Mmm... berhubung masih baru di blog ini, aku jadi bingung nih. Cerita di otak udah numpuk. Kalo aku cerita semua, pada bosen ga? Kalo ga diceritain, sayang. Emang kebanyakan cuma cerita selewat doang. Ga ada lucu2nya. I just want to memorize all things happened to me.
Ceritanya kubuat bersambung aja ya... :D
Pertama, libur lebaran di Papua.
Kantor ngasih cuti bersama mulai 12-21 Oktober. Alhasil, 10 hari libur bisa kunikmati sepuasnya tanpa harus "menyesali" mahalnya tiket ke Papua sana. Worthed lah menurutku. Bayangin aja. Tadinya, aku mau pake salah satu maskapai penerbangan. Eh, ternyata harga tiket sekali jalan 3,8 juta. Innalillahi. Sampe2 aku hampir ga jadi mudik karena mahalnya tiket. Tapi Alloh emang Maha Pemurah. Ternyata ada maskapai penerbangan lain yang lagi promo. Bisa ketebak kan. Biaya perjalananku menyusut drastis jadi 3,9 juta untuk bolak balik. Senangnya. Alloh memang selalu memberi jalan pada hambaNya. Alhamdulillah.
Hari Jumat, 12 oktober
Aku sampe di bandara sekitar jam 14.30 WIT. Dari sana, aku langsung ke daerah Satuan Pemukiman (SP) Transmigran yang paling dekat dengan Manokwari yaitu daerah Andai untuk ngambil spring bed di rumah lama mbah kakung dan mbah putriku ketika mereka pertama transmigrasi pada 1974 lalu. Kondisi rumahnya sudah tidak begitu terawat. Mungkin karena mbah udah nggak tinggal di sana lagi kecuali beberapa kali saja pas weekend. Mbah2ku lebih banyak menghabiskan waktu di kota. Setelah mengambil spring bed, saya langsung pulang ke rumah di daerah Reremi yang letaknya sekitar 1 km dari pantai tapi berbukit. Jadi dari sana bisa terlihat bandara, pelabuhan, pusat kota, gunung, dan pulau2 sekitar Manokwari. Suasana kota yang tenang membuat saya ikut merasa tenang juga setelah bergumul kurang lebih 11 bulan di kota Jakarta yang penuh sesak oleh jutaan orang. Hati makin senang karena aku buka puasa 2 jam lebih cepat dari yang seharusnya. Hehehe. Seneng juga sih, tapi ga tau deh, secara syar'i boleh apa ga ya. Setelah berbuka puasa, saya mengajak kakak saya ke pusat kota untuk ke ATM, sekalian bayar zakat fitrah. Ternyata arak2an takbir keliling yang didominasi oleh orang2 Makassar melintas depan bank. Suasananya sangat meriah. Penduduk pribumi yang notabene mayoritas beragama Nasrani pun tidak kalah antusias dengan warga muslim saat menonton pawai itu. Seneng deh kalo lait kita rukun. Ya ga sih :)
Hari Sabtu, 13 Oktober
Sekitar jam 06.30 kita baru berangkat dari rumah menuju lapangan Borarsi dekat pelabuhan. Pemandangan yang jarang terlihat menjadi lumrah saat itu, kemacetan diiringi pawai orang2 berkendara roda dua dan empat dengan baju muslim yang berwarna warni. Terharu deh liatnya. Kalo di Jawa sih mungkin udah biasa, tapi ini kan di Papua. Jadi kayaknya ada sensasi tersendiri :)
Setelah sholat, kita pulang dulu untuk bermaaf2an. seperti sudah diduga, saya pasti nangis. Inget banyak dosa sama mama. Dulu kan sering bohong. Duh, ga lagi deh. Selesai itu, kita langsung ke rumah mbah untuk bergabung dengan saudara2 yang lain. Di sana kami sungkem sama mbah. Makan2 sebentar, kita langsung ke tempat kerabat di kampung Makassar untuk selanjutnya pulang dan bersiap2 menjamu teman2 dan relasi di sana yang bertandang ke rumah. Tamu datang silih berganti sejak siang sampai larut malam. Tidur pulas banget, bahkan ga peduli sama nyamuk hutan.
Hari Minggu, 14 Oktober
Kami sekeluarga bersiap2 untuk mendatangi beberapa relasi mama dan papi di sana. Seperti tahun sebelumnya, aku akhirnya melanggar prinsipku yang menghindari minum soda. Habis mau gimana lagi. Di sana panas, yang disuguhin cuma soda, soda, dan soda. Ya mau ga mau minum deh. Mungkin kalo ditotal2 sehari itu ada kali 1 liter. Mudah2an usus dan lambungku gpp deh :) Kami sempat ke daerah Arfai, lalu ke Wosi. Sedikit lebih jauh dari daerah Andai tempat mbah2ku. Siang kami sudah pulang, karena harus menyambut tamu2 lagi yang pastinya masih mengalir datang ke rumah, bahkan sampai sekitar jam 12 malam.
Hari Senin, 15 Oktober
Masih suasana lebaran, kami masih berkunjung ke beberapa relasi di sana. Masih daerah Wosi yang belum sempat kami kunjungi. Salah satunya ke rumah pak Penghulu yang menikahkan kakakku beberapa waktu lalu. Kami disuguhi kue lontar (kalo orang di pulau Jawa sih bilangnya Roomboter). Enak banget, soalnya pas kita dateng, kuenya baru aja diangkat dari oven, Kayaknya ibunya tau deh kalo kita mau dateng (hihihi ge-er). Malam harinya kami mengunjungi teman lama mama yang tinggal di kampung Makassar.
Hari Selasa, 16 Oktober
Kami sekeluarga main ke Pantai Pasir Putih atau yang sering disebut pantai PasPut. Saking menikmatinya, ga terasa kalau kita di sana sampe sore sekitar jam 5-an. Seneng banget main di pantai yang lumayan bersih, ombaknya kecil, dengan pasir putih dan airnya yang bening. Jarang banget (kalo ga bisa dibilang ga pernah) aku nemu pantai begini di Jawa.
Hari Rabu, 17 Oktober
Pagi hari aku diajak mamaku ke pasar ikan di pinggir laut dekat pasar tingkat (pasting) daerah Sanggeng. Ikan yang baru ditangkap langsung dibawa ke pasar itu untuk langsung dipotong2. Benar2 segar dan tanpa bahan kimia atau sejenisnya. Mama beli ikan beberapa untuk dibuatkan masakan khas Papua, yaitu Papeda. Papeda terbuat dari sagu. Bentuknya kayak lem, putih2 kenyal dan lengket. Rasanya nikmat luar biasa. Papeda ini disuguhkan dengan siraman ikan kuah kuning yang dibeli di pasar ikan pagi sebelumnya.
Hari Kamis, 18 Oktober
Siang hari aku diajak sepupuku ke pulau Mansinam di seberang kota. Pulau ini cukup bersejarah di Manokwari. Konon, agama Nasrani pertama memasuki Papua melalui pulau ini. Karenanya, kota Manokari disebut Kota Injil. Memang pemeluk Nasrani mayoritas di sini, mencakup sekitar 70% total penduduk. Di pulau ini, terdapat tugu salib dan gereja tertua di Papua sebagai simbol dan bukti sejarah tadi. Setiap 5 Februari selalu diadakan perayaan besar2an untuk memperingati Jubelium (masuknya Injil) ke Tanah Papua. Di sana, saya mandi di siang hari bolong sampe2 kulitku terbakar ga karuan :p Pantainya bener2 masih bersih, indah, berpasir putih, dihiasi karang2 sehat, tanpa ombak karena membelakangi samudra Pasifik, dengan ikan2 terbang yang banyak terdapat di sana semakin melengkapi keindahan pulau Mansinam. Sore harinya aku maen ke daerah Amban, tempat UNIPA berada. Kampusnya gede juga. Asri, ga kayak UNPAD yang masih agak gersang. Dari sana aku bisa liat Samudera Pasifik. Terbentang luas. Hebat banget. Aku ngerasa kecil aja di sana. Pulang dari sana, aku ke Fanindi untuk beli beberapa souvenir khas Papua.
Hari Jumat, 19 Oktober
Aku mengantar kakakku pagi2 ke bandara untuk pergi kursus di Jakarta selama seminggu. Kami tidak berangkat bareng karena aku mash pengen berlibur dan bersama mama. Jarang2 kan. Secara di Jakarta ga ada saudara. Ada sih, tapi saudara jauh dari pihak papa. Setelah jumatan, aku cuma menghabiskan waktu dengan keluarga. Kan udah mau pulang ke Jakarta. Jadi makin dipuas2in lagi sama keluarga. Ngobrol sama mama juga. yang jelas, aku ngajarin anak2 maen cepe. Pasti pada ga tau ya. Kayak Uno sih sebenernya. Maen gebrak juga seru. Adek2 dan sepupu2ku sampe pada ketagihan maen itu. Seru banget.
Hari Sabtu, 20 Oktober
Kami ke daerah Arfai lagi. Kali ini mengunjungi Kepala Suku Besar Arfak, Pak Obeth. Dia tokoh yang sangat berpengaruh di sana. Ternyata dia teman SD adik papiku. Mereka sibuk bernostalgia, aku sih main di pantai di belakang rumahnya persis. Dengan karang2, bahkan ada bintang lautnya segala. Seneng deh. Di sana kita disuguhi papeda. Tambah ikan kuah kuning dan ayam goreng, dengan ikan segar yang baru ditangkap di laut. Makin mantap aja. Yummy :) Sabtu malem aku dianterin keripik sukun dan keripik keladi khas Papua. Kakak iparku yang beliin. Banyak banget. Ampe ga enak deh. Hehehe. Dia lagi hamil. Jalan 6 bulan kalo ga salah. Asik, Insya Alloh aku punya keponakan. Seneng banget :D
Hari Minggu, 21 Oktober
Hari terakhir liburan aku di Papua. Pagi aku nganterin sepupu2 dan om tanteku yang mau pulang ke Biak. Mereka naik kapal laut. Kita ke pelabuhan. Selesai mengantar mereka, aku ke mbah kakung dan mbah putri. Mau pamit. Takut ga sempet pamit pas pulang siangnya. Aku kan harus ngejar jadwal check in. Di sana aku diberi beberapa wejangan terutama tentang pernikahan :D
Rumah sudah mulai terasa sepi. Adikku Monik mulai cemberut, apalagi dia inget aku siangnya pulang ke Jakarta. Dia makin cemberut aja. Jam setengah satu siang aku berangkat ke bandara, diantar hampir semua anggota keluarga. Sebelumnya beli souvenir lagi di Fanindi untuk teman2. Di Bandara, aku ketemu mbah Putri dan sepupuku. Ngobrol2 sebentar, ibuku sambil memberi wejangan tentang kehidupan dan pernikahan. Ketika dipanggil petugas, aku pun segera naik pesawat. Suasana haru biru pun menyeruak di bandara, tidak peduli orang2 yang memperhatikan. Akhirnya aku pun pulang pukul 14.30 WIT setelah 10 hari di sana. Puas...!!! Itu yang aku rasakan. Perjalanan yang memakan waktu 7 jam tidak membuat aku capek. Aku tiba di bandara 19.30 WIB. Langsung ke kosan, bersih2, tidur deh. Senengnya :D Siap2 untuk ke kantor esok harinya.
bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar