17 Oktober 2008

Penyakit hati dan introspeksi diri

Duh, minggu ini banyak melakukan kesalahan. Payah nih. Baru aja lebaran, tapi saya sudah membiarkan rasa iri hati merasuk dalam hati. Duh, lagi2 penyakit hati hinggap di sini. Gimana ya caranya membersihkan hati? Nggak segampang yang dikira ya ternyata. Saya masih sering buruk sangka, iri, dengki, dendam, sombong. Saya masih jauh dari manusia ideal.
Ingat penyakit hati, jadi ingat kejadian tadi. Tadi pas saya mau pulang untuk ngejar Isya di kosan, eh ternyata jalanan macet, dan saya nunggu bis agak lama. Jadi, saya akhirnya ke masjid kantor untuk sholat di sana. Ternyata saya ketemu mas H, pengurus masjid itu. Setelah silaturahmi, berucap salam, dan mengucapkan selamat lebaran, dia langsung bilang kalau saya harus gembira dan senang terus seperti ini supaya nggak kurus. Hehhehe.. Terus, dia bilang juga kalau saya kerja harus ikhlas dan ridho karena Alloh SWT. Karena saya keliatannya nggak seperti itu. Kayaknya masih ada beban di wajah saya. Belum tulus.
Setelah berkomentar, dia cerita tentang diri dan keluarganya. Ternyata dia hanya digaji 500 ribu per bulan, tapi karena dia yakin Alloh pasti memberi jalan, alhamdulillah sampai sekarang kehidupannya lancar dan bahagia, meskipun harus membayar kontrakan 300 ribu per bulan. Saya nggak kebayang kalo saya di posisi dia. Mungkin udah stres duluan ;p
Dia bilang kalo anak2nya alhamdulillah pintar2 dan mereka mendapat beasiswa, jadi dia tidak terlalu terbebani dengan biaya pendidikan.
Waduh, saya jadi mikir. Hakikat saya kerja kan memang untuk ibadah. Saya jadi ngaca ke diri sendiri. Setelah direnung2, ternyata memang iya ya. Mungkin saya memang belum bekerja secara tulus. Mungkin saya bekerja cuma untuk materi saja. Saya nggak tau, dari sisi mana dia melihat ketidaktulusan saya dalam bekerja. Apa karena kurang sedekah? Itu saya akui. Apa karena saya sering menggerutu kalo ada hambatan dan masalah di kantor? Iya itu memang benar. Apa karena saya lebih fokus mengumpulkan materi karena takut miskin dan hidup susah seperti yang pernah saya alami? Bisa jadi.
Hmmm... Saya harus banyak berubah dan memperbaiki diri ke arah yang lebih baik lagi nih. Saya sadar, saya bukan orang yang taat dan saleh, tapi senggaknya saya mencoba untuk jadi lebih baik dari hari ke hari. Saya harus bisa menyisihkan harta lebih banyak dan lebih ikhlas lagi. Saya harus lebih ikhlas menjalani apa yang memang seharusnya saya lalui. Saya harus menjadikan pekerjaan sebagai ibadah, untuk melaksanakan ibadah. Semoga Alloh menguatkan langkah saya.

14 Oktober 2008

Hari-hari selama menghabiskan libur lebaran di Papua

Pulang dari Papua, banyak banget yang pengen diceritain. Mulai dari yang lucu, unik, sampai yang sedih ada semua :)

Hari Jumat (26/9) dengan berbekal dua koper besar (salah satunya berisi penuh dengan kue kering :p) saya pulang lebih awal dari biasanya. Sebagai langkah antisipasi, siapa tau macet parah kejadian lagi seperti tahun lalu. Ternyata, tanpa diduga, jalanan sepi banget. Alhasil, saya harus nunggu penerbangan jam 10 malam sejak jam 5 sore. Saya dan Asti senasib. Teman2 yang lain yang pulangnya rata2 ke Yogya dan Surabaya masih lebih beruntung, cuma perlu nunggu sampai jam 7 aja. Sambil nunggu buka puasa, saya dan teman2 ngobrol. Selepas buka puasa, saya dan Asti ke Terminal 2 untuk cari makanan berat karena pilihan restoran di Terminal 1 kurang variatif. Kami berdua dan teman2 yang terbang jam 7 pun berpisah. Di terminal 2, saya makan sambil ngobrol. Begitu jam setengah 9, kami baru ke Terminal 1 untuk check in, saya ke Terminal 1B sementara Asti ke Terminal 1C. Saya sholat Tarawih di bandara sambil menunggu boarding. Akhirnya pesawat berangkat sekitar jam setengah 11 malam, sedikit lebih lambat dari jadwal yang seharusnya.
Alhamdulillah saya tiba sekitar pukul 06.00 WIT keesokan harinya, Sabtu (27/9), di Manokwari. Dengan dijemput keluarga, saya tiba di rumah dan langsung istirahat. Senangnya bisa kembali ke sana. Nggak tau ya. Kalo yang namanya kumpul bareng keluarga tuh rasanya tenang, damai, ga keganggu pikiran2 kerjaan dll.Sabtu siang saya main ke salon mama. Bukan main. Sekarang udah bagus banget. Tampak megah dan gagah. Semoga bisnis mama di sana lancar. Amin. Pulang sore harinya, saya minta mama buka puasa sama es pisang ijo khas Makassar. Alhamdulillah dapet. Buka puasa hari pertama di Papua terasa nikmat banget, plus teh manis hangat dan gorengan yang dijamin bebas plastik hehehe...
Hari Minggu (28/9) saya hanya menghabiskan seharian di rumah. Saya berusaha dekat dengan ponakan saya, Icha yang baru berusia 8 bulan. Maklum, namanya bayi, kalo pertama2 ketemu masih takut. Malah kadang nangis hihihi.. Tapi perjuangan saya nggak berhenti dong.Oia, siang harinya, kakak saya tiba dari Nabire. Kami sekeluarga jemput dia ke pelabuhan. Senangnya, akhirnya ketemu kakak saya. Kangen deh. Emang sih, ketemu terakhir pas Agustus waktu dia masih menjalani pendidikan di Jakarta. Tapi selama Agustus ke September itu, saya mendengar kabar dia yang sakitlah, kuruslah, dll yang bikin saya khawatir. Makanya pas ketemu dia dengan keadaan sehat, seneng banget rasanya. Apalagi dia bawa Jeruk dan Salak Nabire. Hmmm... Ga kalah sama yang di Jawa lho :p
Hari Senin (29/9) kami menjemput mbah kakung, bude Yati, dan Titut di bandara setelah mereka menempuh perjalanan panjang dari Semarang. Semakin lengkaplah keluarga yang akan berlebaran di Manokwari. Kecuali adik saya, Iwan, yang sekarang bertugas di Kalimantan. Mungkin dia harus piket atau harus ikut Operasi Ketupat di sana, makanya nggak bisa bergabung.Kegiatan saya selama di sana sudah mulai rutin. Tidur siang, maen komputer, atau nonton sinetron kesukaan adik2, Muslimah sama Tasbih Cinta. Duh, saya sih ga suka sinetron sebenernya. Tapi apa daya, jadinya ikutan deh ;p
Hari Selasa (30/9) mulai terasa sibuk di rumah deh. Setelah kemaren mama belanja seharian untuk keperluan memasak makanan khas Lebaran, hari ini kami semua gotong royong masak. Saya kebagian motong mangga untuk bikin es buah. Kentang buat sambal goreng ati pun nggak ketinggalan. Kalo rendang sih udah dimasak sehari sebelumnya. Di tengah keriaan memasak, eh ada gempa cukup kuat. Alhamdulillah nggak apa2.Malamnya, kami nonton takbiran di jalan2 yang didominasi oleh konvoi motor dan kendaraan hias. Mayoritas peserta takbiran orang2 dari Kampung Makassar. Dari situ, saya belanja makanan pelengkap di Hadi Swalayan, termasuk beli hadiah lebaran.
Hari Rabu (1/10) tibalah hari kemenangan. Sholat Id di lapangan Borarsi berjalan lancar. Tapi pas baru mulai khutbah, hujan turun. Beberapa jamaah sempat berlarian pulang atau mencari tempat berteduh. Di saat yang bersamaan, sang khatib berujar kalo ini tidak ada apa2nya dibanding nanti di Padang Mahsyar. Hmmm.. iya juga ya hehehe... Akhirnya kami sekeluarga yang semula ragu untuk tetap tinggal mendengarkan khutbah, akhirnya membulatkan tekad untuk mendengar ceramah sampai selesai. Alhamdulillah hujan nggak terlalu besar sih, jadi masih lancar2 aja :D Apalagi saya teringat dengan tragedi pembagian Zakat di Pasuruan. Duh, jangan sampai kita berebut pulang atau cari tempat berteduh malah jadi korban karena berdesak2an.Begitu sampai di rumah sebelum berangkat ke rumah eyang untuk sungkeman sekeluarga besar, hujan ternyata turun lebat. Berhubung mobil yang kami pakai mobil pick up, jadi nggak mungkin kami ke sana. Akhirnya kami menunggu hujan reda. Begitu reda sekitar jam 10, kami meluncur ke rumah eyang. Di sana, saudara2 sudah berkumpul. Kami pun akhirnya sungkem ke eyang, disusul ke orang tua dan saudara2 lainnya. Dari sekian orang yang saya sungkemi, rata2 mendoakan saya cepat menikah. Hehehe. Doakan saja ya teman2 :D Saya sendiri masih dalam upaya untuk menuju gerbang pernikahan.Setelah sungkem, kami singgah di rumah sodara di Kampung Makassar, Wosi. Dari situ kami pulang untuk menerima tamu yang ternyata nggak putus2 sampe sekitar jam 9 malam.
Hari Kamis (2/10) kami berkunjung ke rumah teman2 lama orang tua di sekitaran Manokwari sejak menjelang siang sampai sore. Selebihnya, kami menerima tamu lagi.
Hari Jumat (3/10) saya jalani di rumah saja. Bikin proposal buat pembentukan lembaga pendidikan yang mama buat, main komputer, jaga Icha yang lucu, dan nemenin mama dekorasi rumah yang mau manten. Malamnya saya dan mama ke pasar ikan untuk persiapan piknik di pantai Pasir Putih.
Sabtu (4/10) dengan persiapan matang, kami pergi ke Pasir Putih. Kami bakar ikan, ayam, dan udang, lengkap dengan lalapan. Nggak lupa salad buah dan es buah. Enak sekali. Kapan lagi coba piknik sekeluarga begini. Alhamdulillah nggak terkira senangnya. Selesai makan, saya mandi di pantai deh.
Minggu (5/10) menjadi awal pulangnya keluarga2 saya satu per satu. Kakak saya giliran pertama. Dia harus pulang ke Nabire karena hanya dapat izin sampai Minggu. Kami mengantar ke pelabuhan diiringi isak tangis. Wajar, karena dia harus meninggalkan anak istrinya di Manokwari. Hari Senin (6/10) giliran Bude Ari dan Mbah Aris yang harus pulang ke Makassar. Hari Selasa (7/10) waktunya Titut dan bude Yati pulang ke Semarang. Sedangkan hari Rabu (8/10) giliran saya pulang ke Jakarta setelah mengambil cuti selama 3 hari. Life must go on. Segala keceriaan dan kegembiraan selama menyambut hari kemenangan memang harus disudahi. Saatnya mengarungi hidup masing2 untuk kebahagiaan diri dan keluarga.

Mengenai Saya

Foto saya
Sedikit pendiam, perfeksionis, dan ingin menebar kebaikan buat orang sekitar