27 September 2011

Selamat Ulang Tahun, Azka

Muhammad Azka Alfarezi Ismawanto, selamat ulang tahun yang pertama ya. Semoga langkahmu senantiasa diberkahi Alloh, semakin disayang oleh kedua orang tua, semoga jadi putra yang sholih dan dibanggakan ya. Amin.

Azka -diambil dari bahasa Arab yang berarti alim atau berbakat- merupakan anak pertama dari adik. Anaknya sangat periang, rasa penasarannya tinggi, nggak rewel, nggak penakut. Yang jelas, dia bakal jadi anak yang cerdas. Azka yang periang dan lucu ini selalu menghibur di kesehariannya. Kalau kerjaan kantor banyak, bikin jenuh dan capek, tapi kalau udah sampai rumah lihat dia rasanya capek hilang. Ya, walaupun kalau main sama dia juga tetep capek, soalnya udah bisa jalan, bisa keluyuran ke mana2. Ngeri kalau tiba2 deketin kompor atau barang pecah belah.

Dengan Azka yang semakin besar, om Oki berharap dalam jangka pendek sih semoga segera tumbuh rambut dan gigi hehe. Dalam jangka panjang, semoga jadi anak yang nurut sama ayah bundanya, sekolah yang pinter, nggak lupa sama om kalau udah ikut ayah pindah tugas, rajin sholat. Selamat sekali lagi, many happy returns ya Azka. Peluk dan cium dari om yang ca'em ini ;p


26 September 2011

Rahmat Alloh, bagaimana meraihnya?

"wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)"

Doa di atas dikutip dari Q.S. Al-Kahfi ayat 10. Doa ini dipanjatkan oleh para penghuni gua ketika menghindar dari kezaliman penguasa mereka ketika itu. Saya bukan mau menceritakan ulang kisah mereka, tapi mau mengulas sedikit makna dan hikmah dari ayat di atas.

Mereka memohon kepada Alloh untuk diberikan rahmat. Mengapa rahmat dulu baru minta petunjuk? Karena tanpa rahmat, mustahil petunjuk didapat. Nabi Adam a.s. ketika memohon ampun atas kekhilafannya memakan buah khuldi yang dilarang oleh Alloh sehingga terusir dari surga pun memohon rahmat terlebih dahulu. Lalu bagaimana ciri orang yang mendapat rahmat? Atau, bagaimana cara mendapatkannya?

Sebagaimana yang termaktub dalam Q.S. Ali 'Imron ayat 159, ciri dari orang yang mendapat rahmat adalah orang yang berlaku lemah lembut, senang memberi maaf dan memohonkan ampun, tenang, tidak cepat tersinggung, dan welas asih terhadap sesama. Sikap ini tidak serta merta diperoleh melainkan melalui rahmat-Nya. Tidak sulit mencari sosok yang diliputi rahmat dalam hidupnya. Ya, beliau baginda Muhammad saw yang dalam kesehariannya menampakkan ciri orang yang penuh rahmat. Sahabat2 nabi pun tetap rendah hati meski harta berlimpah. Sikap inilah yang patut kita contoh.
Banyak cara untuk mendapat rahmat-Nya, salah satunya dengan tidak bersikap ujub. Ujub secara mudahnya diartikan sebagai merasa. Orang yang merasa pintar karena ilmunya, merasa sholeh karena ibadahnya, merasa terhormat karena jabatan dan hartanya dapat menjadi hijab bagi diri kita dalam mendapatkan rahmat Alloh swt. Muslim layaknya menjauhi sikap ujub sedapat mungkin. Jika ujub bisa disingkirkan dari hati, niscaya rahmat Alloh menghampiri, petunjuk pun mengiringi langkah kita.

Sta. Tanah Abang, 21.50 sambil nunggu kereta jam 23.15.

*disarikan dari ceramah Aa Gym tgl 26 Sept 2011 di masjid Baitul Ihsan berdasarkan interpretasi sendiri tanpa mengurangi makna yang disampaikan :)

18 September 2011

Kenapa sih Ada Inflasi?

“Enakan jaman pak Harto, semua serba murah. nyari sandang pangan mudah RT @RCTFM: #Topix Rindu jaman orde baru (soeharto) atau lebih suka jaman sekarang (reformasi)?? share yuk #SundayWorkOut”


Melalui jejaring sosial, saya menemukan tweet di atas yang sederhana namun bermakna, yakni bagaimana kita selalu dihadapkan pada kenaikan harga barang. Kenaikan harga barang yang sering diistilahkan dengan inflasi ini pantas menjadikan masyarakat cemas, apalagi jika inflasi tinggi. Bagaimana tidak, inflasi dengan mudahnya menggerus daya beli masyarakat. Imam Semar dalam blog-nya mencoba memberikan ilustrasi secara sederhana. Gaji pembantu selama satu bulan di jaman kolonial Belanda sebesar 75 sen per bulan mampu membeli 150 bungkus nasi rames. Kalau dihitung dengan harga jaman sekarang, gaji pembantu 800.000 rupiah hanya bisa membeli 80 bungkus nasi rames. Bisa dibayangkan betapa merugikannya dampak inflasi terhadap kemampuan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karenanya, penting bagi pemangku kebijakan seperti pemerintah dan bank sentral, serta kita sebagai masyarakat untuk berperan aktif dalam mengendalikan inflasi langsung dari akar permasalahannya.


Fenomena kekakuan sisi penawaran yang masih terdengar awam bagi sebagian besar dari kita ditengarai sebagai penyebab tingginya inflasi. Kekakuan sisi penawaran disebabkan oleh adanya persoalan di sisi struktural perekonomian sehingga belum mampu merespons sisi permintaan di masyarakat. Bahasa mudahnya, setiap kita mau membeli barang namun sulit diperoleh, otomatis harga akan naik karena penjual mencoba mengambil untung lebih besar. Logikanya, meskipun mahal, barang itu masih akan tetap dicari. Akibatnya, perekonomian akan mengalami inflasi yang tinggi.


Untuk mencari tahu apa akar permasalahan kekakuan sisi penawaran tersebut, Hausmann dkk pada tahun 2004 menawarkan metode praktis, yakni metode Growth Diagnostics. Melalui metode tersebut, kita dengan mudah dapat mengetahui bahwa sebenarnya sumber utama persoalan struktural yang kita hadapi terkait erat dengan (i) kurang efisiennya layanan birokrasi, (ii) masih tingginya persoalan dalam tatakelola publik, serta (iii) kurang memadainya ketersediaan infrastruktur, baik keras maupun lunak. Layanan birokrasi yang tidak efisien dan tatakelola publik yang bermasalah menyebabkan tingginya biaya yang dikeluarkan oleh para pelaku usaha. Padahal peran pelaku usaha sangat penting dalam memenuhi permintaan masyarakat. Sementara itu, infrastruktur yang belum memadai mengakibatkan para pengusaha enggan membuka usaha karena membayangkan biaya lebih yang harus mereka keluarkan.Biaya tersebut timbul antara lain ketika mengurus perizinan untuk membuka usaha, pungutan liar ketika mendistribusikan barang ke daerah, sampai infrastruktur keras seperti jalanan rusak yang membuat biaya bahan bakar membengkak. Sementara itu, infrastruktur lunak yang menggambarkan kualitas manusia juga sama pentingnya. Pelaku usaha akan berpikir dua kali sebelum membuka usaha kalau para pekerja sulit memahami proses atau mengoperasikan mesin produksi.


Dalam lima tahun terakhir, berbagai kendala utama perekonomian di atas tampaknya sudah mulai membaik, khususnya dari aspek layanan birokrasi dan tatakelola publik. Perbaikan tersebut, ditambah dengan prestasi kinerja ekonomi makro kita, berdampak positif terhadap perkembangan investasi dan pada gilirannya perbaikan pada tingkat kekakuan sisi penawaran. Kemampuan sisi penawaran dalam merespons permintaan di masyarakat dalam lima tahun terakhir sudah semakin membaik meskipun belum seperti sebelum krisis 1997/98. Namun demikian, ketersediaan infrastruktur keras dan lunak belum mendukung iklim usaha di Indonesia. Oleh karena itu, langkah-langkah kerja sama antara pemerintah dengan bank sentral perlu tetap dibina dan diperluas untuk mengurangi berbagai kelemahan di sisi struktural. Dengan begitu, diharapkan investasi yang meningkat akan mampu memenuhi permintaan masyarakat dan dapat berlangsung secara berkesinambungan. Pada akhirnya, harga barang-barang di masyarakat akan dapat terkendali, didukung oleh sistem distribusi yang lebih lancar. Kelak, ungkapan “enakan jaman pak Harto” di atas hanya tinggal cerita belaka karena kita mampu menunjukkan bahwa kita lebih baik.

*Tulisan ini dibuat sebagai bagian dari pelatihan penulisan artikel ilmiah populer di Bandung, 15-17 September 2011. Terima kasih pada Kabamedia sebagai penyelenggara atas pencerahan dan pengarahannya selama pelatihan sehingga saya semakin bersemangat untuk menulis ilmiah namun berbahasa populer. It was just great ^^

03 September 2011

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Masih dalam suasana lebaran, saya dan keluarga mau mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. Semoga ibadah Ramadhan teman2 muslim diterima oleh Allah swt dan kita mampu mencapai derajat taqwa serta kembali fitrah. Amin.
Ramadhan yang lalu bukan saja "memaksa" kita untuk berbuat baik di bulan suci saja, tapi juga menjadikannya kebiasaan yang terus melekat. Orang yang temperamental dan suka marah2 dipaksa untuk bersabar, senggaknya sampai maghrib. Yang suka ngomongin orang, mendadak jadi orang pendiam dan alergi kalau ada orang saling mencela saudaranya karena khawatir pahala puasa berkurang. Yang biasanya lupa atau nggak sempat bersedekah, di bulan Ramadhan mendadak kita berlomba2 kasih makan orang untuk buka puasa. Yang biasa makan menggila dan tanpa aturan, tiba2 cuma makan seadanya karena perut gampang terasa kenyang. Ya, ibadah Ramadhan sangat identik dengan perbaikan, pembersihan, dan pengendalian diri. Bukan hanya untuk diri pribadi, tapi juga sosial kemasyarakatan. Kita diajarkan untuk lebih peduli dan lebih tergerak untuk benar2 membantu meskipun dalam taraf kecil dan sederhana, ketimbang hanya protes dan mengkritik para pemangku kebijakan tanpa berbuat apa2.
Ramadhan memang terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Detik demi detik berlalu sudah sepantasnya dihabiskan untuk mendulang pahala sebanyak yang kita bisa. Ramadhan memang sudah berlalu. Harapan diterimanya ibadah tentu muncul di setiap benak muslim yang mengisinya dengan suka cita. I miss Ramadhan already. Semoga Allah swt mempertemukanku dengan Ramadhan tahun depan. Amin.

Mengenai Saya

Foto saya
Sedikit pendiam, perfeksionis, dan ingin menebar kebaikan buat orang sekitar