa dan senang dengan kebiasaan baru, tiba2 harus berubah lagi. Sedih...
Semoga rasa sedih itu malah memotivasi saya untuk tetap, bahkan lebih, membuat saya mempertahankan ibadah yang saya lakukan selama Ramadhan lalu. Ramadhan, terlalu indah untuk dilupakan. Semoga Alloh SWT mempertemukan saya sekeluarga dengan Ramadhan tahun depan dengan persiapan, semangat, motivasi, dan rasa haus akan ibadah yang lebih prima, mantap, dan baik. Amin.
Dalam menyambut hari kemenangan yang fitri bagi setiap insan muslim, saya ucapkan
"..Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiamana wa shiamakum.."
Semoga iman kita semakin tebal, derajat taqwa ditinggikan, tali silaturahim dipererat, dan akhlak semakin dimuliakan.. Amin..

08 Juni 2009

Papa Sakit

Rabu pagi (3/6) saya mendapat telpon dari ibu Gina, pengurus Panti Bunda tempat papa tinggal selama 3 tahun ini untuk mengabarkan bahwa papa harus dirawat di RS. Shock rasanya. Apalagi di saat itu juga, ibu Gina minta saya segera pulang. Dilema merangsek. Saya baru masuk kantor, sementara persiapan belum ada. Sembari menunggu keputusan dokter apakah Papa harus dirawat atau nggak, saya berusaha menenangkan diri. Sore saya dapat kabar kalau Papa akhirnya dirawat di RS Advent Bandung. Sayang saya harus lembur. Besok paginya, saya meluncur ke Bandung. Saya baru minta izin waktu di jalan via SMS hehehe.. Sampai di Bandung, saya langsung ke RS. Saya jaga papa 4 hari, sampai hari Minggu. Pas banget dokternya bilang Papa boleh pulang. Alhamdulillah nggak apa2. Papa mungkin shock karena jatuh terpeleset, jadi reaksi badannya yang memang sudah lemah karena stroke itu bikin Papa tambah lemah. Keluar dari RS alhamdulillah Papa udah jauh lebih baik. Semoga Papa senantiasa diberi kesehatan. Amin ^_^

01 Juni 2009

Dua hari di Surabaya

Dua hari kemarin saya dan beberapa teman, Alis, Andhi, Ihsan, Dony, Titi, Ona, dan Sapto pergi ke Surabaya untuk menghadiri resepsi pernikahan Asti. Untuk itu, saya mengorbankan teman selantai, mas Pandri, yang juga melakukan resepsi pada weekend kemarin. Tapi saya sudah minta maaf sebelumnya secara pribadi via SMS sekaligus menghaturkan doa semoga pernikahannya lancar dan segera dikaruniai momongan.
Hari pertama, kami berangkat dengan diliputi emosi hihihi.. Bukan apa-apa. Sebenarnya yang jadi pangkal persoalan adalah miskomunikasi antar-kami sendiri. Sebagian dari kami nggak tahu kalau taksi sudah dipesan dari sekitar jam 4 pagi, tapi sebagian kami yang lain beranggapan (karena nggak dikasih tau atau nggak mau nanya ;p) kalau berangkatnya jam 5. Alhasil, karena saling menunggu, kami berangkat di waktu yang terpisah. Alis, Andhi, Dony dan Sapto berangkat duluan karena jeng Alis nggak mau terlambat check-in. Lagian, di antara kami, cuma Alis yang nge-print tiketnya hehehe.. Jadi, dengan penuh inisiatif, Alis minta berangkat duluan. Saya, Ihsan dan Ona berangkat terakhir karena harus menjemput Titi dulu. Saya sampai di Terminal 3 sekitar pukul 6. Setelah check-in, sarapan sebentar, langsung boarding deh. Di pesawat, anak-anak tidur sementara saya baca jurnal. Setibanya di bandara, kami sudah dijemput Liana, the so-called mami Lili J Dengan mobilnya, mami Lili berbaik hati mengantar kami ke wisma Telkom, Green House, di kawasan Ketintang yang sudah dia pesan sebelumnya. Dari situ kami diajak sarapan ke Pecel Madiun nggak jauh dari wisma. Enak banget nasi pecelnya. Hmm.. yummy. Surprisingly, makanannya selain enak juga murah. Kami bersembilan hanya menghabiskan 80,500 rupiah, sudah termasuk minum. Kesan ini yang selalu saya temukan di beberapa kota di Jawa, antara lain Semarang, Solo, Yogya, dan Tegal.
Setelah sarapan, kami langsung dibawa ke museum House of Sampoerna. Di sana, dipaparkan secara lengkap mengenai sejarah pendiri PT. H.M. Sampoerna. Mulai dari datangnya sang pendiri dari daratan Cina ke Surabaya, meskipun harus terpisah dengan saudara perempuannya karena diadopsi keluarga Cina di Singapura akibat keterbatasan biaya. Singkat cerita, dengan ketekunannya, perusahaan yang dia dirikan mampu berkembang seperti sekarang ini.
Selepas dari museum, kami ke Jl. Anggrek untuk makan siang dengan menu spesial bebek goreng H. Slamet. Kata mami Lili, nggak lengkap rasanya kalau ke Surabaya belum nyoba bebek pak Slamet ini. Selesai makan, kami ke rumah saudara Ihsan yang masih terhitung mbahnya. Tapi lucunya, yang banyak ngobrol bukannya Ihsan tapi malah mami Lili, soalnya dulu kan mami Lili kerja di Telkom dan mbahnya Ihsan pegawai Telkom juga walaupun beda divisi gitu. Lebih lucunya lagi, mbah inget mami Lili tapi mami Lili nggak inget mbah, blas.. ;p
Selesai silaturahmi, kami pulang ke wisma karena pada capek. Lumayan bisa istirahat sekitar 2 jam. Jam 7 malam kami berangkat ke kawinan Asti di Graha Sativa, Bulog. Makanannya enak-enak lho. Kata mami Lili sih itu catering nomor 1 di Surabaya. Dari rencana 1 jam di resepsi, akhirnya kami bertahan di sana 2 jam, pada nggak tahan untuk makan, foto2, dan ngobrol2. Hehehe.. setelah rapat kecil di depan lobi gedung, kami memutuskan ke Tunjungan Plaza (TP). Kata mami Lili sih lagi ada diskon gede2an dalam rangka ultah Surabaya. Namanya Surabaya Shopping Festival. Akhirnya kami meluncur ke sana. Ternyata jalanan macet luar biasa. Sekitar 1 jam kemudian kami sampai di TP. Memang diskon sih, tapi ternyata barang2nya masih tetep mahal, dan masih kayak di Jakarta. Jadinya kami nggak belanja. Merasa nggak worthed dengan perjuangan kami menuju TP dengan macetnya yang luar biasa, akhirnya mami Lili dan mas Aji berusaha menghibur dengan mengajak ke GWalk sambil melewati Dolly. Hahaha.. Serius, saya baru tau apa itu Dolly. Yang mami bilang itu bener. Ternyata wanita2 itu dipajang layaknya ikan dalam aquarium. Alin sampai komentar, “walah, kok ono sing lemu” hihihi.. Nggak habis pikir. Kok bisa ada tempat sebebas itu dengan orang2 yang berseliweran dengan cueknya. Tapi itulah dunia ckckck.. Sesampainya di GWalk, kami makan2 sambil bercengkerama. Foto2 sebentar, pulang deh, soalnya kami semua kecapekan karena sudah pergi dari pagi.
Seperti diduga, kami semua bangun kesiangan karena pulang jam 2 dini hari, tapi Alhamdulillah sholat shubuh nggak telat hehehe… menjelang siang kami sarapan di seputaran Ketintang juga, lalu lanjut ke Waterpark di kawasan kota satelit. Atas saran mami Lili, kami beli tiket di pinggir jalan seharga Rp 50,000 per orang, selisih Rp 25,000 dari harga resmi yang dijual di loket. Lumayan lah penghematan. Dengan waktu yang tersisa menjelang pulang ke Jakarta, kami langsung berenang dan meluncur sepuasnya di hampir semua wahana yang ada. Hanya sekitar 1 jam kami berwisata air. Sekitar jam 1 siang, kami langsung tancap gas ke arah bandara Juanda untuk penerbangan jam 2.50. Saking ngegasnya, mobil sampai mau terguling hihihi.. Padahal udah ada peringatan kurangi kecepatan, tapi tetep aja digas. Aduh, sampe istighfar. Alhamdulillah nggak kenapa2. Sampai di bandara tepat jam 2, Alis check-in, eh ternyata jadwal penerbangan dimajukan. Jam 2.15 harus sudah boarding. Begitu ketemu mami Lili dan mas Aji, kami langsung pamitan. Dony yang memang sejak kemarin nggak bareng kami karena ada acara sendiri dengan temannya, hampir saja ketinggalan pesawat karena baru sampai bandara jam 2.20.
Yah, akhirnya kami tiba di Jakarta sore hari dengan kenangan tak terlupakan selama di Surabaya. Thanks to mami Lili and mas Aji for making our trip came true. Makasih banyak atas kebaikan dan kesabaran kalian yang tak terhingga, memungkinkan kami bisa menikmati Surabaya sedapat yang kami bisa dengan segala fasilitas, kemudahan, dan kenyamanan yang diberikan. Semoga Alloh SWT membalas kebaikan kalian. Amin ya robbal ‘alamin.
Makasih ya teman2 atas waktunya yang menyenangkan. Insya Alloh sampai bertemu lagi di perjalanan berikutnya yang pastinya nggak kalah serunya. Amin J

14 Mei 2009

Ikhlas

Naif, dulu saya berpikir bahwa yang namanya hati bersih - di antaranya ditandai dengan kemampuan kita berlaku adil, sabar, jujur, ikhlas, dan teguh pendirian - hanya hinggap pada hati orang-orang yang dari sananya sudah begitu. Tapi, ternyata semua itu bisa diraih dengan usaha yang tentu tidak mudah.
Ikhlas. Kata yang mudah diucapkan tapi sulit dalam penerapannya. Ikhlas yang timbul dari hati menandakan bahwa kita sepenuhnya melakukan sesuatu dengan sukarela tanpa mengharap imbalan dari pihak lain, entah itu pujian atau materi. Jujur, saya dulu orangnya sangat tidak ikhlas. Kalau memberi suka mengungkit-ungkit; kalau ada makanan rasanya tidak ikhlas kalau harus memberi jatah lebih banyak ke orang lain; dan kalau ada pengambilan keputusan yang merugikan saya, saya seringkali ngedumel dan sakit hati. Tapi itu dulu. Bukan berarti saya sekarang sudah menjadi orang yang 100% ikhlas, tapi rasanya saya sedang berproses menuju itu. Sekarang, saya merasa jauh lebih baik dengan keadaan saya sekarang. Rasanya, beban yang harus dipikul untuk memikirkan orang lain sudah tidak ada. Saya merasa hidup lebih ringan karena tidak harus memikirkan orang lain yang "lebih" dari saya. Saya nggak bisa mengungkapkan bagaimana rasanya menjadi orang yang lebih ikhlas dari sebelumnya meskipun masih jauh dari harapan. Tapi setidaknya satu saran saya, cobalah. Tidak ada ruginya mencoba. Dijamin, hidup lebih tenang, bebas rasa gelisah ^_^

06 Mei 2009

Lupa

Lupa berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna 1. lepas dari ingatan; 2. tidak teringat; 3.  tidak sadar; dan 4. lalai, tidak acuh.
Satu kata ini memiliki makna penting dalam hidup saya. Bagaimana tidak. Rasa-rasanya, banyak hal penting yang dulu rasanya mudah saya ingat, sekarang menjadi agak sulit. Sebagai gambaran, masih banyak artikel yang pernah saya baca di koran semasa kecila yang masih saya ingat. Bahkan hal sepele sekalipun. Itu dulu. Sekarang lain cerita. Kejadian awal yang membuat saya mulai menyadari hal itu adalah ketika akan menghadapi UMPTN hari kedua. Ada mata pelajaran Biologi yang harus saya hafal tapi ternyata saya sangat kesulitan untuk melakukannya. Hari berganti hari, rasanya semakin banyak yang mudah saya lupakan. Parahnya, lupa sering saya alami setelah mulai bekerja. Terkadang, ada beberapa dokumen atau hal penting yang pernah diutarakan oleh atasan tidak saya ingat, padahal itu sangat krusial untuk tim kerja. Di saat lain, beberapa barang berharga sering ketinggalan di kantor atau taksi, seperti dompet, telepon selular, atau kunci kamar kos. Terakhir, karena sering lembur, sampai lupa bayar tagihan dua kartu kredit. Meskipun tidak fatal, tapi cukup mengganggu pikiran saya. Untungnya, lupa hanya terjadi di hal-hal kecil. Alhamdulillah, penyakit lupa tidak hinggap setelah saya baca dan pelajari buku-buku.
Untuk penyakit yang satu ini, ada baiknya saya mencari solusi masalah yang satu ini. Ada yang menyarankan makan suplemen yang mengandung Ginkgo Biloba, sampai ada yang memberi usul makan Habbatussaudah (jinten hitam) yang dalam hadits Nabi saw bisa menyembuhkan penyakit. Hmm.. patut dicoba ^.^

16 April 2009

Scottweg a.k.a. Budi Kemuliaan

Sedihnya udah lama nggak ngeblog. Sibuk sih *klise banget alesannya ;p
Barusan baca salah satu surat kabar nasional. Ada liputan mengenai Scottweg atau Gang Scott. Berhubung saya suka baca artikel tentang latar belakang historis penamaan letak geografis. Ternyata, Scottweg itu merupakan sebuah jalan yang sekarang dikenal dengan nama Budi Kemuliaan. Jelas nama itu tidak asing, karena persis di pinggir kantor. Malahan cubicle saya menghadap ke Budi Kemuliaan.
Scottweg diambil dari nama salah satu penghuni di sudut utara jalan itu (kini berubah menjadi gedung perusahaan telekomunikasi) bernama Scott dan berkebangsaan Skotlandia. Dia merupakan seorang pengawas perdagangan opium atau candu di masanya. Hebat juga, pengawas perdagangan barang seperti itu bisa sampai diabadikan namanya.
Dalam artikel tersebut, terungkap bahwa ternyata di Scottweg sempat berdiri bangunan gereja Armenia. Sesuai namanya, memang kebanyakan jemaatnya berkebangsaan Armenia yang mayoritas menganut kristen ortodoks. Namun, bangunan gereja sudah digusur oleh proyek Bank Indonesia tahun 1964. Di jalan yang sama, ternyata sempat berdiri rumah dinas residen Batavia.
Dari foto yang disertakan, Scottweg tampak teduh, tidak mencirikan sebuah jalan di kota besar Jakarta. Seandainya saja Jakarta dan kota2 besar lainnya masih teduh seperti itu, sepertinya isu pemanasan global tidak akan terlalu bergema. Barangkali...

04 Maret 2009

Menjelajahi Wonogiri dan Sekitarnya

Wah, sayang kalau acara jalan2 2 minggu yang lalu disimpan di kepala tanpa dibagi ke orang lain.Bulan Februari lalu, tepatnya tanggal 21/2, saya dan beberapa teman kantor berangkat ke Wonogiri untuk menghadiri pernikahan mba Sundu. Niat kami ke Wonogiri bukan hanya menghadiri pernikahan, tapi juga wisata kuliner dan belanja di seputaran Solo dan Yogya. Dengan persiapan matang oleh teman2 seperti Yanfit, Myrna, dan mba Tri, akhirnya kami berangkat juga. Meskipun sempat delay, tapi rasa lelah terbayarkan dengan pesawat Airbus baru yang nyaman. Apalagi mas Pandri dan Bu Yati yang sempat dongkol karena terlambat tahu kalau penerbangannya ditunda. Yanfit yang di SMS oleh maskapai penerbangannya jam 2 dini hari itu sempat mengirimkan SMS ke teman2 yang lain. Sayangnya Bu Yati baru membaca SMS di taksi, sementara mas Pandri karena panik bangun jam 5, alhasil dia sampai sholat di taksi dan baru tahu pesawatnya delay ketika hampir tiba di bandara. Yah, senggaknya tetap ke Wonogiri juga kan :) Sekitar jam 10.00 kami tiba di bandara Adi Sutjipto, berfoto sebentar sambil menunggu mobil sewaan, lalu meluncur ke Rumah Makan Mbok Berek di dekat bandara. Pukul 10.30 kami berangkat menuju Wonogiri. Mengingatnya mepetnya waktu, supir membawa kami melintasi jalur alternatif supaya cepat sampai di Wonogiri. Tapi ternyata tempat nikahannya masih 1 jam lagi dari Wonogiri. Di jalan sudah mati gaya, ngobrol sudah, makan sudah, nyanyi sudah, tidur sudah, wah udah nggak tau lagi mau apa. Dengan energi yang tersisa karena lapar, akhirnya sekitar pukul 13.15 kami sampai di Ds. Slareng, Hargantoro, Tirtomoyo, Wonogiri. Waw.. daerah ini pertama kali kami kunjungi. Di pelosok ternyata, bahkan kata warga sana, bukit balik rumah mba Sundu sudah masuk Pacitan, Jawa Timur.Setibanya di sana, kami malah disambut pengantin yang menunggu sekitar 1 jam setelah acaranya selesai. Ya, ternyata acara sudah selesai dan mempelai menunggu kami. Lelah pasti, tapi kami langsung disuguhi makanan tradisional yang bukan main enaknya, ditemani teh manis hangat. Sambil makan kami berfoto bersama. Keceriaan meliputi kami dan keluarga mempelai. Sekitar 1 jam lamanya kami di sana. Sebelum pulang kami sholat dulu. Selesai itu, kami langsung meluncur ke Solo sekitar jam 14.30 untuk belanja batik. Tampaknya tidak terkejar ke pasar Klewer, dan nyatanya memang demikian. Akhirnya kami sempatkan mampir di Laweyan saja. Masih buka ternyata beberapa tokonya. Di sana saya mendapat satu batik yang dipilihkan Elok. Warnanya unik dan desainnya menarik. Setelah satu jam "ngubek2" Laweyan, kami ke Orion untuk beli oleh2, terutama Intip titipan bos hehe..Waktu sudah menunjukkan pukul 18.30, kami pun langsung ke Yogya untuk mengejar makan malam. Setibanya di Yogya sekitar pukul 20.00 kami langsung ke Sate Samirono di daerah Kolombo. Saya ketemu Wedang Uwuh lagi lho. Sambil bersenda gurau dan foto2 kami dengan lahapnya menikmati sate kambing yang tersaji di meja.Sekitar pukul 21.30 selesai makan kami langsung meluncur ke hotel untuk istirahat dan mandi.Keesokan harinya, kami check in pukul 05.00 pagi ke bandara. Dengan maskapai penerbangan yang sama, kami tiba di Jakarta sekitar pukul 08.00. Sekelumit perjalanan singkat kami ke Wonogiri tidak layak untuk dilupakan. Sampai jumpa di pernikahan berikutnya ^_^

16 Februari 2009

Syukuran

Alhamdulillah rencana kami untuk mengadakan acara syukuran atas apa yang telah kami peroleh selama ini bersama adik2 yatim piatu dan dhuafa di Panti Aisyiyah di bilangan Setiabudi terlaksana juga. Acara berjalan lancar. Awalnya acara diadakan sekitar jam setengah 7 malam, ba'da maghrib. Tapi ternyata teman2 menunggu saya yang masih dalam perjalanan menuju lokasi dari kantor karena lembur. Makasih ya teman2.


Sesampainya saya di sana, Andhi membuka acara dengan sepatah dua patah kata tentang maksud kami mengadakan syukuran di panti. Setelah itu, bapak pengurus menyampaikan sambutannya, dilanjutkan dengan pembacaan doa. Selesai berdoa, kami langsung makan. Sofyan pesan Hoka-hoka Bento, sementara saya pesan kue tart double chocolate cake dan cup cake. Anak2 tampak senang menikmati hidangannya, apalagi barangkali belum tentu pernah mereka makan. Bahkan masih ada yang kesulitan memakai sumpit. Oia, ada lho yang nggak makan makanannya, katanya mau dibagi dengan ibunya di rumah. Wah, terharu deh dengernya T_T


Acara makan berlangsung kurang lebih 1 jam. Selesai makan, kami berfoto bersama dan anak2 segera pulang ke rumah masing2 berhubung malam semakin larut.
Terima kasih ya teman2 atas kehadiran dan sumbangsihnya dalam menyukseskan acara sosial kita yang pertama kalinya ini. Buat Sofyan, Andhi, Yudhi, Alis, Sapto, Luki, Ihsan, Hero, Narso, semuanya deh. Makasih ya. Semoga di masa2 mendatang bisa terus berlanjut. Amin ^_^

05 Februari 2009

Yogyakarta Kota Berhati Nyaman

Kata itu yang sering saya dapati selama berkunjung ke Yogya. Ternyata itu bukan sekadar istilah semata, setidaknya itu yang saya rasakan selama 3 hari libur akhir Januari lalu. Saya awalnya tidak berniat berlibur ke Yogya, tapi setelah dibujuk teman2, juga terpikir untuk bersilaturahmi dengan pakdhe Bambang sekeluarga, dan keinginan untuk memberi kejutan pada teman, saya akhirnya secara mendadak memutuskan pergi ke sana. Senin saya putuskan pergi ke sana, hari Selasa ada teman kantor, Wulan, yang mendadak harus dinas ke Lhokseumawe. Tiket mudik ke Yogya yang dia punya pun dia tawarkan pada saya. Tanpa ragu langsung saya beli tiketnya. Pulang kantor, saya langsung meluncur ke stasiun. Selepas sholat, saya langsung naik kereta.

Setibanya di stasiun Tugu Yogya, saya minta tolong Yudhi jemput saya di sana. Saya diantar Yudhi ke rumah Pakdhe. Saya awalnya ingin memberi kejutan pada pakdhe, dan berhasil :D Kami mengobrol sampai menjelang setengah tujuh pagi. Dilanjut dengan sarapan dan mandi pagi, saya diantar pakdhe ke stasiun Tugu untuk beli tiket pulang. Awalnya saya mau pulang dengan Argo Dwipangga. Tapi ternyata habis tiketnya. Akhirnya saya ambil tiket Bima kelas Executive. Nggak disangka, ternyata harga tiketnya murah lho, cuma 190 ribu, beda dengan tiket keberangkatan saya yang sampai 350 ribu. Dari sana, saya diajak pakdhe dan budhe ke daerah Ngireng-ireng, Panggungharjo, Bantul, tepatnya di belakang ISI. Ternyata di sana ada rumah makan gudeg tradisional, namanya Sego Gudeg Nggeneng. Cara penyajiannya, makanan yang kita pengen langsung ambil ke dapurnya. Tapi ternyata waktu sampai di sana, sedang ada pengajian karena tetangga warung tadi meninggal. Dalam keadaan berkabung, mustahil warungnya buka. Karena itu, pakdhe langsung mengganti tujuan makan ke daerah lain, tepatnya di daerah Sumberagung, Jetis. Masih di Bantul. Nama warung makannya Mangut Lele Jetis.

Enaknya nggak terperi. Hehehe... Sayur2an mentahnya ada yang belum pernah saya makan atau lihat. Sekilas mirip rumput, tapi rasanya seperti daun pandan. Selepas makan kenyang di sana, saya kembali ke Yogya. Saya janjian dengan Yudhi dan Alis di Malioboro. Tapi saya sebenarnya mau memberi kejutan buat teman saya yang lagi datang dari Solo, Elok. Tanpa sepengetahuan dia, saya pergi ke Yogya di saat yang bersamaan dia pergi ke Yogya juga. Tapi ternyata dia sudah terlanjur naik Pramek ke Solo waktu saya sampai di Malioboro. Akhirnya selepas siang saya habiskan hari ngobrol2 di restoran di Malioboro Mall dan rumah Alis di dekat Alun2 Selatan. Selepas Maghrib, kami jalan ke Ngasem, makan bakmi godhog. Enaknya :D

Selesai makan, kami ke Ring Road Utara. Ada yang mau karaokean di Happy Puppy. Rasa capek karena perjalanan di kereta membuat saya nggak bersemangat karaoke, apalagi sampai jam 11 malam. Yang lebih nggak enak lagi, gimana pulang ke rumah pakdhe kalau beliau sudah tidur. Akhirnya dengan diantar teman2, saya pulang. Untung pakdhe nggak marah. Hehe..Keesokan harinya, saya ke Malioboro lagi. Dengan ditemani Yudhi, saya akhirnya ketemu dengan Elok dan temannya, Ryna, Alis, dan mas Erwin. Dari sana, kami ke arah Kaliurang untuk wisata alam. Tapi sebelumnya kami makan dulu di Boyong Kalegan. Suasananya kayak restoran saung khas Sunda. Makanannya lumayan enak, apalagi guramenya ;p


Nggak diduga, hujan lebat mengguyur. Jadinya kami nggak jadi ke Kaliurang. Sambil menunggu reda, kami ngobrol ngalor ngidul.
Hehehe... Ternyata hujan nggak berhenti2, jadinya kami nekad juga menerobos hujan. Tapi kami nggak jadi ke Kaliurang, tapi karaokean di Happy Puppy. Berhubung tiba2 saya teringat dengan janji mau diajak pergi pakdhe sekeluarga, mendadak di jalan saya batalkan acaranya. Akhirnya saya langsung pulang. Begitu selesai sholat maghrib, kami pergi ke daerah selatan. Kalau nggak salah di Suryowijayan. Makan bakmi godhog, terus minumnya wedang uwuh. Tampilannya sih ga menarik, tapi rasanya enak lho ternyata. Makan kenyang, tidur nyenyak, senangnya :D

Besoknya, saya diajak ke Bebeng, di sekitar kaki gunung Merapi. Pakdhe bilang kalau mall banyak, tapi kalau objek wisata begini cuma ada satu2nya ini. Kapan lagi pikir saya. Akhirnya kita ke sana. Di sana sempat berfoto depan Merapi dari jarak dekat. Kota Yogya terlihat di kejauhan. Pemandangannya bagus. Di sana saya sempat icip jadah tempe ditemani wedang jahe. Sebelum pulang, mampir ke rumah mbah Maridjan. Senang banget saya bisa ke sana. Kapan2 lagi ya pakdhe :)Siang hingga sore saya habiskan waktu di rumah. Kecuali sempat ke Beringharjo beli sanggul titipan mama. Selama saya ke Yogya, banyak bahan obrolan dengan pakdhe yang saya petik dan pelajari, mulai dari filosofi dan makna hidup, kesederhanaan, kebersahajaan, kebijaksanaan, dan kepasrahan pada Yang Kuasa. Makasih banget buat pakdhe atas nasihat2nya.Malam saya pulang, perjalanan serasa menyenangkan karena sudah melewati weekend dengan senang juga. Meskipun ternyata saya telat sampai Jakarta. Sampai Gambir jam 8 pagi, ternyata hujan lebat. Apalagi saya bawa sanggul sekotak besar. Jadi mau nggak mau saya antre taksi. Hampir sejam kemudian saya baru dapat taksi, langsung meluncur ke kosan, mandi secepat kilat, dan kembali lagi. Bos alhamdulillah nggak marah karena saya sudah ijin sebelumnya. Duh, nggak lagi deh pulang mepet2. Hehehe...

Yogya, kali ini dia berhasil mencuri hati saya. Nggak sampai 3 hari saya sudah mulai jatuh cinta pada Yogya, tanpa melupakan Bandung pastinya ;p

03 Februari 2009

27 Tahun Telah Terlewati

Apa yang sudah saya dapati dan alami selama 27 tahun ini? Yang jelas nggak sedikit.

Pertama, saya punya keluarga yang saya cintai, selalu mendukung saya dalam meniti hidup.
Kedua, saya punya teman2 yang bisa saya percaya, saya ajak berbagi, dan bisa memberi nasehat waktu saya melakukan kesalahan.
Ketiga, saya punya pekerjaan yang bisa membuat saya banyak belajar ilmu di luar apa yang pernah saya dapat selama ini, dengan rekan kerja yang bisa membuat saya senang, dongkol, sakit hati, atau sedih.
Keempat, saya merasakan titik balik yang luar biasa besar dalam kehidupan keagamaan saya. Yang jelas, saya merasa lebih puas dengan keadaan sekarang, banyak bersyukur karena kejadian apapun yang pernah saya alami ternyata banyak nilai yang luar biasa berharganya. Apa yang terjadi di keluarga saya, perlakuan teman2 saya dulu, atau kesulitan keuangan yang sempat melilit membuat saya lebih kuat berprinsip, nggak terseret dengan gaya hidup hedonis, dan mencoba menghargai setiap orang bagaimanapun menyebalkannya orang itu.Banyak harapan, cita2, dan keinginan yang tersemat di diri saya dalam menjalani tahun ke-28 dan seterusnya ini.
Saya yang jelas pengen nikah hehe.. Pengen naik haji pas masih muda, bisa berkarir dengan baik, punya usaha kecil2an yang bisa menopang keluarga, bisa kuliah lagi, dan segudang harapan lainnya. Semoga Alloh melancarkan langkah saya mencapai segala apa yang saya inginkan untuk mencapai ridhoNya. Amin. Makasih banyak buat keluarga dan teman2 yang sudah mendoakan saya untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Selamat ulang tahun Oki yang ke-27, semoga bahagia dunia akhirat. Amin Allohumma amin :)

23 Januari 2009

Cerita2 di akhir Januari

Wah, ternyata blogging menyenangkan. Belajar menulis dengan bahasa yang baik tentu saja. Saya lakukan ini bukan tanpa tujuan. Berhubung pekerjaan saya sebagai salah satu penulis buku outlook ekonomi jangka panjang, sangat dituntut kemampuan lebih dalam menulis. Saya masih ingat pada beberapa bulan yang lalu, hasil tulisan saya mengenai analisis deskriptif industri manufaktur di Indonesia dicela bos habis2an hihihi... Katanya sih kurang terstruktur, kurang inilah itulah. Tapi dari situ saya justru terpacu untuk bisa menulis lebih baik lagi. Ternyata itu nggak mudah. Terkadang, apa yang ingin kita utarakan akan menjadi berbeda maknanya jika disusun dengan pola yang tidak teratur. Makanya, nggak mengherankan kalau bahasa di blog saya mulai baku. Semua masih dalam proses. Kelak, saya akan lebih banyak menulis sesuatu yang lebih dalam, bermakna, kalau perlu dalam bahasa Inggris ;p

Sedikit cerita tentang bulan Januari. Sekali2 menulis sesuatu yang tidak populer ah :D
Setelah kejadian gempa di Manokwari, nggak banyak peristiwa penting yang saya tau atau alami di bulan ini, kecuali saya mulai belajar model DSGE yang kata anak2 jaman sekarang lagi happening ;p Tapi kalau nggak salah baru satu negara yang pakai model DSGE untuk forecasting ekonomi dalam jangka panjang, yaitu Rep. Ceko.
Ada satu lagi. Inaugurasi Obama sebagai presiden AS ke-44. Dia juga bisa dibilang sedang happening. Demam Obama dengan segala kelebihan dan kekurangannya telah membawa asa baru bagi dunia dalam mewujudkan (kata pembukaan UUD '45 sih) ketertiban dunia, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Saya termasuk orang yang tidak banyak menaruh perhatian pada Obama. Tapi, perlu diperhatikan kebijakan luar negerinya dalam beberapa waktu ke depan, setidaknya 100 hari pertama kepemimpinannya. Bukan Obama kalau tidak membawa perubahan atau perbaikan. Pada hari pertama, dia menetapkan untuk menutup penjara Guantanamo pada tahun ini. Gebrakan apa lagi yang akan dia buat? Kita lihat saja ^_^

06 Januari 2009

Selamat Tahun Baru 1430 H dan 2009 M

Menyongsong tahun baru, saya berlibur ke Papua lagi dengan mengambil cuti selama 2 hari pada 30-31 Desember 2008. Ada hal yang sangat berkesan selama saya di sana. Mama ternyata sudah mulai menggeliat bisnis persewaan alat pestanya. Alhamdulillah. Hal itu tentu tidak didapat dengan serta merta. Diawali dengan persetujuan pengucuran kredit dari sebuah bank pemerintah terkemuka, Mama mulai membeli modal berupa mobil pengangkut barang, kursi, tenda, piring, dll. Tidak lama setelah itu, datanglah saat perayaan Natal dan Tahun Baru. Seperti yang bisa ditebak, momen perayaan ini ternyata membuat permintaan akan alat persewaan membeludak, bahkan sampai kewalahan memenuhi permintaan. Dengan gesitnya, Mama berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk bongkar dan pasang tenda. Saya salut melihat Mama di usianya yang sekarang masih gesit dan cekatan dalam bekerja. Rasanya seperti tidak ada capek2nya. Belum lagi kalau ada yang ingin dirias atau potong rambut. Jam kerja Mama rasanya menjadi jauh di atas jam kerja orang kantoran. Di sela kesibukannya itu, Mama masih sempat masak di rumah buat anak2 dan mengurus binatang piaraan yang tidak sedikit.

Di malam tahun baru, kami jalan2 keliling kota Manokwari yang gemerlap oleh kembang api dari senja sampai sekitar jam 4 dinihari. Saya bisa membayangkan berapa milyar uang yang mengalir hanya untuk membeli kembang api. Rumah saya di Reremi tergolong daerah perbukitan. Ujung timur kota di Kampung Ambon dan ujung barat kota di Wosi bisa terlihat, lengkap dengan pelabuhan, bandara, dan pusat kotanya. Malam itu, kembang api bertaburan di setiap sisi kota. Saya sangat terpesona karena tidak pernah melihat kembang api sebanyak dan selama itu, bahkan di Jakarta sekalipun. Momen itu tidak saya sia2kan. Saya mengambil video beberapa kali untuk mengabadikannya.

Setelah berlibur selama kurang lebih 9 hari, saya kembali ke Jakarta hari Sabtu pagi. Kenapa tidak Minggu? Karena harga tiket lebih mahal 1 juta. Hehehe... Saya urungkan niat pulang hari Minggu akhirnya. Ternyata ada hikmah di balik kejadian itu. Hari Minggu pagi, di tengah lelapnya tidur, saya ditelpon Mama kalau beliau sekeluarga baru merasakan gempa yang cukup kuat. Ternyata gempa berkekuatan 7,2 SR. Disusul dengan gempa berkekuatan 7,6 SR beberapa jam kemudian. Listrik sempat mati, warga di bawah mengungsi ke sekitar rumah Mama karena isu tsunami, beberapa bangunan roboh, termasuk hotel Mutiara di Sanggeng tempat saya menonton pesta kembang api di malam pergantian tahun. Tugu Selamat Datang di Wosi tidak ketinggalan. Gudang rumah eyang yang tidak jauh dari Hotel Mutiara juga roboh. Eyang putri bahkan sampai shock dan dibawa ke RSUD Manokwari sampai hari ini. Semoga beliau segera pulih seperti sedia kala. Amin. Mohon doanya ya teman2 :)

Selamat Tahun Baru ya. Semoga di tahun ini kita menjadi semakin baik dan sukses. Amin.

Mengenai Saya

Foto saya
Sedikit pendiam, perfeksionis, dan ingin menebar kebaikan buat orang sekitar