02 Oktober 2011

Harga Sebuah Keikhlasan

Dalam menjalani keseharian kita, pasti nggak pernah lepas dari keadaan lapang dan sempit. Lapang jelas menggambarkan keadaan yang serba memungkinkan. Mau beli apapun dan ke manapun yang kita mau, rasanya tinggal menjentikkan jari atau mengedipkan mata, seketika keinginan kita tercapai. Sebaliknya, sempit membuat kita serba payah. Ibarat naik tangga, biasanya tinggal naik eskalator, sekarang mesti naik sendiri, sambil gendong anak, dorong troli, dan diomelin satpam *agak lebay tapi kebayang kan emosinya? ;)*

Lapang dan sempit menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup. Di kala lapang, idealnya kita mesti senantiasa bersyukur dan membantu banyak orang. Sebaliknya, di kala sempit, kita selayaknya bisa menerima dengan ikhlas, nggak menggerutu atau ngedumel, tetap ikhtiar untuk mengatasi kesulitan, dan sisanya pasrahkan pada Sang Penguasa Jagad Raya.
Dalam Islam, Alloh telah memberikan harapan bagi yang menghadapi kesulitan dengan dua kemudahan, seperti termaktub dalam Q.S. Al-Insyiroh 5-6. "Sesungguhnya sesudah kesulitan terdapat kemudahan".
Seringkali harapan itu terlupakan, sama seperti yang sedang saya alami *mulai curcol, emosi menguasai hati*
Padahal, dengan kesulitan, harusnya kita jadi jauh lebih kuat karena sudah ditempa. Ibarat kelapa, sudah jatuh dari ketinggian, sabut kelapa dirobek2, dibelah pakai parang, daging kelapa diparut, diperas2 sampai gepeng. Hasilnya, sari kelapa putih bersih bernama santan yang bikin rendang jadi seenak yang kita kenal dan biasa kita makan selama ini.
Sadis? Kelihatannya sih begitu. Tapi hasil akhir yang dicapai justru menjadi manfaat bagi banyak orang. Itu cara Ilahi menempa kita untuk menjadi yang Dia inginkan, yaitu calon penghuni surga dengan balutan keikhlasan di hati.

Gambaran betapa besar arti sebuah keikhlasan pernah saya baca di suatu artikel. Selama ini, kita selalu beranggapan bahwa memberi lebih baik sedikit, yang penting ikhlas. Sepintas masuk akal, tapi mindset ini harus kita ubah. Kenapa? Karena yang ada kita malah justru nggak sedekah2 juga karena nggak ikhlas2. Bagusnya malahan kita sedekah banyak meskipun nggak ikhlas. Bayangkan, biarpun kita nggak dapat pahala karena nggak ikhlas, tapi senggaknya uang itu menjadi jalan kebaikan dan mengangkat kesulitan orang lain. Bahkan doa bisa mengalir dari mereka untuk kita. Kalau sudah membiasakan diri, lama2 apa yang kita sedekahkan itu nggak memberatkan dan akan berbuah keikhlasan. Kemauan untuk membantu orang lain nggak semata dari materi, tapi bisa dari hal paling sederhana. Bisa dengan senyuman, jadi sukarelawan, atau kegiatan sosial lainnya, entah itu buat keluarga, rekan, relasi, atau orang yang nggak dikenal sekalipun. Terbiasa senyum, lama2 suka senyum (asal jangan sendirian ;p). Daripada nggak sama sekali kan?

Yuk kita belajar ikhlas!! ^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Sedikit pendiam, perfeksionis, dan ingin menebar kebaikan buat orang sekitar