Sebetulnya cerita ini diawali sekitar 2 tahun yang lalu ketika papa mulai sering merasa sakit kalau buang air kecil. Aku berinisiatif bawa papa ke RS Advent di bilangan Cihampelas, Bandung. Setelah beberapa hari dirawat inap untuk biopsi, diketahui bahwa papa menderita pembengkakan prostat. Kalau dari berbagai artikel di dunia maya, pembengkakan prostat bisa terjadi karena memang membengkak akibat usia lanjut, atau bisa terjadi karena kanker prostat. Pembengkakan karena usia lanjut lebih disebabkan oleh berkurangnya kadar dan fungsi hormon yang mempengaruhi kinerja prostat itu sendiri. Sementara itu, pembengkakan akibat kanker prostat belum diketahui secara pasti. Secara gejala memang mirip, jadi agak susah diketahui kecuali melalui pemeriksaan lab. Kasus papa kemarin lebih karena faktor usia.
Singkat cerita, papa akhirnya dioperasi di RS Borromeus, ditangani oleh pakar yang tepat, yaitu Prof. Dr. dr. Suwandi Sugandi, Sp.B, Sp.U. Gelarnya yang panjang itu menguatkan keyakinan kalau kita sudah menyerahkan ke orang yang tepat. Sebagai spesialis bedah sekaligus urologi, masalah yang papa alami seolah tampak lebih mudah ditangani. Dalam tempo total 10 hari menginap termasuk operasi, sekarang papa sudah lancar buang air kecil tanpa rasa sakit sama sekali. Habis operasi, terbitlah tagihan. Biaya operasi, rawat inap, dokter, dan obat2an mengharuskan kami membayar tagihan sekitar 42 juta. Tapi, syukur RS itu merupakan rekanan PT. Pos Indonesia, tempat kerja papa dulu. Kami pun cuma "perlu" bayar 8 jutaan aja. Meringankan? Hell yeah..
Merenungkan proses pengobatan dan selama menjaga papa di RS, aku jadi mikirin banyak hal. Sekarang jenis penyakit semakin beragam. Entah memang berkembang karena jenis makanan, pola hidup dan tingkat polusi yang mungkin menyebabkan adanya mutasi gen, atau karena ilmu kedokteran yang berkembang sehingga semakin banyak jenis penyakit yang baru teridentifikasi. Lain penyakit, lain juga penanganannya. Di kalangan masyarakat ada yang memilih berobat medis atau secara alternatif. Pengobatan alternatif biasanya lewat dukun, kiai, atau orang lainnya dengan suatu medium tertentu. Kalau pengobatan medis, biasanya lewat RS, puskesmas, atau klinik. Sebagian memang berbiaya besar yang tentu bukan jadi masalah besar buat si kaya. Di kalangan kelas menengah, mungkin sebagian nggak menemui masalah karena status sebagai pegawai negeri sudah menjadi peserta Asuransi Kesehatan (Askes). Atau kalau di lembaga negara atau perusahaan swasta sudah tersedia fasilitas kesehatan melalui yayasan kesehatan atau bermitra dengan berbagai perusahaan asuransi besar. Bagaimana dengan masyarakat kurang mampu? Untungnya pemerintah sudah bisa menjawab kekhawatiran kita melalui Asuransi Kesehatan Miskin (Askeskin). Bahkan, per 1 Januari 2014 Pemerintah akan memperluas akses jaminan kesehatan itu melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Terbentuk melalui penggabungan Askes dan Jamsostek, diharapkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan semakin luas, bahkan termasuk untuk pekerja di sektor informal. Tentu kita perlu apresiasi dan dukung langkah pemerintah tsb. Apalagi, ini merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam menyalurkan subsidi agar lebih tepat sasaran. Daripada mensubsidi BBM yang mungkin 80% lari ke mobil2 pribadi, bukannya lebih baik kita salurkan ke akses kesehatan. Apalagi, kalau manusia Indonesia semakin sehat, bukankah bangsa ini akan semakin produktif, maju, dan berkualitas?
Tentu, asuransi aja sih belum cukup karena lebih merupakan langkah penanganan. Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Couldn't agree more. Kita harus menerapkan gaya dan pola hidup sehat, apalagi yang berisiko tinggi menderita penyakit keturunan seperti diabetes, atau jantung. Ini pun harus ditunjang juga dengan olahraga teratur, makanan yang juga terjaga dan teratur dengan asupan gizi seimbang. Menghindari rokok dan minuman beralkohol jadi nilai tambah untuk menjaga kesehatan.
Alhamdulillah, papanya mas Oki sudah sehat kembali.
BalasHapusAlhamdulillah, makasih. pastinya karena dibantu doa rekan dan kerabat semua :)
HapusMas boleh tanya dong....
BalasHapusItu 42jt 10hr, dikelas apa?
BalasHapusTrus jatah pt pos utk bapanya mas oki kelas apa? Sehingga hrs nalangin sendiri 8jt?
Mhn infonya...., bsk sy hrs urus pembayaran bp sy, biar ga kaget,
Tks.....
Dear mbak Ayu, maaf nggak ada notif terkait comment di atas, jadi telat reply. Papa saya waktu itu dapet kelas 2 kalau nggak salah. Kebetulan, RSnya rekanan PT Pos, jadi 80% biaya ditanggung. 8 juta itu adalah 20% yang harus keluarga tanggung. Demikian infonya.
HapusBener sekali mas!!! Yg namanya sakit tuh emank beneran ngga enak maw gimanapun juga, apalagi kalo ditambah hrs bayar tagihan biaya perawatannya yg mahal huhu
BalasHapus