25 Maret 2008

Libur panjang di Solo

Weekend kemarin diwarnai dengan libur panjang lagi. Libur Maulid Baginda Nabi Muhammad saw dan Kenaikan Isa Almasih. Rencana liburan ke Yogya dan Solo yang sudah dibuat jauh2 hari alhamdulillah terlaksana. Apalagi saya belum pernah pergi ke Solo sebelumnya.

Rabu (19/3) saya berangkat ke Bandung. Saya memang naik kereta menuju Yogya-Solo dari Bandung, karena rencana berlibur ke sana sangat mendadak, jadi saya tidak dapat tiket kereta langsung dari Jakarta.

Kamis (20/3) pagi saya berangkat menuju Yogya-Solo dari Stasiun Bandung. Sepanjang perjalanan, saya sibuk berfoto2, tidak mau kalah dengan bule2 di kereta yang sibuk memotret kanan kiri. Menjelang tiba di Yogya, saya membatalkan liburan di Yogya, karena ternyata Om saya di Yogya sedang ke Solo juga. Akhirnya saya putuskan untuk langsung ke Solo. Sesampainya di sana, saya langsung bertemu keluarga besar teman saya-Latif. Awalnya agak kikuk karena memang banyak yang tidak saya kenal, tapi ternyata sikap mereka sangat baik. Malam hari saya pergi ke pusat kota untuk melihat pasar Sekatenan dalam rangka Maulidan yang memang rutin dilakukan oleh masyarakat Solo. Walaupun saya agak terlambat, karena acara Sekatenannya siang harinya, tapi pasarnya masih ada, jadi masih bisa lihat2 dan beli jajanan2 pasar yang jarang saya temui di Jakarta. Sepulangnya dari sana, saya berfoto2 di sekitaran Keraton Solo yang banyak bangunan zaman Belanda.

Jumat (21/3) pagi saya berangkat ke Astana Mangadeg, Karang Anyar, tempat leluhur Latif dimakamkan. Dia memang salah satu keturunan dari Mangkunegaran II. Ya, dia masih bersaudara dengan keluarga alm. Ibu Tien yang kalau tidak salah beliau keturunan Mangkunegaran I. Di sana saya menyempatkan berfoto di kompleks pemakaman tersebut. Pemandangan alamnya sangat indah dan sedap dipandang mata. Iklim yang sejuk dan hutan yang menyelimuti bukit semakin menambah keindahan kompleks tersebut, jauh dari kesan angker. Setelah mereka nyekar, saya mengikuti mereka untuk berziarah sebentar ke makam Pak Harto dan Ibu Tien. Saya tidak menyangka, ternyata ratusan peziarah memadati kompleks pemakaman tersebut.
Kami tidak lama berada di sana karena ingin mengejar sholat Jumat di Solo. Selesai Jumatan, saya mencoba Es Kobar (Kota Barat) yang konon katanya enak. Ternyata enak juga lho. Apalagi harganya murah. Entah karena cuaca panas atau memang enak. Hehehehe. Sore hari, sambil mencari aktivitas supaya tidak bosan menunggu acara wayangan di rumah eyang Latif digelar malam harinya, saya pergi ke Solo Grand Mall. Dari sana, saya pergi ke pusat jajanan dan oleh2 khas Solo di Jl. Kalilarangan. Saya ke tempat Pak Mesran. Katanya itu yang terkenal. Di sana ada banyak jajanan seperti Intip, Enting2, Brem, Ampyang, Rengginang Terasi, Kue Semprong, Bakpia, Abon Sapi dan Ayam, dll. Dari sana saya langsung pulang ke rumah eyangnya Latif untuk mengikuti acara wayangan. Saya yang sudah sakit sehari sebelumnya, semakin parah sakitnya. Hidung meler, bersin, flu, tambah batuk. Sepanjang acara wayangan saya sering ketiduran. Akhirnya saya memaksakan diri untuk tidur jam setengah 12 malam.

Sabtu (22/3) saya bangun pagi untuk pergi ke Yogya, karena harus ketemu dengan Om saya dan mengantarkan oleh2 yang sudah saya beli waktu di Bandung. Tapi apa daya saya tidak kuat karena badan jadi meriang. Jadi saya cuma tidur seharian sampai siang. Tapi sempat cari jajanan di sekitar Stadion Manahan. Saya menemukan Sari Kacang Hijau yang tidak lebih dari kacang hijau yang dijus. Sore harinya saya baru memberanikan diri untuk jalan2. Saya ke Pasar Klewer. Tadinya sih niat mau beli batik, tapi nggak jadi karena terlalu capek untuk milih2 baju. Pas mau pulang, di depan gerbang Pasar Klewer, ada satu tempat yang dipenuhi orang. Mereka berjubel. Saya penasaran. Ternyata ada yang jual Tengkleng. Baru buka. Karena penasaran, saya dan teman2 ikut antri. Perjuangan kita nggak sia2 akhirnya kita dapat porsi yang terakhir. Dua panci besar dalam waktu kurang lebih setengah jam sudah ludes terjual. Hmmm.... enak banget. Rasa dan baunya masih terasa sampai sekarang. Kalau mau coba saja makan Tengkleng di sana. Pulang dari sana, kami ke sekitaran Kota Barat. Mau cari wedangan. Di sana saya akhirnya mencoba yang namanya nasi kucing. Nggak seberapa sih porsinya, tapi sambalnya itu lho, kok enak banget. Apalagi ditambah susu murni panas. Hmm..
Malam harinya, saya pulang ke Bandung. Kami diantar ke Stasiun Solo Balapan. Ketika kereta melintasi rumah eyang Latif, kami didadahi dari seberang. Wah, lucunya. Latif bilang itu memang sudah jadi tradisi di keluarganya, kalau ada yang datang atau pulang, pasti semua sudah berderet di depan untuk melambaikan tangan.

Minggu (23/3) pagi kami tiba di Bandung. Yang saya lakukan hanya tidur seharian karena masih nggak enak badan. Jam 2 siang kami pulang ke Jakarta karena khawatir macet. Liburan panjang membuat banyak orang Jakarta mudik ke kampung halamannya. Oia, ada satu kejadian. Pas di travel, di awal2 perjalanan saya dan beberapa penumpang lain merasa ada yang tidak beres dengan ban, karena guncangannya cukup kuat dan terasa. Eh, benar. Ternyata belum separuh perjalanan, bannya agak sobek. Alhamdulillah mobil tidak melaju terlalu kencang dan ban tidak meledak. Kami selamat. Setelah menunggu beberapa saat sang supir mengganti ban, kami melanjutkan perjalanan dengan guncangan yang masih terasa. Tapi alhamdulillah kami sampai dengan selamat. Malam saya sampai di kosan langsung tidur deh... Capekk..zzzz...

1 komentar:

  1. Artikel di blog ini menarik & bagus. Untuk lebih mempopulerkan artikel (berita/video/ foto) ini, Anda bisa mempromosikan di infoGue.com yang akan berguna bagi semua pembaca di tanah air. Telah tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!
    http://www.infogue.com
    http://www.infogue.com/tempat/libur_panjang_di_solo/

    BalasHapus

Mengenai Saya

Foto saya
Sedikit pendiam, perfeksionis, dan ingin menebar kebaikan buat orang sekitar